Keluarga
Agar Bisnis Rumahan Laris Manis
Pengeluaran pribadi jangan sampai bersinggungan dengan bisnis.
Ada berkah di balik musibah. Pepatah ini tampaknya tepat untuk menggambarkan situasi saat ini. Kendati masih didera pandemi Covid 19 yang entah kapan akan berakhir, tidak semua sektor ekonomi terpuruk. Kondisi sulit saat ini justru memunculkan banyak bisnis daring baru, mulai dari perlengkapan kesehatan hingga makanan siap saji.
Berdasarkan riset yang dilakukan situs belanja daring Shopee pada masa pandemi ini, jumlah penjual di platform tersebut meningkat 60 persen dari tahun ke tahun. Penjualan secara daring tentu memperkuat kontribusi positif bisnis rumahan terhadap perputaran roda perekonomian secara keseluruhan.
“Setelah hampir setahun, belanja daring telah menjadi pusat kehidupan masyarakat banyak,” kata Head of Brands Management and Digital Products Shopee Indonesia, Daniel Minardi dalam pertemuan virtual pada Desember lalu.
Dalam ajang tersebut, Lizzie Parra selaku Founder and CMO dari BLP Beauty dan Oshin Hernis selaku Head of Communications Sayurbox membagikan beberapa kiat yang dapat diadaptasi pelaku bisnis rumahan dalam mengembangkan bisnisnya di tengah pandemi.
Lizzie dan Oshin sepakat bahwa memperdalam ide bisnis dan melakukan riset pasar adalah hal penting. Pandemi menyebabkan perubahan aktivitas dan kebutuhan masyarakat. Karena itu, seseorag bisa mencari produk apa yang banyak dibutuhkan masyarakat saat ini. Pastikan agar ide bisnis yang dimiliki dapat menjawab kebutuhan pasar yang ingin dituju dengan tepat dan sesuai. “Mulai bisnis dari ketertarikan diri sendiri,” kata Lizzie mengisahkan bagaimana dia memulai BLP Beauty.
Selain mengetahui ketertarikan dan kebutuhan masyarakat secara umum, menurut dia, cara itu akan lebih memudahkan apabila bisnis rumahan dimulai dari hobi ataupun ketertarikan calon pelakunya.
Dia menyarankan calon pelaku bisnis tak perlu khawatir jika hobi atau ketertarikan yang dipunyai memiliki pangsa pasar yang kecil. Dia mengatakan lebih baik memulai dengan fokus pada pangsa pasar kecil agar bisnisnya dapat berkembang dengan lebih terarah.
Pada 2014-2016, Lizzie sering melakukan review produk kecantikan. Selama periode itu, dia menyadari bahwa banyak orang Indonesia tidak percaya diri mengenakan produk kosmetik lokal. Kemudian, Lizzie mencari tahu di mana masalahnya? Dia ingin meyakinkan orang-orang bahwa produk kosmetik lokal itu bagus.
Saat mulai mendirikan BLP Beauty, Lizzie mengatakan uangnya tidak cukup banyak, sehingga dia memulai pemasaran produknya lewat media digital. “Ternyata dari kesempitan itu ada kesempatan lebih besar,” ujar Lizzie.
Sedangkan, Oshin menyarankan calon pelaku bisnis untuk menentukan target konsumen dan memaksimalkan kanal daring. “Tentukan secara spesifik target konsumen bisnis. Ingat, tidak semua orang dapat menjadi target dari produk atau jasa,” ujar dia.
Karena sebagian besar melakukan kegiatan berbelanja secara daring, menurut dia, kekuatan pemasaran secara daring jadi sangat penting dalam membangun bisnis. Maka, bergabung dengan platform belanja daring dapat diandalkan untuk memulai bisnis.
Tak lupa, Oshin mengingatkan pentingnya memilih logo dan kemasan produk yang merepresentasikan bisnis. Dia menjelaskan logo dan kemasan merupakan cara seseorang untuk membedakan bisnisnya dengan bisnis lain.
Lizzie mengatakan pemilihan kemasan merupakan bagian yang krusial untuk produk yang dia pasarkan. ''Untuk menciptakan dampak yang lebih baik, tentu butuh perubahan yang dimulai secara perlahan,'' ujarnya.
Ternyata dari kesempitan itu ada kesempatan lebih besar.
Lizzie Parra
Perhatikan Pos Pengeluaran Rutin
Tidak hanya memikirkan strategi agar penjualan sukses, saat memutuskan untuk mulai berbisnis, kita pun dihadapkan pada kewajiban untuk mengetahui cara menghitung laba. Penghitungan laba menjadi penting untuk kelangsungan bisnis agar si pebisnis memahami berapa banyak keuntungan yang mereka peroleh. Dari penghitungan itulah, kita pun bisa memperoleh gambaran apakah bisnis tersebut berhasil atau tidak.
Lantas, bagaimana cara menghitung laba? Dilansir dari laman bisnis informi, rumus paling sederhana ini adalah pendapatan total-biaya total=keuntungan. Keuntungan dihitung dengan mengurangi biaya langsung, seperti bahan, tenaga kerja, dan biaya tidak langsung (juga dikenal sebagai biaya /overhead/) dari penjualan. Dalam penghitungan akuntansi normal, hasil dari penjualan dan pengeluaran akan masuk dalam laba.
Namun di luar kemampuan hitung-menghitung laba, pakar perencana keuangan Ligwina Hananto mengingatkan adanya perbedaan besar dalam mengatur keuangan pribadi dan mengatur keuangan dalam urusan bisnis. Ligwina Hananto menyebut untuk mengatur keuangan pribadi perlu diperhatikan soal pos pengeluaran rutin setiap bulannya.
"Kalau di keuangan pribadi itu ada cicilan utang, pengeluaran rutin, menabung, sosial, dan /lifestyle/. Ini adalah daftar lima pos besar pengeluaran bulanan pribadi kita dengan syarat sudah ada penghasilan," kata Ligwina Hananto dalam diskusi virtual.
Ligwina mengatakan betapa pentingnya bagi mereka yang sudah memiliki usaha untuk mengatur pos pengeluaran pribadi bulanan agar tidak bersinggungan dengan bisnis yang dijalankan. "Kalau nanti sudah punya penghasilan tambahan, kita harus ukur dari penghasilan itu mana yang bisa, mana yang ternyata untuk ongkos bisnis dulu," ujar Ligwina Hananto.
Menurut Ligwina, perbedaan menonjol dari seorang pebisnis adalah tidak hanya memikirkan omset semata tapi juga pengeluaran keuangan yang digunakan dalam ongkos bisnis. "Pebisnis sesungguhnya akan punya laporan bisnisnya karena yang dicari bukan cuma ozset. Itu baru omzet, baru uang masuk, ada ongkosnya sesudah itu. Kalau udah profit dia harus punya laporan keuangan. Kalau tidak ada dia tidak tahu profitnya berapa," ujarnya.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.