Abu Hurairah menuturkan mukjizat Nabi Muhamad SAW yang pernah dialaminya, yakni ketika seluruh penghuni ash-Shuffah dijamu Rasulullah SAW dengan sewadah susu. | DOK PIXABAY

Kisah

Berkah pada Segelas Susu

Satu wadah kecil yang berisi susu ternyata bisa mengenyangkan puluhan orang ahl ash-shuffah yang kelaparan.

OLEH HASANUL RIZQA

Di antara para sahabat Nabi Muhammad SAW, Abu Hurairah merupakan salah seorang yang masyhur. Nama julukannya yang berarti ‘bapak kucing kecil’ diberikan Rasulullah SAW.

Sebab, lelaki dari kabilah ad-Dausy ini senang merawat dan memelihara seekor kucing kecil saat waktu luangnya. Adapun nama aslinya pada masa jahiliyah adalah Abdusy Syams (hamba matahari). Begitu masuk Islam, Nabi SAW memberinya nama baru, Abdurrahman.

Setelah mendengar kabar hijrahnya Rasulullah SAW, Abu Hurairah pun bertolak dari kampung halamannya di Arab selatan ke Madinah. Selama di kota tersebut, ia selalu setia mengiringi dakwah Islam.

Karena termasuk kalangan muhajirin yang fakir, tidak memiliki keluarga maupun harta kekayaan, maka dirinya pun tinggal di teras Masjid Nabawi. Tempat itu disebut sebagai ash-shuffah\. Kapasitasnya mencapai tiga ratus orang.

Dengan berbagai keterbatasan, para ahl ash-shuffah tetap bertahan dan bersabar. Memang, kehidupan mereka umumnya serba kekurangan. Bahkan, tak jarang rasa lapar harus dialami karena tiadanya makanan. Abu Hurairah menuturkan, suatu hari dirinya pernah dilanda rasa lapar yang hebat.

“Demi Allah yang tidak ada sesembahan yang benar kecuali Dia. Aku pernah tengkurap bersandar pada sisi badanku karena kelaparan. Segenggam batu sudah kusumpal pada perutku untuk menahan lapar,” ujarnya, seperti dinukil dari hadis riwayat Imam al-Bukhari nomor 6.087.

Ia lantas beranjak dari ash-shuffah dan duduk di pinggir jalan menunggu sahabat-sahabat Rasulullah SAW lewat. Abu Bakar mendekatinya. Abu Hurairah kemudian bertanya kepadanya tentang tafsir suatu ayat dari Alquran. Tentunya, ada maksud di balik pertanyaan tersebut.

“Maksudku bertanya demikian tidak lain agar ia (Abu Bakar) mengajakku makan. Ternyata ia berlalu, tanpa melakukan apa yang kuharapkan,” ucapnya.

Tak lama setelah Abu Bakar pergi, datanglah Umar bin Khattab. Abu Hurairah melakukan hal yang sama sebelumnya. Umar menjawab pertanyaan apa adanya, untuk kemudian beranjak pulang. Ya, al-Faruq pun tidak sampai mengajaknya ke rumah, untuk sekadar menjamu ahl ash-shuffah ini.

Selang beberapa lama, Nabi SAW datang. Beliau tersenyum ketika melihat Abu Hurairah berdiri lemah di pinggir jalan. Beliau memahami kondisi yang sedang dialami sahabatnya itu.

“Wahai Abu Hurairah,” panggil Rasulullah SAW.

“Siap, ya Rasulullah,” jawabnya.

Nabi SAW memberikan isyarat agar Abu Hurairah berjalan mengikutinya. Ternyata, Rasulullah SAW kembali ke rumahnya. Sesampainya di sana, al-Musthafa masuk. Sahabatnya itu pun ikut setelah diizinkan beliau.

Nabi SAW mendapati sebuah wadah berisi susu di atas meja. Beliau pun bertanya kepada orang-orang di rumah, “Dari mana susu ini?”

“Itu hadiah untuk Anda dari fulan atau fulanah,” jawab mereka.

Rasulullah SAW tidak meminumnya atau langsung memberikan susu itu kepada Abu Hurairah yang kelaparan. Beliau pertama-tama memanggil sahabatnya itu, “Ya Abu Hurairah!”

“Saya datang, ya Rasulullah,” jawabnya.

"Panggil ke mari para ahl ash-shuffah semuanya. Aku mengundang mereka untuk meminum susu ini,” kata beliau.

Abu Hurairah segera melaksanakan perintah. Adalah kebiasaan Nabi SAW untuk berbagi harta yang diterimanya kepada para penghuni ash-shuffah. Kalau diberi sedekah, maka sedekah itu dikirimnya kepada mereka. Sama sekali beliau tidak menikmatinya. Kalau diberi hadiah, beliau menikmati sebagian dan membaginya juga kepada mereka.

Hal itulah yang merisaukan hati Abu Hurairah saat itu. Dalam pikirannya, apalah arti susu tersebut dengan banyaknya ahl ash-shuffah. Bukankah dirinya lebih layak meminum susu tersebut?

Mengapa Nabi SAW ingin menjamu puluhan orang itu dengan hanya sewadah susu? Begitulah sekelabat pertanyaan membayangi benak sang sahabat. Akan tetapi, Abu Hurairah selalu sami'na wa atha'na. Apa pun yang diperintahkan Allah SWT dan Rasul-Nya, akan dilaksanakannya.

Para penghuni ash-shuffah lalu ramai-ramai mendatangi rumah Rasulullah SAW. Sesudah itu, beliau mempersilakan mereka untuk masuk dan menempati tempat masing-masing yang sudah disediakan. Lantas, Nabi SAW berkata kepada Abu Hurairah, “Ambil wadah yang berisi susu itu dan tuangkanlah kepada masing-masing mereka.”

Sahabat ini dengan sigap melaksanakan perintah tersebut. Ia tuangkan susu ke gelas seorang demi seorang para ahl ash-shuffah. Luar biasanya, susu dalam wadah tersebut seperti tak habis-habis. Padahal, Abu Hurairah berkali-kali mengambilnya untuk mengisi seluruh gelas para tamu.

Akhirnya, Abu Hurairah tiba di posisi duduk Nabi SAW. Sementara, orang-orang lainnya sudah kenyang semua. Rasulullah SAW lalu mengambil wadah susu tersebut dan meletakkannya di tangannya.

“Wahai Abu Hurairah,” kata beliau sambil menatap sahabatnya itu.

“Siap, wahai Rasulullah,” jawabnya.

“Sekarang, tinggal aku dan engkau yang belum minum.”

“Benar, Rasulullah!” ujar sahabat ini.

“Duduk dan minumlah susu ini,” perintah beliau.

Abu Hurairah lalu duduk dan minum susu tersebut. Sesudah beberapa teguk, ia hendak memberi wadah itu kepada Nabi SAW. Namun, Rasulullah SAW menyuruhnya agar minum lagi. Demikian terus diulang-ulang anjurannya itu sampai-sampai Abu Hurairah terpaksa menolak.

“Demi Zat yang mengutusmu dengan kebenaran, tidak ada lagi tempat di perutku (untuk menampung susu itu),” katanya.

Nabi SAW tersenyum, lalu meminta wadah berisi susu itu. Beliau memuji Allah SWT, mengucapkan basmalah, dan meminum susu yang tersisa.

Kisah tersebut menunjukkan salah satu mukjizat Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam. Satu wadah kecil yang berisi susu ternyata bisa mengenyangkan puluhan orang ahl ash-shuffah yang kelaparan.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat