Warga melewati mural bertem Keluarga Berencana di Kampung Pucang Sawit, Solo Jawa Tengah, Senin (28/9/2020). | Maulana Surya/ANTARA FOTO

Nasional

BKKBN: Gizi Calon Pengantin Pengaruhi Stunting

BKKBN butuh masukan status gizi calon pengantin tiga bulan sebelum menikah.

JAKARTA—Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengingatkan kualitas gizi calon pengantin baru berpengaruh pada angka stunting. Kepala BKKBN Hasto Wardoyo mengingatkan, semakin buruk asupan gizi pada calon pengantin, memperburuk angka prevalensi stunting di Indonesia.

Hasto mengatakan, survei status gizi balita pada 2019 di angka 27,6 persen dan diperkirakan pada 2021 bisa mencapai 32,5 persen. Ia menilai masa pranikah, hamil, pascamelahirkan, seribu hari pertama kehidupan dan balita, merupakan masa kritis yang berpengaruh pada stunting. "Penyebab tingginya stunting juga dikarenakan sebagian kelahiran bayi sudah dalam kondisi kekurangan gizi," ujar Hasto pada audiensi dengan Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI) secara daring, Rabu (17/2).

Mantan bupati Kulonprogo ini menjelaskan data riset kesehatan dasar 2018 menunjukkan, angka bayi dengan berat badan saat lahir kurang, sebanyak 11,7 persen. Bayi lahir prematur kurang dari 37 pekan kehamilan juga masih tinggi di angka 29,5 persen. Hal ini dinilai menjadi sumber utama stunting.

BKKBN membutuhkan masukan agar status gizi calon pengantin baik dengan mengukur status gizi perempuan tiga bulan sebelum menikah. "Masukan dari ahli gizi mengenai asupan gizi apa saja yang bisa diberikan menjadi penting,” ujar Hasto.

Selain itu, menurut dia yang pertama diperlukan adalah mediagnosis serta memetakan angka stunting secara mikro dan makro. Secara mikro yakni mengukur seluruh bayi dibawah dua tahun (baduta), kenapa baduta karena masih bisa di treatment supaya tidak stunting. Ia menyebut bayi dengan usia dibawah dua tahun bisa diukur, yakni mencatat by name by address untuk menentukan diagnosis klinisnya kasus per kasus.

Ketua Umum DPP PERSAGI, Entos Zainal menegaskan, berkomitmen untuk memberikan bantuan dan dukungan kepada pemerintah dalam mewujudkan status gizi yang optimal pada masyarakat. Ia mengaku tujuannya memang untuk mencegah terjadinya stunting.

"PERSAGI akan segera melakukan mitigasi dan merumuskan untuk dapat memberikan masukan bagi BKKBN dalam upaya pencegahan stunting, sehingga intervensi gizi dan manajemen yang tepat bisa segera dilakukan," tuturnya.

Zainal mengaku selama ini pihaknya telah melakukan edukasi gizi untuk mencegah stunting. Diantaranya pemberian ASI eksklusif sebagai gaya hidup, makanan pendamping ASI, gizi seimbang, hingga mencegah obesitas. "Pemberdayaan masyarakat melalui posyandu, kader mampu menimbang dan mengisi KMS dengan benar memberi penyuluhan,” ujar Zainal.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat