Internasional
India Kerahkan Militer Tangani Covid-19
Lahan parkir, taman, atau lapangan kosong dicari untuk menjadi lahan kremasi sementara.
NEW DELHI – India mengerahkan personel militernya untuk ikut menangani kenaikan kasus Covid-19, Senin (26/4). Bantuan medis dari negara lain mulai mengalir, sementara angka kematian nyaris menyentuh 200 ribu orang, Selasa (27/4).
"Selama tujuh hari, sebagian besar dari kami belum tidur,” kata Dr K Preetham, manajer rumah sakit di Indian Spinal Injuries Centre.
Ia mengatakan, kelangkaan oksigen amat mengkhawatirkan. “Karena langka, kami dipaksa memasang tabung oksigen untuk dua pasien.”
Panglima militer India Jenderal Bipin Rawat bertemu Perdana Menteri Narendra Modi. Oksigen cadangan militer akan dikirimkan ke rumah sakit. Sedangkan pensiunan tenaga medis militer akan bergabung dengan tenaga kesehatan India. Saat diperlukan, infrastruktur medis milik militer akan dibuka untuk umum.
“Dengan udara, kereta, jalan, dan laut, baik di langit dan bumi, semua dikerahkan untuk mengatasi tantangan dari gelombang Covid-19,” cicit Menteri Kesehatan India Harsh Vardhan di Twitter.
Pada Selasa, jumlah kasus baru di India sehari sebanyak 323.144 kasus dari total 17,6 juta kasus. Dalam 24 jam terakhir, ada 2.771 kematian. Setiap jam diperkirakan ada 115 kasus baru. Namun, menurut para ahli, data sebenarnya lebih besar.
Modi dilaporkan telah berbicara dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden. Keduanya membahas rantai pasokan bahan baku vaksin Covid-19 dan obat-obatan. AS dilaporkan akan mengirimkan bahan baku vaksin agar India dapat melakukan produksi domestik.
Kiriman bantuan dari Inggris telah tiba di New Delhi, termasuk 100 ventilator dan 95 alat pemurni oksigen. Presiden Emmanuel Macron mengatakan akan mengirim delapan generator oksigen, ventilator, dan peralatan medis lainnya untuk membantu India. Menurut dia, setiap generator akan membuat rumah sakit mandiri selama sepuluh tahun dengan memproduksi oksigen dari udara ambien.
“Tidak ada yang tidak tersentuh pandemi yang kita alami. Kami tahu India sedang melalui masa sulit. Prancis dan India selalu bersatu,” kata Macron.
Spanyol juga akan mengirimkan lebih dari tujuh ton bantuan medis ke India. “Tidak ada orang yang selamat sampai kita semua selamat,” kata Menteri Luar Negeri Spanyol Arancha Gonzalez Laya, Selasa.
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, kondisi di India “meremukkan hati”. WHO saat ini mengirimkan tambahan staf dan pasokan bantuan termasuk pengiriman 4.000 pemurni oksigen ke India.
“WHO melakukan apa pun semampunya, menyediakan alat dan pasokan yang vital termasuk ribuan pemurni oksigen, rumah sakit lapangan, dan pasokan laboratorium,” kata Tedros, Senin.
Pembuatan fasilitas darurat tak hanya berupa rumah sakit. India juga membangun fasilitas krematorium darurat. Kini, lahan parkir, taman, atau lapangan kosong menjadi lokasi yang dicari untuk menjadi lahan kremasi sementara.
Laman BBC menyebutkan, para petugas krematorium bekerja siang dan malam. Terkadang mereka dibantu oleh keluarga dari orang yang dikremasi.
Pada Senin, India dilaporkan menghapus puluhan cicitan di Twitter yang mengkritik pemerintah. Twitter menahan sejumlah cicitan karena ada permintaan resmi dari Pemerintah India. Hal ini tentu mengundang kritik lebih luas.
“Pengekangan informasi dan sikap kritis terhadap pemerintah tidak hanya bebahaya bagi India, namun juga menermpatkan orang di seluruh dunia berisiko,” cicit Mirza Saaib Beg, pengacara yang ikut ditahan.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.