Kabar Utama
Penyintas Gempa Alami Trauma Mendalam
Kemensos Menjanjikan kebutuhan para pengungsi atau penyintas dapat terpenuhi.
MAMUJU -- Gempa bumi berkekuatan 6,2 magnitudo yang mengguncang Kabupaten Mamuju dan Kabupaten Majene, Sulawesi Barat pada Jumat (15/1), menyisakan trauma yang mendalam bagi warga. Hingga hari keenam pascagempa, Kamis (21/1), warga belum berani berada lama di dalam rumah.
Anak-anak pun dilaporkan sangat ketakutan begitu mendengar suara keras dari benda yang terjatuh. "Sampai saat ini, saya belum berani berlama-lama di dalam rumah. Setiap berada di dalam rumah, ada perasaan takut dan waswas akan terjadi gempa lagi," kata seorang warga Mamuju, Syukur, Kamis (21/1).
Ia beserta tetangganya mengaku masih mengungsi di halaman terbuka di sekitar tempat tinggal mereka. Syukur mengatakan, ia bersama beberapa warga sempat berpikir ingin meninggalkan Mamuju.
Mereka panik karena sempat ada informasi yang beredar bahwa akan terjadi gempa susulan dengan kekuatan yang besar dan diikuti tsunami. Namun, setelah dipertimbangkan, ia dan warga lainnya memutuskan tetap bertahan di Mamuju.
Bukan hanya para orang tua yang mengalami trauma pascagempa. Anak-anak juga mengalaminya. Bahkan, kata Syukur, anaknya setiap mendengar suara yang keras langsung histeris dan menjerit ketakutan.
Ia menceritakan, saat gempa terjadi pada Jumat dini hari lalu, suasana sangat mencekam. "Saat terjadi gempa, gemuruh tembok yang patah ditambah suara keras benda-benda yang jatuh membuat kami, terlebih anak-anak, sangat ketakutan. Inilah yang selalu membayangi kami setiap berada di dalam rumah," ucapnya.
Sampai saat ini, kata dia, anaknya sering mengalami demam, terutama ketika mendengar suara yang keras. "Insya Allah, jika kondisi sudah benar-benar aman, saya akan membawa keluarga refreshing untuk menghilangkan trauma akibat gempa ini," kata Syukur.
Warga lainnya, Adnan juga merasakan hal sama. Ia selalu cemas jika berada di dalam ruangan. Meski beberapa kali gempa susulan yang terjadi lebih kecil, kata dia, warga selalu dihantui rasa takut akan terjadinya gempa susulan yang lebih besar.
"Setiap berada di dalam rumah, perasaan saya seolah oleng, padahal tidak terjadi gempa. Mungkin ini yang disebut trauma, sebab kami selalu dibayang-bayangi perasaan takut," tuturnya.
Warga korban gempa di Mamuju berharap ada pendampingan psikologis di tenda-tenda pengungsian agar warga korban gempa secara berangsur bisa menghilangkan perasaan traumatis dampak gempa. "Khususnya untuk anak-anak, perlu pendampingan khusus agar tidak menjadi bayang-bayang mereka kelak," kata Adnan.
Pekerja Sosial Ahli Muda Kementerian Sosial (Kemensos) Dika Yudhistira Rizqy mengatakan, Kemensos memastikan kebutuhan para pengungsi atau penyintas dapat terpenuhi, salah satunya kebutuhan pemulihan psikososial. Dika menjelaskan, Kemensos telah mengerahkan tim Layanan Dukungan Psikososial (LDP) bagi para penyintas untuk membantu pemulihan trauma yang dirasakan masyarakat terdampak gempa bumi.
Tim LDP Kemensos berasal dari Taruna Siaga Bencana (Tagana), Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK), dan SDM Program Keluarga Harapan. Adapun relawan yang ikut turun sebanyak 30 orang yang tersebar di Kabupaten Majene dan Mamuju untuk kegiatan pelayanan sosial.
"Sampai hari ini, sebanyak 201 Tagana yang terlibat dari Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah telah bergabung untuk mendukung pemenuhan kebutuhan sosial sekaligus pemulihan psikologis bagi para pengungsi," lanjutnya.
Mulai beraktivitas
Kasrem Kolonel Yusuf Sampetoding yang mewakili Danrem 147 sebagai Komandan Satgas (Dansatgas) Penanggulangan Bencana melaporkan, kondisi di Kabupaten Mamuju dan Majene berangsur pulih. Beberapa fasilitas publik ada yang mulai berfungsi kembali.
Yusuf mengatakan, berdasarkan pemantauan di lapangan, beberapa toko sudah kembali dibuka. Untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan, toko-toko tersebut harus mendapatkan penjagaan kepolisian.
"Beberapa toko sudah kembali buka dengan pengawasan ketat kepolisian. Kami berharap perekonomian di Sulawesi Barat khususnya Kabupaten Mamuju maupun Majene bisa berangsur pulih, sehingga mayarakat bisa hidup dengan normal kembali," tuturnya.
Ia mengatakan, pendistribusian bantuan juga terus mengalir di beberapa instalasi penampungan yang dikirim melalui pesawat udara, perjalanan darat maupun kapal laut. Selain itu, Dansatgas mendapat bantuan berupa alat berat yang sudah tersebar di semua titik kerusakan untuk mendukung kegiatan-kegiatan pembersihan di sekitar runtuhan bangunan.
"Dengan adanya dukungan bantuan alat berat, kami berharap dalam waktu tidak lama lagi reruntuhan bisa bersih seluruhnya sehingga masyarakat dapat segera kembali beraktifitas normal," tutupnya.
Sementara itu, total korban jiwa per Kamis (21/1) dilaporkan sebanyak 91 orang. "Korban meninggal dunia di Mamuju 80 orang dan Majene 11 orang," kata Komandan Korem 142/Taroada Tarogau Mamuju Brigjen Firman Dahlan dalam konferensi pers virtual BNPB, kemarin.
Sejumlah desa yang masih terisolasi akibat dampak gempa mengharapkan bantuan logistik dan bahan makanan bisa segera disalurkan. Kepala Desa Salutambung Ulumanda, Kabupaten Majene, Palimbuang, mengatakan, desanya salah satu yang terdampak gempa.
Akses jalan yang biasa dilalui menuju Majene tidak bisa ditembus karena mengalami kerusakan cukup parah. "Kita tidak bisa keluar desa karena jalanan rusak. Harapannya bisa dikirim bantuan secepatnya," kata dia.
Sedangkan terkait penanganan bencanan di Kalimantan Selatan, Sekretaris Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Roy Rizali Anwar mengatakan pihaknya sedang berupaya memperbaiki jembatan utama Trans Kalimantan yang rusak akibat banjir.
Ia mengatakan, rusaknya jembatan tersebut menghambat pengiriman bantuan bagi korban bencana. "Untuk jembatan diusahakan selesai paling lambat Jumat malam," kata Roy, kemarin.
Ia berharap, lalu lintas dan bantuan dapat berjalan lancar apabila jembatan darurat selesai dibangun. Ia juga memperingatkan, bahwa jembatan darurat tersebut hanya boleh menampung beban hingga 6 ton.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.