Ekonomi
Mendag Toleransi Kenaikan Harga Ayam
Peternak mulai mendapatkan keuntungan setelah harga anjlok dalam dua tahun terakhir.
JAKARTA -- Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi memberikan toleransi kenaikan harga untuk komoditas daging dan telur ayam ras. Secara umum, harga bahan pokok dalam level stabil dan terjangkau memasuki periode Ramadhan tahun ini. Meski begitu, Lutfi mengakui komoditas daging dan telur ayam ras mengalami kenaikan harga dalam beberapa waktu terakhir. Hal itu, ujar Lutfi disebabkan lonjakan permintaan masyarakat.
"Sedikit terjadi fluktuasi pada daging ayam. Tapi harga bahan pokok secara keseluruhan stabil dan ini bisa diprediksi karena suplai cukup," kata Lutfi dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (16/4).
Ini kasihan, biarkan mereka (peternak) mendapatkan keuntungan yang baik ketika Ramadhan ini.
Kemendag mencatat, rata-rata harga daging ayam ras per Kamis (15/4) sebesar Rp 37 ribu per kilogram (kg). Harga tersebut naik 8,19 persen dari bulan lalu. Lutfi mengatakan, pihaknya memberikan toleransi kenaikan harga bahan pokok hingga tiga persen untuk faktor musiman seperti gangguan cuaca atau menjelang hari besar keagamaan. Namun, khusus komoditas ayam, pemerintah juga mempertimbangkan nasib peternak yang sebelumnya mengalami kerugian akibat harga anjlok.
"Mereka untung empat bulan dalam setahun dan alami kerugian delapan bulan dalam setahun. Ini kasihan, biarkan mereka mendapatkan keuntungan yang baik ketika Ramadhan ini," kata Lutfi.
Lutfi menegaskan, pemerintah sedang membuat regulasi yang lebih baik. Diharapkan, dengan adanya regulasi baru, usaha perunggasan nasional dapat berjalan lebih baik. Peternak bisa lebih sejahtera dalam menjalankan usahanya dan konsumen mendapatkan harga yang wajar.
Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) pada Jumat (16/4) mencatat, rata-rata harga ayam ras segar secara nasional sebesar Rp 37.750 per kg. Di wilayah DKI Jakarta, harga ayam tembus hingga Rp 41.650 per kg. Harga tertinggi terdapat di Nusa Tenggara Timur yang menyentuh Rp 53.100 per kg.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Pedagang Pasar Indonesia (APPSI) Ngadiran mengatakan, kenaikan harga daging ayam di pasar tradisional mulai terjadi sejak dua pekan lalu. Harga normal yang sebelumnya berkisar Rp 28 ribu-Rp 32 ribu per kilogram terus naik hingga Rp 38-Rp 40 ribu per kg.
"Jadi daging ayam naiknya sangat tinggi. Itu tentu yang disalahkan pasti pedagang pasar. Saya menyatakan tidak, karena pedagang beli dari sumber sudah naik," kata Ngadiran.
Ngadiran mengatakan, hingga saat ini harga daging ayam masih bertengger pada level Rp 40 ribu per kg di tingkat konsumen. Pedagang, kata Ngadiran, hanya mengambil keuntungan berkisar Rp 2 ribu sampai Rp 3 ribu per kg.
Sementara itu, peternak ayam menuturkan, harga livebird atau ayam hidup dari peternakan masih stabil di kisaran harga acuan pemerintah. Stabilitas harga dicapai setelah upaya pemangkasan produksi di perusahaan pembibitan yang dilakukan setiap pekan sejak Oktober 2020.
Ketua Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) Jawa Tengah, Pardjuni mengatakan, harga livebird berada di kisaran Rp 21 ribu hingga Rp 22 ribu per kilogram (kg). Harga acuan daging ayam di tingkat peternak berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 7 Tahun 2020 sebesar Rp 19 ribu hingga Rp 20 ribu per kg. Artinya, peternak mulai mendapatkan keuntungan setelah mengalami kerugian akibat anjloknya harga dalam dua tahun terakhir.
"Harga (jual) cukup lumayan bisa di atas biaya produksi. Secara stok juga aman. Namun, memang kendala saat ini ada kenaikan harga bibit dan pakan unggas," kata Pardjuni.
Ia mengatakan, harga pakan saat ini sekitar Rp 7.500-Rp 8.000 per kilogram. Angka itu naik dari acuan pemerintah sebesar Rp 6.000 per kg. Sementara, harga day old chick (DOC) atau bibit ayam juga naik menjadi Rp 7.500 per kg dari harga normal Rp 4.500 per kg. Komponen tersebut menaikkan biaya produksi.
Pardjuni mengatakan, potensi turunnya harga masih bisa terjadi. Sebab, hingga saat ini pemerintah belum mengeluarkan surat edaran kepada perusahaan pembibitan unggas untuk memangkas produksi. Tanpa ada pemangkasan produksi yang rutin dilakukan, harga bisa kembali anjlok.
"Bahkan bisa jauh di bawah biaya produksi. Mudik sudah dilarang berarti menghambat perputaran uang. Kalau pemangkasan tidak dilakukan saya pastikan harga tidak akan bagus," kata Pardjuni.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.