Kabar Utama
Bank Syariah Indonesia Bidik Investor Timteng
BSI dengan kapasitasnya yang besar bisa menjadi jangkar bagi industri syariah.
JAKARTA -- PT Bank Syariah Indonesia (BSI) Tbk bertekad untuk dapat bersaing di kancah global. Salah satu strategi mewujudkan itu adalah dengan mencari investor strategis di luar negeri.
BSI yang merupakan bank hasil penggabungan dari BRI Syariah, BNI Syariah, dan Mandiri Syariah memang sejak awal menargetkan dapat masuk ke jajaran 10 besar bank syariah dunia. Menurut Direktur Utama BSI Hery Gunardi, keberadaan investor strategis dapat memperkuat permodalan BSI dan membantu berekspansi ke mancanegara. Sebab, investor yang digandeng bisa membuka cabang BSI di negaranya.
Hery mengaku mengincar investor strategis dari kawasan Timur Tengah. Beberapa perusahaan yang diincar adalah Abu Dhabi Investment Authority, Abu Dhabi Investment Council, Cyprus National Investment Fund, Development Fund for Iraq, dan Emirates Investment Authority. "Kami ke depannya ada rencana untuk rights issue dan cari investor strategis di luar negeri," kata Hery dalam acara temu media, Selasa (2/2).
Ia mengatakan, porsi saham publik di BSI masih sebesar 4,4 persen sehingga ruang untuk melakukan rights issue masih terbuka lebar. Kendati demikian, ia belum menjelaskan lebih detail mengenai rencana tersebut. Saat ini, kata Hery, BSI sedang berfokus melakukan migrasi rekening nasabah, migrasi sistem dan pengorganisasian, serta pembentukan budaya kerja karyawan.
Menurut dia, BSI aktif melakukan sosialisasi di semua media dan kanal komunikasi. Dari sisi stabilisasi sinergi dan integrasi, BSI melakukan sinergi SDM secara kompetensi dan kualifikasi. BSI juga melakukan sinergi kantor cabang di seluruh Indonesia.
BSI memiliki aset sebesar Rp 214,6 triliun dengan modal inti lebih dari Rp 20,4 triliun. Jumlah aset tersebut menempatkan BSI ke dalam jajaran 10 besar bank terbesar nasional dan ditargetkan menjadi 10 besar bank syariah terbesar di dunia dari sisi kapitalisasi pasar dalam waktu lima tahun.
Hal ini sesuai dengan target dari Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir yang ingin BSI masuk dalam top 10 besar global dan dapat sejajar dengan bank syariah terbesar di dunia, seperti al-Rajhi dan Albilad Bank. "Kita ingin hasil merger ini bisa membuktikan negara dengan jumlah populasi Muslim terbesar ini memiliki kondisi bank yang kuat secara fundamental dan, alhamdulillah, ini berjalan dengan baik," ujar Erick, Selasa (2/2).
Erick berharap Bank Syariah Indonesia dapat menjadi energi baru bagi ekonomi nasional yang senantiasa menerapkan prinsip financial justice dan stability in investment. Menurut dia, prinsip itu telah terbukti berhasil membawa tiga bank syariah yang digabung dalam mengarungi krisis pandemi Covid19, bahkan mampu menorehkan kinerja yang sangat positif dan membanggakan.
Di dalam negeri, ucap Erick, BSI masuk dalam peta persaingan utama perbankan di Indonesia. "Saat ini, BSI memiliki 1.200 kantor cabang yang tersebar dari Sabang hingga Merauke," kata Erick.
Deputi Bidang Keuangan dan Manajemen Risiko Kementerian BUMN Nawal Nely mengatakan, kapasitas dan kemampuan sebanyak 20 ribu karyawan yang sudah bekerja akan terus ditingkatkan untuk menjalankan perbankan syariah. Tujuannya agar dapat meningkatkan efisiensi bisnis bagi perusahaan.
"Dengan adanya merger ini, bukan hanya skala saja yang diharapkan bisa di-addressed, tetapi juga bisa meningkatkan economic of skill bagi karyawan yang itu penting sekali untuk sektor perbankan," ujar Nawal.
Nawal juga menilai potensi keuangan syariah dan Bank Syariah Indonesia bisa lebih besar ke depan dengan dukungan penuh pemerintah untuk mengembangkan rantai pasok ekonomi halal.
Dukungan untuk UMKM
Tekad BSI berkiprah di lingkup internasional dikhawatirkan sejumlah pihak akan membuat bank syariah terbesar di Tanah Air tersebut menomorduakan nasabah kecil di dalam negeri, seperti pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Pemerintah dan jajaran direksi BSI berulang kali menjawab kekhawatiran itu dengan menegaskan komitmen untuk mendukung UMKM.
Penegasan itu bahkan kembali disampaikan Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin dalam laman Instagram-nya saat peluncuran BSI pada Senin (1/2). Kiai Ma'ruf mengatakan, BSI memiliki modal dan aset yang cukup, baik dari sisi finansial, sumber daya manusia, teknologi informasi, serta produk dan layanan. Dengan demikian, kata dia, BSI dapat memenuhi kebutuhan nasabah sesuai prinsip-prinsip syariah.
View this post on Instagram
"Tidak ada alasan kekhawatiran dari beberapa pihak bahwa rencana penggabungan beberapa bank syariah milik pemerintah akan menutup akses UMKM untuk mendapatkan permodalan," kata Kiai Ma'ruf.
Wapres juga memastikan, pemerintah menyiapkan ekosistem keuangan syariah yang lengkap. Ini bertujuan menjangkau nasabah dari yang paling kecil atau ultramikro, kecil, sedang, sampai ke yang besar. "Saya juga menekankan bagaimana nanti BSI ini dapat membesarkan bank wakaf mikro (BWM)," katanya.
Hery dalam acara temu media, kemarin, juga menegaskan, BSI berfokus di tiga sektor strategis. Salah satunya UMKM. Dua segmen lainnya adalah ritel serta korporasi dan wholesale. Dukungan terhadap UMKM diberikan, antara lain, melalui penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) dan produk lainnya yang sesuai dengan kebutuhan UMKM.
Di segmen ritel, kata dia, BSI memiliki ragam solusi keuangan dalam ekosistem Islami. Seperti terkait keperluan ibadah haji dan umrah, ziswaf, layanan berbasis emas, pendidikan, kesehatan, dan remitansi internasional. Adapun di segmen korporasi dan wholesale, BSI disebutnya bakal memiliki kemampuan penetrasi ke sektor industri yang belum termaksimalkan.
Dukungan BSI untuk UMKM juga terungkap dalam acara peresmian kantor cabang BSI di kawasan Bumi Serpong Damai (BSD) Kota Tangerang Selatan, Selasa (2/2). Wakil Wali Kota Tangerang Selatan Benyamin Davnie yang menyaksikan acara peresmian tersebut mengatakan, Pemkot Tangsel akan menjalin sejumlah kerja sama dengan BSI. "Salah satu kerja sama itu adalah mendorong pengembangan UMKM," kata Benyamin.
Benyamin pun mengapresiasi diresmikannya kantor cabang BSI Tangsel. Menurut dia, masyarakat Tangsel memiliki minat yang besar terhadap ekonomi syariah.
Branch Manager BSI Cabang Tangsel Dudi Saleh menjelaskan, kantor BSI di BSD sebelumnya merupakan kantor cabang BRI Syariah. "Selain di sini, sementara ada di Blok M (Jakarta Selatan) yang dulunya kantor Mandiri Syariah dan di Jakarta Barat yang dulunya kantor cabang BNI Syariah menjadi BSI. Jadi, di seluruh Indonesia, baru ada tiga," ujar Dudi kepada Republika, kemarin.
Dia menjelaskan, pihaknya akan menggaet nasabah di Tangsel untuk memanfaatkan layanan bank syariah. "Di sini kami rencananya tidak hanya menggaet Muslim, tetapi semuanya," ujarnya.
Distribution and Service Group Bank Syariah Indonesia Adjat Djatnika Basarah menambahkan, alasan memilih lokasi kantor cabang BSI di Tangsel karena wilayah tersebut dianggap potensial. "Pertumbuhan cabang juga luar biasa dan memang memudahkan dari panitia merger untuk memonitor," kata Adjat.
Jangkar Industri Syariah
Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) menyebut BSI akan membawa banyak pengaruh positif bagi industri perbankan syariah nasional. Sekretaris Jenderal Asbisindo, Achmad K Permana menilai, BSI dengan kapasitasnya yang besar bisa menjadi jangkar bagi industri.
BSI yang menempati porsi hingga 40 persen terhadap industri perbankan syariah disebutnya tidak akan bersaing dengan sesama bank syariah. BSI akan head to head dengan bank-bank nasional yang mayoritas adalah bank konvensional.
Kemampuannya bersaing secara nasional tersebut juga akan membawa dampak baik pada industri perbankan syariah. Secara tidak langsung, marketing campaign yang dimiliki BSI akan mengangkat seluruh industri secara bersamaan.
"Dari adanya bank besar, masyarakat bisa lihat dan mulai mengenal bank-bank syariah lain, yang ternyata punya model-model berbeda," kata dia kepada Republika, Selasa (2/2).
Selain itu, BSI juga dapat menjadi pemimpin dalam setiap upaya meningkatkan portofolio perbankan syariah nasional. BSI akan mengajak bank-bank syariah lain untuk keperluan sindikasi pembiayaan berskema syariah.
Ia menambahkan, setiap perkembangan BSI pun memungkinkan untuk dibagikan kepada industri perbankan syariah, sehingga ikut bergerak. Misal dari sisi teknologi, BSI diyakini dia bakal membagikannya dengan bank syariah lain, bukan konvensional.
Permana mengatakan, posisi BSI sebagai jangkar mirip seperti di industri bank konvensional, yang juga dijaga oleh bank-bank besar. Apalagi, saat ini industri perbankan syariah masih punya potensi besar. Oleh karena itu, BSI berpotensi mencari pasar-pasar baru daripada bersaing dengan sesama bank syariah yang lebih kecil.
"Pasti dia akan bersaingnya dengan bank-bank konvensional, daripada dengan sesama bank syariah," katanya.
Permana juga tidak terlalu khawatir pada risiko operasional BSI meski mendominasi 40 persen dari pangsa perbankan syariah. Menurut dia, BSI dimiliki oleh bank-bank besar yang memiliki kapabilitas dari sisi manajemen risiko, infrastruktur, dan teknologi. Sehingga, kapasitas bank induk dapat diturunkan kepada BSI, baik dari sisi infrastruktur, sumber daya manusia, maupun lainnya.
Bank yang jagain sudah proven, bank besar yang memang secara bisnis di bidang ini, jadi memang tidak perlu khawatir.
"Bank yang jagain sudah proven, bank besar yang memang secara bisnis di bidang ini, jadi memang tidak perlu khawatir," katanya.
Ketua Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI), Erwin Noekman berharap, BSI dapat membantu menyuburkan ekosistem non-bank, salah satunya asuransi syariah. Menurut dia, kehadiran BSI menjadi salah satu rantai signifikan, yang dapat meningkatkan kinerja asuransi syariah.
"Dengan adanya BSI, kami melihatnya sebagai suatu yang positif, bank besar ini tentu akan jadi bagian dari halal value chain," katanya dalam Webinar Asuransi Syariah Indonesia, Selasa (2/2).
BSI akan berperan signifikan dalam mengembangkan rantai nilai halal, yang juga berkaitan dengan asuransi syariah. Sehingga, dengan segala aktivitasnya, berbagai industri bisa ikut berkembang.
Erwin mengatakan, asuransi syariah masih punya peluang besar untuk tumbuh melalui ekosistem. Selain bekerja sama dengan perbankan syariah, industri asuransi juga bersinergi dengan kawasan industri halal yang memiliki infrastruktur hulu ke hilir.
Dari sisi pemerintahan, asuransi syariah juga bisa turut serta dalam pengembangan proyek-proyek yang dibiayai oleh sukuk. Ia berharap, political will membawa potensi infrastruktur yang dibangun dari pembiayaan syariah bisa juga diserahkan pada asuransi syariah.
Erwin menambahkan, kinerja asuransi syariah pada 2020 secara umum masih tumbuh positif. Meski datanya belum dapat dipublikasikan, pertumbuhan pada tahun ini diproyeksikan sekitar 10 persen.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.