Opini
APBN dan Pemulihan Ekonomi
Kebijakan APBN 2021 diarahkan sebagai instrumen pemulihan melalui keberlanjutan program.
DANU SANDJOYO, Pegawai Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kemenkeu RI
Tren pemulihan ekonomi yang terjadi mulai kuartal ketiga 2020 diyakini akan berlanjut hingga 2021. Meski tak bisa dimungkiri pandemi Covid-19 masih akan membayangi aktivitas ekonomi hingga beberapa tahun ke depan.
Setelah pertumbuhan ekonomi terkontraksi hingga negatif 5,32 persen PDB pada kuartal II 2020, angkanya membaik menjadi negatif 3,49 persen PDB pada kuartal III, dan kuartal IV diprediksi lebih baik lagi, bahkan diharapkan bisa kembali positif. Optimisme cukup membuncah pada 2021, saat pertumbuhan ekonomi diprediksi positif lima persen.
Ketika WHO mengumumkan pandemi Covid-19, pasar global menunjukkan gejolak kepanikan sehingga pemerintah segera menyiapkan strategi extraordinary. Sejumlah kebijakan itu, di antaranya refocusing dan realokasi anggaran kegiatan nonprioritas hingga paket stimulus untuk mitigasi pandemi Covid-19.
Stimulus melalui insentif pajak, tambahan belanja negara untuk dukungan dunia usaha, serta belanja ekstra untuk memastikan menyelamatkan nyawa melalui perlindungan kesehatan. Pemerintah pun memastikan masyarakat terdampak pandemi mendapatkan jaminan perlindungan sosial. Mengacu pada APBN 2020, pemerintah mengalokasikan anggaran program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) Rp 695,2 triliun atau setara 4,2 persen PDB.
Seluruh komponen pertumbuhan berada dalam tren rebound ditopang stimulus fiskal untuk menangani pandemi dan PEN.
Tahun 2021 akan menjadi tahun perbaikan pemulihan ekonomi. Kebijakan APBN 2021 diarahkan sebagai instrumen pemulihan melalui keberlanjutan program PEN seiring penanganan Covid-19. Namun, pemerintah tetap menyiapkan segala ketidakpastian akibat pandemi yang eskalatif dalam skala domestik bahkan global. Intinya, menyelamatkan nyawa manusia dan perekonomian adalah hal yang sama pentingnya dan tidak dapat dipisahkan.
Perkembangan ekonomi dan kebijakan APBN 2021 akan diarahkan untuk menjaga momentum PEN. Sejumlah indikator perekonomian telah menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Antara lain, pertama, pertumbuhan ekonomi di kuartal ketiga dan mudah-mudahan kuartal keempat 2020 menunjukkan titik balik pemulihan.
Seluruh komponen pertumbuhan berada dalam tren rebound ditopang stimulus fiskal untuk menangani pandemi dan PEN. Konsumsi membaik didukung belanja program jaminan sosial, pertumbuhan investasi mulai berbalik sejak proyek yang sempat tertunda mulai digarap lagi, ekspor semakin baik, dan impor cenderung menurun.
Kedua, sektor finansial terus menunjukkan confidence pelaku pasar. Indeks harga saham gabungan yang kembali naik dan nilai tukar rupiah yang menguat, seiring perkembangan ekonomi serta kabar pengembangan vaksin. Tiga bulan terakhir, berdasarkan data Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu, aliran modal pun terus masuk ke dalam negeri.
Pemerintah merancang APBN 2021 masih dengan tone ekspansif. Itu tecermin dari angka defisit APBN yang 5,7 persen PDB.
Apa modalitas utama untuk memastikan momentum pemulihan? Kebijakan fiskal berperan penting, terutama dari sisi government spending ketika belanja PEN akan tetap dilanjutkan hingga kinerja pemulihan ekonomi benar-benar membaik.
Pemerintah merancang APBN 2021 masih dengan tone ekspansif. Itu tecermin dari angka defisit APBN yang 5,7 persen PDB. APBN 2021 tetap ekspansif meskipun tetap harus berhati-hati mulai konsolidasi. Karena dalam jangka menengah, instrumen APBN harus terus dijaga agar tetap sehat, sustainable, dan kredibel.
Selain fiskal, kepercayaan masyarakat melakukan aktivitas ekonomi harus dikembalikan. Kuncinya, memastikan keselamatan jiwa atau jaminan kesehatan. Pemerintah memastikan dukungan APBN untuk pengadaan vaksin dan vaksinasi massal.
Adanya 1,2 juta dosis vaksin yang datang awal Desember lalu, disusul batch berikutnya, dan pernyataan Presiden Joko Widodo tentang kesediaan untuk disuntik vaksin pertama semakin memperkuat optimisme. Kita berharap betul vaksin Covid-19 menjadi akselerator penyelesaian pandemi dan menghadirkan sentimen positif pemulihan ekonomi.
Tahun depan, pemerintah telah menyiapkan langkah kebijakan strategis guna mendukung akselerasi pemulihan dan transformasi ekonomi. Yakni, pertama, melalui dukungan APBN untuk peningkatan kualitas SDM dan adopsi teknologi melalui prioritas alokasi belanja pendidikan, kesehatan, infrastruktur, ketahanan pangan, pariwisata, perlindungan sosial, dan digitalisasi TIK. Kualitas belanja negara terus ditingkatkan melalui alokasi pada sektor fundamental yang memiliki multiplier effect besar.
Kedua, memastikan program reformasi fiskal dan struktural yang berkelanjutan guna mendukung pencapaian tujuan pembangunan jangka panjang. Operasionalisasi Undang-Undang Cipta Kerja omnibus law diharapkan, mendorong penciptaan lapangan kerja, memudahkan pembukaan usaha baru, dan mendukung pemberantasan korupsi. Di sisi fiskal, menteri keuangan terus memperbaiki quality of spending, mendorong reformasi pendapatan dan pembiayaan inovatif.
Tahun 2021 akan menjadi titik tolak signifikan untuk memastikan momentum keberlanjutan pemulihan ekonomi nasional.
Pemerintah akan memastikan tidak boleh terjadi kebocoran dana publik. Dugaan korupsi bansos yang seharusnya bisa menjaga tingkat konsumsi dan nutrisi masyarakat harus dipastikan tak lagi terjadi. Kemenkeu berkeyakinan Komisi Pemberantasan Korupsi akan menuntaskan kasus korupsi dana bansos. Kita harus memastikan kebocoran anggaran tidak boleh terjadi lagi agar pemulihan ekonomi melalui gelontoran belanja pemerintah dapat optimal menggerakkan ekonomi.
Sebelum adanya Covid-19, Indonesia berpotensi mengakselerasi pertumbuhan ekonomi didukung komitmen reformasi struktural berkelanjutan. Namun, syok akibat pandemi Covid-19 menyebabkan outlook pertumbuhan ekonomi kita keluar jalur alamiahnya.
Oleh karena itu, dalam jangka pendek program PEN dibuat untuk memberi bantalan agar kontraksi pertumbuhan tak terlalu dalam. Dalam jangka panjang, reformasi struktural harus direalisasikan guna mempercepat pertumbuhan berkelanjutan, baik melalui perbaikan sisi demand maupun supply dengan peningkatan investasi, produktivitas, dan penciptaan lapangan kerja.
Tahun 2021 akan menjadi titik tolak signifikan untuk memastikan momentum keberlanjutan pemulihan ekonomi nasional. Optimisme dan positive thinking harus selalu kita tanamkan.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.