Kabar Utama
Warga Masih Terjebak Runtuhan Akibat Gempa
Jumlah korban jiwa bertambah menjadi 73 orang.
MAMUJU -- Proses evakuasi korban gempa di Kabupaten Mamuju dan Kabupaten Majene, Sulawesi Barat (Sulbar), masih berlangsung hingga Ahad (17/1). Sejumlah warga yang terjebak reruntuhan bangunan berhasil dievakuasi dalam kondisi hidup. Sedangkan untuk membantu kebutuhan para penyintas, bantuan logistik terus didatangkan berbagai pihak.
Evakuasi terhadap korban gempa salah satunya berlangsung di RS Mitra Manakarra di Mamuju. Berdasarkan laporan Antara, tim SAR gabungan awalnya telah menyelesaikan pencarian dan evakuasi korban di RS tersebut. Di lokasi itu tim SAR mengevakuasi delapan orang, empat di antaranya dinyatakan meninggal dunia.
Namun, tim SAR kembali melakukan pencarian pada Ahad pagi menjelang siang karena ada aduan dari tiga orang kerabat korban atau pasien RS Mitra Manakarra yang hingga Sabtu malam belum diketahui keberadaannya. Alhasil, tim SAR gabungan menjadikan RS Mitra Manakarra sebagai salah satu fokus pencarian terhadap tiga orang tersebut.
Tim SAR juga menyisir berbagai lokasi terdampak gempa magnitudo 6,2 yang terjadi pada Jumat (15/1). Penyisiran dilakukan di kawasan perkantoran, rumah penduduk, dan bangunan lainnya. Tim SAR menjadikan area di kawasan Kantor Gubernur Sulawesi Barat sebagai posko penanggulangan bencana. Di lokasi itu juga para pejabat negara dan daerah menjadikan tempat penginapan sementara terkait upaya penanganan bencana alam tersebut.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan, korban jiwa akibat gempa bumi di Sulbar terus bertambah. Per Ahad (17/1) siang, jumlah korban meninggal dunia sebanyak 73 jiwa, korban luka-luka sebanyak 743 orang, sedangkan jumlah pengungsi mencapai 27.850 orang.
republikaonline Sulitnya mengecas HP pasca gempa ##TiktokBerita ##Mamuju ##Gempa We Rise Against (Full) - Jonathan Paulsen
Kepala Pusat Data dan Informasi Bencana BNPB Raditya Jati mengatakan, korban meninggal dunia terbanyak masih berada di Kabupaten Mamuju yang berjumlah 64 orang. Sedangkan, korban meninggal dunia di Kabupaten Majene sebanyak sembilan orang. "Namun, korban luka-luka terbanyak ada di Majene. Jumlahnya mencapai 554 orang. Sebanyak 64 orang luka berat," kata Raditya dalam keterangan resmi, Ahad (17/1).
Di Mamuju, korban luka-luka ada sebanyak 189 orang dengan klasifikasi berat dan mengharuskan perawatan inap. Ia mengatakan, penanganan para korban di Mamuju terus dilakukan. Sejumlah RS membuat pelayanan kedaruratan. “Tiga rumah sakit yang saat ini aktif di Kabupaten Mamuju, ada RS Bhayangkara, RS Regional Sulawesi Barat, dan RSUD Kabupaten Mamuju,” kata dia.
Sementara untuk pengungsian di Majene terkonsentrasi di 30 titik di 10 desa. “Terdapat 27.850 orang mengungsi di 25 titik di Majene,” katanya.
Adapun kerugian materi dari dampak gempa paling parah ada di Majene. Tercatat 1.150 unit rumah warga yang rusak berat dan satu unit rumah sakit rusak. Di Mamuju, fasilitas pemerintahan seperti kantor gubernur, dan pelabuhan juga mengalami kerusakan, termasuk dua unit rumah sakit. Jati menyebut, terkait rumah-rumah warga yang rusak ini, BNPB akan memberikan stimulus perbaikan dengan nominal Rp 25 juta-Rp 50 juta.
Sampai saat ini, kata dia, proses evakuasi dan perbantuan distribusi logistik masih terus dilakukan. Kepala BNPB Letjen Doni Monardo pun masih berada di lokasi bencana untuk melakukan pemantauan.
Raditya dalam konferensi pers pada Ahad kemarin mengatakan, kebutuhan yang mendesak bagi para pengungsi adalah sembako, selimut, tikar, tenda pengungsian, makanan siap saji, serta air dan sanitasi. BNPB juga telah menempatkan tiga helikopter di lapangan untuk distribusi logistik dan peralatan serta operasional yang dibutuhkan. Untuk kebutuhan air bersih, logistik, makanan dan sandang, menurut dia sudah cukup memadai untuk 10 hari ke depan.
Bantuan dari Kementerian Sosial (Kemensos) juga telah tiba di Mamuju pada Ahad dini hari. Direktur Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam Kemensos M Safii Nasution menjelaskan, bantuan Kemensos tersebut terdiri atas bantuan logistik tanggap darurat pusat senilai Rp 979,8 juta dan bantuan logistik gudang regional timur senilai Rp 621,9 juta.
Kemensos juga membangun enam posko dapur umum bagi korban gempa. “Seluruh masakan kita sebarkan ke lokasi pengungsi atau bagi yang lokasi pengungsiannya dekat bisa langsung mengambil," kata Safii di Sulbar dalam keterangan pers Kemensos, Ahad (17/1).
View this post on Instagram
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memastikan, tindakan medis dan pelayanan kesehatan di Sulbar bisa tetap berjalan. Budi telah meninjau langsung ke tempat kejadian gempa, yakni RSUD Sulawesi Barat di Mamuju, Sabtu (16/1). Menurut pantauan Budi, kondisi gedung RSUD Sulbar banyak yang rusak sehingga tak sedikit pasien yang dirawat di luar gedung.
"Sudah ada tenda yang bagus dan teman-teman tenaga kesehatan dari Makassar juga sudah membantu. Obat-obatan juga sudah lengkap agar beberapa tindakan operasi bisa dilakukan di sini," kata Budi, kemarin.
Budi mengaku telah meminta seluruh pihak terkait agar segala kebutuhan terkait penanganan kesehatan dipenuhi. Ia juga mengajak para dokter di sekitar daerah tersebut untuk datang membantu. Saat ini, kata dia, banyak dibutuhkan dokter ortopedi.
Potensi susulan
Kepala Puslitbang Kebencanaan Universitas Hasanuddin, Adi Maulana, mengingatkan masyarakat agar tetap waspada kemungkinan masih ada gempa susulan di Majene, Sulawesi Barat. Ia mengatakan, gempa susulan atau aftershock adalah gempa yang terjadi setelah gempa utama (gempa yang paling besar). Biasanya gempa susulan akan mempunyai trend yang semakin lama semakin mengecil.
Pakar petrologi dan geologi ekonomi ini menjelaskan, banyaknya gempa susulan sangat tergantung dari besar magnitudo gempa dan juga kondisi geologi sekitarnya. Menurutnya, semakin besar magnitudonya, maka aftershock biasanya akan banyak. Selain itu, semakin kompleks kondisi geologinya, seperti jenis batuan dasar dan struktur geologi, juga sangat berpengaruh.
Namun, yang terjadi pada produktivitas gempa di Majene Sulbar dinilai Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono sebagai fenomena aneh. Pasalnya, gempa kuat di kerak dangkal dengan magnitudo 6,2 seharusnya diikuti banyak gempa susulan.
"Mungkin karena pernah ada sejarah bahwa gempa besar terjadi di daerah ini, yaitu pada 1967 dan 1969 yang mencapai magnitudo 6,9, sementara sekarang cuma 6,2 M, sehingga diperkirakan masih ada energi gempa yang belum release," kata Adi, melalui pesan elektronik kepada Republika, Ahad (17/1).
Namun demikian, masyarakat diminta tidak perlu panik. Menurutnya, masyarakat cukup menghindari gedung-gedung atau bangunan yang sudah runtuh agar tidak tertimpa pada saat terjadi gempa susulan. Selain itu, masyarakat juga diimbau untuk menghindari daerah pantai. Sebab jika gempa susulan terjadi yang berfokus di laut bisa menyebabkan terjadinya tsunami.
View this post on Instagram
Gempa susulan yang terjadi juga bisa menyebabkan runtuhan di Selat Makassar seperti yang terjadi di Palu. Ia juga mengingatkan masyarakat untuk menghindari lereng-lereng yang terjal, karena biasanya gempa susulan menyebabkan terjadinya tanah longsor.
"Masyarakat tetap harus waspada, tetapi tidak perlu panik dan meninggalkan Kota Mamuju. Kita harapkan energinya sudah terlepas semua, kalaupun ada berupa aftershock atau gempa susulan yang tentu lebih kecil. Untuk saat ini yang terpenting adalah keselamatan jiwa dulu. Waspada sehingga bisa mengurangi resiko, tetapi tidak perlu panik," tambahnya.
Gempa pada Sabtu (16/1) pagi menjadi gempa ke-32 yang terjadi sejak terjadinya gempa pembuka dengan magnitudo 5,9 pada Kamis (14/1) siang hari pukul 13.35 WIB. Sementara hingga hari kedua pasca gempa utama dengan magnitudo 6,2 pada Jumat (15/1) dini hari pukul 01.28 WIB baru terjadi 23 gempa susulan.
Daryono mengatakan, dibandingkan dengan kejadian gempa lain sebelumnya dengan kekuatan yang hampir sama, biasanya pada hari kedua sudah terjadi gempa susulan yang sangat banyak, bahkan sudah dapat mencapai jumlah sekitar 100 gempa susulan.
View this post on Instagram
Menurutnya, fenomena rendahnya produksi aftershock di Majene itu bisa jadi disebabkan karena telah terjadi proses disipasi, di mana medan tegangan di zona gempa sudah habis sehingga kondisi tektonik kemudian menjadi stabil dan kembali normal.
Akan tetapi, minimnya aktivitas gempa susulan itu bisa jadi menandakan masih tersimpannya medan tegangan yang belum rilis. Sehingga, masih memungkinkan terjadinya gempa signifikan ke depan.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.