Keluarga
Yuk Ajak Anak Bermain, Cukup 30 Menit
Bermain adalah aktivitas yang penting bagi proses tumbuh kembang anak.
Di masa pandemi Covid-19, sulit bagi anak untuk bisa bermain dan bergerak sebebas sebelumnya. Hal ini tak boleh diabaikan oleh orang tua karena pada dasarnya bermain merupakan aktivitas yang penting bagi proses tumbuh kembang anak, baik secara kognitif, fisik, maupun emosional.
Tak hanya itu, beragam keterbatasan dan perubahan di masa pandemi juga sedikit banyak turut mempengaruhi kesehatan mental anak. Sebagian orang tua mungkin mendapati bahwa anak-anak mereka menjadi lebih mudah tantrum, bosan, atau mengamuk ketika hanya di rumah saja. Bahkan, data KPAI pada 2020 menunjukkan bahwa sebanyak 63 persen anak Indonesia mengalami kejenuhan selama di rumah saja.
Kondisi pandemi Covid-19 ini memang bukan situasi ideal dan cukup memunculkan dilema. Di satu sisi, masyarakat diimbau untuk membatasi aktivitas di luar rumah dan berkerumun demi menekan penyebaran Covid-19. Di sisi lain, anak butuh banyak bergerak dan bermain.
Dalam kondisi seperti ini, penting bagi orang tua untuk berperan aktif demi menjaga kesehatan mental anak. Salah satu cara yang bisa orang tua lakukan adalah meluangkan waktu setidaknya 30 menit per hari untuk melakukan aktivitas permainan fisik berkualitas bersama anak.
"Ini akan sangat-sangat membantu kesehatan mental anak di masa pandemi. Memang tidak ideal, tapi yang penting bisa bertahan," tukas psikolog klinis anak Anastasia Satriyo MPSi, dalam Kampanye Ayo Main yang diinisiasi oleh Ikea Indonesia secara daring pada pengujung 2020 lalu.
Untuk menciptakan kegiatan bermain yang berkualitas, anak peru mendapatkan atensi penuh dari orang tua. Oleh karena itu, orang tua sebaiknya tidak melakukan kegiatan lain saat bermain dengan anak, misalnya menggunakan gawai.
Orang tua bisa meluangkan waktu 30 menit ini kapan saja. Bila ingin menghindari distraksi dari pekerjaan atau urusan lain misalnya, orang tua bisa memilih waktu 30 menit di malam hari untuk bermain dengan anak.
Agar anak mendapatkan lebih banyak waktu bermain, ayah dan ibu juga bisa meluangkan 30 menit di waktu yang berbeda. Dengan begitu, anak bisa mendapatkan total waktu bermain berkualitas dengan orang tua 60 menit per hari.
Tak lupa, orang tua perlu mengomunikasikan waktu bermain ini kepada anak. Orang tua dapat memberi pengertian kapan mereka bisa meluangkan waktu untuk bermain dengana anak sehingga anak mereka mendapatkan kepastian waktu bermain.
Bila orang tua sangat sibuk dan tidak bisa meluangkan waktu 30 menit setiap harinya, mereka bisa melakukan aktivitas bermain berkualitas dengan anak ini setidaknya 2-3 hari per minggu atau di akhir pekan. Yang terpenting, jangan hanya meluangkan waktu 30 menit satu kali seminggu atau bahkan sebulan untuk bermain berkualitas dengan anak. "Waktu 30 menit ini seharusnya dibandingkan dengan 24 jam yang kita punya, bisa kita usahakan," tutur Anastasia.
Anastasia mengingatkan bahwa kegiatan bermain bersama orang tua sangat penting bagi anak. Alasannya, kegiatan bermain bersama orang tua dapat membantu menstimulasi otak anak, sekaligus membantu anak tumbuh dengan kesehatan mental dan kepercayaan diri yang baik. "Ayo main bersama anak-anak, karena orang tua adalah teman bermain yang tak tergantikan," seru Anastasia.
Anastasia juga mengungkapkan ada beragam variasi permainan yang bisa dilakukan orang tua bersama anak. Variasi permainan ini sebaiknya disesuaikan pula dengan tahapan perkembangan anak.
Misalnya, di usia 18 bulan pertama anak belajar lewat indera atau sensorinya. Terkait hal ini, orang tua bisa memilih aktivitas seperti bermain dengan cat, menggunakan krayon, serta mulai belajar bermain pura-pura.
Contoh lainnya, orang tua dengan anak berusia empat tahun ke atas dapat memilih permainan yang dapat melatih komunikasi, memperkaya kosa kata, serta mengasah kemampuan anak dalam menyelesaikan masalah dan imajinasi. Salah satu contohnya adalah bermain pura-pura dengan menjadi penjual dan pembeli di pasar. "Dan kalau dimainkan bersama orang tua, ini bonding time yang luar biasa sekali," jelas Anastasia.
Ini akan sangat-sangat membantu kesehatan mental anak di masa pandemi. Memang tidak ideal, tapi yang penting bisa bertahan.
Anastasia Satriyo MPSi
Siapkan Area Bermain yang Tepat
Agar kegiatan bermain terasa lebih menyenangkan dan aman, orang tua juga bisa mempersiapkan area bermain di rumah untuk anak. Terkait area bermain untuk anak di rumah, Country Marketing Manager Ikea Indonesia Dyah Fitrisally mengatakan orang tua kerap merasa khawatir bila rumah mereka tidak cukup besar dan luas untuk bisa menyediakan ruang bermain bagi anak.
Padahal, lanjut Dyah, orang tua tidak harus membuatkan ruangan khusus yang besar untuk tempat bermain anak. Orang tua bisa menggunakan ruang tertentu di rumah sebagai tempat bermain anak yang aman dan nyaman.
Sebagai contoh, orang tua bisa memanfaatkan sisi pojok ruang tamu sebagai area bermain anak. Letakkan beberapa alat gambar atau alat bermain yang bisa digunakan oleh anak di sisi pojok ruangan tersebut. "Jadi tidak perlu buat area khusus yang besar," ujar Dyah.
Bila khawatir mainan anak bertebaran dan membuat ruangan berantakan, orang tua bisa mempersiapkan tempat-tempat penyimpanan mainan anak di area bermain tersebut. Selain membuat ruangan lebih rapi, tersedianya tempat penyimpanan ini dapat mengajarkan anak untuk bertanggung jawab atas mainannya sendiri.
Orang tua bisa memilih tempat penyimpanan dengan desain yang lucu atau disukai anak. Dengan begitu, anak juga akan semakin tertarik untuk menaruh mainan mereka di tempat penyimpanan tersebut.
Selain itu, Dyah menyarankan agar orang tua memilih tempat penyimpanan yang aman. Misalnya, tempat penyimpanan tersebut tidak memiliki sudut yang tajam dan tidak menggunakan cat yang mengandung bahan berbahaya. "Sediakan tempat penyimpanan yang tepat dan ajarkan anak untuk menggunakan itu dengan aman," jelas Dyah.
Dyah juga mengatakan orang tua perlu memastikan area bermain aman bagi anak, khususnya untuk balita. Pastikan semua barang yang ada di area bermain aman dan tidak berbahaya untuk anak. Bila memungkinkan, singkirkan berbagai kabel dan benda-benda berisiko lain dari area bermain anak.
Dyah menambahkan, Ikea meyakini bahwa waktu bermain orang tua dan anak sangat penting untuk mengurangi tekanan selama di rumah saja. Tak hanya itu, kegiatan ini juga diyakini dapat menambah kreativitas. "Anak memiliki hak untuk mendapatkan momen bermain yang seru untuk kesehatan mental mereka juga," tukas Dyah.
Berkomunikasi Tepat dengan Anak
Tidak hanya lewat bermain, jalinan kedekatan dengan anak bisa dilakukan lewat komunikasi yang baik. Bagi psikolog anak Grace Eugenia Sameve, orang tua sebagai guru pertama anak, maka apa yang diharapkan orang tua untuk ditunjukkan oleh anak harus dicontohkan orang tua terlebih dahulu.
Lantas, bagaimanakah cara berkomunikasi yang baik dengan anak. Ada sejumlah cara yang bisa ditempuh oleh orang tua. Apa sajakah?
1. Berkomunikasi secara umum atau universal
Ini meliputi mengatakan maaf, berterima kasih, serta berbicara dengan nada suara yang tidak terlalu tinggi. ‘’Jadi penting /banget/ bagi orang tua dari anaknya yang bayi sekalipun berkomunikasi dengan anaknya,” jelas Grace.
2. Berkomunikasi berdasarkan nilai-nilai tradisi yang amat beragam dari berbagai budaya
Orang tua pun bisa menyesuaikan kondisi serta dapat pula mencontohkan anak sejak dini. Hal ini ditujukan agar anak bisa melihat langsung, sehingga ketika anak lebih besar usianya, maka dia akan menirukan dan menunjukkan sikap baik kepada banyak orang atau yang lain.
3. Lewat buku
Buku menjadi salah satu media yang paling efektif untuk mengajarkan sikap baik kepada anak. Sebab, menurutnya, media lain seperti televisi membuat kesempatan anak untuk memproses lebih terbatas. Grace mengatakan, salah satu cara berkomunikasi antara orang tua dan anak adalah dengan membaca buku.
Manfaatnya, secara spesifik bisa mempengaruhi ke kondisi psikologi dan emosi dari anak. “Karakter-karakter pada buku, memberikan kita dan anak kita berkesempatan untuk belajar empati,” jelas dia.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.