Bugar
Hijab Wangi Menggugah Hati
Aktivitas sehari-hari kerap membuat hijab mudah bau. Butuh wangi hijab yang menggugah hati.
Sejak pandemi Covid-19 melanda dunia, semua orang sangat memperhatikan kebersihan diri dan lingkungan. Saat ini, hampir di setiap rumah menjalankan protokol kesehatan untuk segera membersihkan diri dan mencuci pakaian setelah beraktivitas di luar rumah.
Intensitas mengganti dan mencuci baju pun jadi sering dan ini menambah pekerjaan bagi ibu rumah tangga. Baju yang kotor jelas tidak sehat, bahkan menguarkan bau tidak sedap dan dapat berpengaruh pada suasana hati seseorang.
Bagi Pemimpin Redaksi Fimela Amelia Ayu Kinanti, kebersihan itu penting dan dapat menjadi sumber penyakit jika diabaikan. "Wangi ngaruh banget ke mood. Aku bisa langsung enggak pede kalau ada yang bau di baju. Aku benar-benar bisa sampai ganti baju," ungkap Amelia dalam peluncuran virtual DAIA Clean & Fresh Hijab, Kamis (4/2).
Menurutnya, baju yang bersih dan wangi yang enak tentunya tergantung pada pemilihan deterjen yang cocok dan cara mencuci yang benar. Jadi, dia pun memisahkan baju yang bisa dimasukkan ke mesin cuci ataupun yang cukup dikucek tangan saja.
Pemilihan baju untuk dicuci pun dilakukan oleh aktris Natasha Rizky. Dia pun teliti dalam memilih deterjen, karena ada pakaian yang dia cuci sendiri. "Jilbab, karena gampang rusak. Jadi, aku lebih pilih cuci pakai tangan, aku yang kucek, supaya hijab enggak cepat rusak. Jadi, harus pintar pilih deterjen dan cara cucinya," ungkap perempuan yang akrab disapa Caca itu.
Namun, dengan musim hujan yang dihadapi saat ini, pakaian yang dijemur pun kerap lama keringnya. Hal ini yang memuat baju-baju menjadi bau apek karena tidak kering. Untuk itu, DAIA sebagai produsen deterjen mengeluarkan produk dengan formula antibakteri, DAIA Clean & Fresh Hijab.
"Ini efektif membunuh kuman, mencegah bau apek, dan keringat yang menempel pada pakaian sehari-hari termasuk hijab, serta memberikan wangi segar hingga tujuh hari," ujar Product Manager DAIA, Mikhaela, juga dalam kesempatan yang sama.
Hijab sering kali berbahan kain yang halus dan mudah rusak. Aktivitas sehari-hari kerap membuat hijab mudah kotor dan bau. Itu sebabnya, hijab membutuhkan perawatan khusus dan dicuci dengan tangan.
Deterjen yang digunakan pun harus yang lembut, tapi ampuh untuk membasmi bakteri. Jenis seperti inilah, kata Mikhaela, yang disasar oleh DAIA dalam produknya yang baru.
Caca pun mencoba deterjen tersebut dan mengakui perawatan hijab dan pakaiannya jadi lebih mudah. "Selain memiliki antibakteri yang memberi perlindungan lebih, juga lembut di tangan dan wanginya tahan lama.
Tips Cara Mencuci Hijab Ala Natasha Rizky
1. Pilih deterjen yang lembut dan tidak menimbulkan alergi di kulit.
2. Pisahkan bahan hijab, seperti katun, paris, atau satin dan sutera.
3. Tentukan cara mencucinya: bahan katun dan paris bisa dicuci di mesin cuci dengan direndam larutan sabun sebelumnya. Bahan lembut bisa direndam saja atau disertai kucekan.
4. Setelah dicuci, langsung jemur di luar rumah atau di dalam rumah jika mendung atau hujan.
Sehat Berkat Udara Bersih
Selain menerapkan protokol kesehatan, kebersihan lingkungan di masa pandemi Covid-19 penting untuk diperhatikan. Salah satu di antaranya adalah kebersihan udara yang menjadi kebutuhan dalam hidup.
Udara yang bersih dan berkualitas dapat membantu menunjang kesehatan. Jika udaranya tercemar, dapat memicu berbagai masalah kesehatan.
Polusi udara, baik dari industri maupun polutan organik berisiko bagi warga yang ada di sekitarnya. Pencemaran industri dapat berupa tembakau, aerosol rumah tangga, cat, pernis, dan lain-lain. Sedangkan, polutan organik, seperti virus, bakteri, tungau, jamur, kutu, dan lain-lain dapat menyebabkan alergi dan penyakit lain, termasuk Covid-19.
Itu sebabnya, kata Product Manager PT Natural Nutrindo Nurhayatini, setiap orang penting untuk menjaga kebersihan udara dalam kesehariannya, termasuk di dalam ruangan. Soalnya, udara di dalam ruangan bisa 100 kali lebih tercemar dibandingkan di luar ruangan. Padahal, kebanyakan orang menghabiskan 70-90 persen waktu di dalam ruangan.
"Cara mengatasi kontaminasi dari industri, biasanya butuh alat. Sedangkan, untuk virus, bakteri, dan jamur, kita butuh Purifying Air Spray," jelas dia dalam konferensi pers daring, Kamis (21/1).
Purifying Air Spray dari perusahaannya merupakan semprotan disinfektan dari Prancis, Puressentiel. Formula di dalamnya berasal dari racikan tanaman untuk perlindungan ekstra lewat pemurnian atau pembersihan udara di dalam ruangan. "Kemampuannya adalah efektif membasmi hingga 99,86 persen virus, bakteri, dan jamur," ucap Nurhayatini.
View this post on Instagram
Selain membasmi polutan organik, Puressentiel juga dapat menghilangkan aroma tak sedap dalam ruangan. Kemampuannya ini berasal dari 41 jenis minyak esensial, seperti lemon dan juniper yang efektif membasmi virus, Eucalyptus globulus dan timi liar untuk melawan bakteri, dan tea tree serta Java citronella yang dapat melawan jamur. Sedangkan untuk melawan bau tak sedap dan antiseptik, produk ini melengkapinya dengan kandungan geraniumdan Lavandin Grosso.
Nurhayatini mengeklaim pemurnian udara itu tidak mengandung propelan, pewangi sintetis, dan bioalkohol. Pengujiannya tidak pada hewan dan bahannya alami. "Bahannya dapat terurai secara alami, sehingga meminimalisasi dampak buruk pada lingkungan."
Penggunaannya pun, kata dia, sangat mudah, yaitu cukup satu sampai dua kali sehari dengan dua kali semprotan dalam sekali pakai. Arahkan semprotan ke udara atau permukaan. Lalu, tutup ruangan atau mobil selama 30 menit agar minyak esensialnya bekerja maksimal.
Setelah itu, buka ventilasi agar sirkulasi udaranya bersih. "Pastikan tidak ada hewan peliharaan juga di ruangan (saat penggunana produk Puressentiel Purifying Air Spray)," ujar Nurhayatini.
Brand Manager Puressentiel Ida Ayu Suksmawadanti menambahkan, Puressentiel telah meraih sertifikasi Ecocert yang menyatakan produk tersebut aman dan lolos uji efikasi. "Melalui empat uji toleransi, Puressentiel Purifying Air Spray juga sudah terbukti aman untuk anggota keluarga, termasuk individu yang memiliki alergi dan penderita asma kategori ringan hingga sedang."
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.