Narasi
Menyingkap Identitas Gender Sersan Aprilia Manganang
Aprilia Manganang sempat tercatat menjadi anggota Korps Wanita AD.
OLEH RONGGO ASTUNGKORO
Seorang anak laki-laki lahir di Tahuna, Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara, pada April 1992. Anak tersebut lahir dengan kondisi berbeda dengan anak laki-laki lainnya. Dia memiliki kelainan pada sistem reproduksinya atau biasa disebut dengan istilah hipospadia.
Seorang yang mengalami hipospadia memiliki uretra atau lubang kencing di posisi yang tidak semestinya. Urology Care Foundation menyatakan, lubang uretra anak yang memiliki hipospadia tidak hanya berada di tempat yang salah, tapi juga kulup penis bisa tidak sepenuhnya terbentuk.
Berdasarkan Centers for Disease Control and Prevention, setidaknya lima dari 1.000 bayi laki-laki yang dilahirkan mengalami hipospadia. Anak laki-laki dari Tahuna itu menjadi salah satunya dan dia mengalami hipospadia serius, situasi yang lebih langka lagi jika dibandingkan dengan hipospadia biasa.
Ayah yang bekerja sebagai buruh perkebunan dan ibu sebagai asisten rumah tangga tak tahu-menahu mengenai kondisi anaknya. Mereka melihat putri kecilnya sebagai perempuan sehingga diberi nama Aprilia Manganang. Tenaga medis di Tahuna saat itu pun berpandangan sama.
Manganang tumbuh-kembang dengan mengira dirinya seorang perempuan meski kondisi badannya berbeda dengan perempuan pada umumnya. Akibat perbedaan penampilan itu, dia kerap diolok oleh teman sebayanya.
Saat beranjak dewasa, dia menjadi seorang atlet bola voli wanita. Prestasinya tidak main-main. Dia membela tim nasional bola voli Indonesia di ajang internasional, salah satunya di Asian Games 2018 lalu. Pada 2016, TNI Angkatan Darat (AD) membuka perekrutan lewat jalur prestasi. Manganang pun mendapatkannya atas prestasi yang ia sabet semasa menjadi atlet.
"Lihat prestasi dari anak ini. Itulah kenapa TNI AD saat itu memutuskan merekrut Aprilia dalam program rekrutmen khusus bintara berprestasi. Aprilia direkrut jadi TNI AD," ungkap Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Andika Perkasa di Mabes TNI AD, Jakarta Pusat, Selasa (9/3).
Dengan situasi belum mengetahui apa yang terjadi di tubuhnya, Manganang kemudian tercatat menjadi anggota Korps Wanita AD (Kowad). Dia kini berpangkat Sersan Dua dan bertugas di Manado, Sulawesi Utara. Andika menjelaskan, dalam perkembangannya, satuannya melihat dan mengamati Manganang.
Hingga akhirnya dilakukan pemeriksaan terhadap Manganang pada 3 Februari 2021 lalu di Manado. Namun, karena keterbatasan alat pemeriksaan, Andika memanggilnya dan menawarkan bantuan pemeriksaan lebih lanjut.
"Saya konsultasi, tawarkan apa yang bisa kami bantu untuk dia. Akhirnya, Sersan Nanganang rupanya menyambut dengan excited. Ini yang ditunggu-tunggu (oleh Manganang)," jelas Andika.
Andika kemudian mengerahkan tim dari Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto untuk memeriksa secara lengkap. Manganang kemudian diperiksa dengan seluruh fasilitas kesehatan yang memang diperlukan di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta Pusat.
Dari pemeriksaan lengkap itu diketahui, berdasarkan urologi atau pengetahuan tentang saluran kemih, Manganang lebih memiliki organ jenis kelamin laki-laki. Pun demikian secara hormon, dia diketahui memiliki hormon dengan kategori laki-laki.
"Tak ada organ internalnya menunjukkan jenis kelamin wanita. Hormonal juga begitu. Hormon normal, testosteronnya juga diukur sehingga secara faktual dan ilmiah kita yakin Manganang lebih miliki hormonal kategori normal laki-laki," kata Andika.
Lalu, hasil pemeriksaan itu disampaikan kepada Manganang. Dari kasus yang dialami oleh Manganang, yakni hipospadia serius, maka langkah operasi korektif atau corrective surgery harus dilakukan. Operasi korektif itu harus dilakukan dua kali.
Saat konferensi pers dilaksanakan, Andika menampilkan kondisi terkini Manganang di RSPAD Gatot Soebroto. Manganang tampak masih berada di atas kasur rumah sakit dengan didampingi kedua orang tuanya, istri Andika, dan wakil kepala RSPAD Gatot Soebroto. Manganang baru melalui operasi pertamanya.
"Saat ini dia masih recovery. Operasi sudah selesai dan berjalan sesuai rencana, tapi belum bisa keluar rumah sakit," kata Andika.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.