Khazanah
Survei: Literasi Zakat Warga Muhammadiyah Tinggi
Lazis Muhammadiyah berupaya lebih maksimal membantu kaum dhuafa.
JAKARTA – Tingkat literasi zakat di kalangan warga Muhammadiyah tergolong tinggi. Meski demikian, masih banyak tantangan yang perlu diatasi terkait perzakatan.
Hal itu merupakan hasil dari survei Indeks Literasi Zakat Warga Muhammadiyah. Lembaga Amil Zakat Infak dan Sedekah Muhammadiyah (Lazismu) menggelar public expose hasil survei tersebut, secara daring, Sabtu (27/2) lalu.
Ketua Badan Pengurus Lazismu Pusat Hilman Latief mengatakan, literasi zakat warga Muhammadiyah memang tergolong tinggi, bahkan lebih tinggi dari masyarakat umum. Namun, Lazismu di beberapa daerah memiliki daya dongkrak atau tingkat kepercayaan yang rendah.
"Beberapa daerah daya dongkraknya masih lemah atau tingkat kepercayaan lemah dari warga atau pimpinan, ini ada gap. Dan seperti apa, nanti kita akan kembangkan," ujar Hilman saat menyampaikan paparan dalam public expose tersebut.
Gap atau kesenjangan itu, menurut dia, harus diselesaikan. “Bagaimana bisa indeks literasi warga Muhammadiyah cukup bagus namun tingkat kepercayaan kepada Lazismu masih kurang tinggi," kata dia.
Ia juga mengatakan, survei Indeks Literasi Zakat Warga Muhammadiyah adalah upaya untuk membangun ekosistem ZIS dan wakaf di dalam Persyarikatan Muhammadiyah. Hal ini penting untuk mengetahui peta dan pemahaman ZIS di dalam Persyarikatan Muhammadiyah.
Menurut Hilman, hasil survei ini akan menjadi pertimbangan bagi Lazismu dan majelis, lembaga, dan organisasi otonom ketika akan melakukan kerja sama, baik dalam konteks pusat, wilayah, maupun daerah.
Pada forum yang sama, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan, tingkat literasi memiliki nilai yang positif, sedangkan ekosistem masih terbilang lemah. Menurut dia, perihal zakat, infak, dan sedekah (ZIS) ini bisa terjadi juga di kalangan umat Islam secara keseluruhan.
"Bahwa potensi ZIS luar biasa, sampai puluhan triliun, tapi real yang bisa dihimpun dari dana ZIS, tidak sebagaimana potensinya. Dalam ilmu sosial itu disebut kesenjangan antara potensi laten dengan manifest, apa yang tersimpan, tidak berbanding lurus dengan apa yang nyata," ucap Haedar.
Sementara itu, Sekretaris Badan Pengurus Lazismu Mahli Zainuddin mengatakan, survei literasi zakat Lazismu ini diikuti oleh 2.199 responden di 34 provinsi pada 16 September 2020 hingga 20 November 2020. Survei dilakukan sebanyak dua kali, yakni pada Septembersampai Oktober dan Oktober sampai November.
"Pengumpulan data dilakukan secara online, lewat telepon, dan grup WA (Whatsapp). Instrumen yang digunakan dengan indeks dari Puskas Baznas," kata Mahli.
Sebelumnya, kata dia, penelitian terkait zakat pernah dilakukan oleh Universitas Indonesia, Kashif, dan Bank Indonesia. Dari tiga penelitan tersebut, ditarik kesimpulan bahwa literasi zakat masih rendah.
Sementara dalam survei indeks literasi zakat yang dilakukan Lazismu, nilai rata-rata indeks literasi zakat warga Muhammadiyah berada pada tingkat menengah (moderate) dengan nilai 76,58 persen atau lebih tinggi dari nilai indeks literasi zakat nasional yang sebesar 66,78.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.