Internasional
Natal Terasa Redup Kali Ini
Demi mematuhi jam malam, Paus Fransiskus menggelar misa malam Natal lebih awal.
BETHLEHEM -- Kota Bethlehem di Tepi Barat, Kamis (24/12) malam, disambut dengan marching band menyambut Natal, diiringi kedatangan pemimpin umat Katolik. Namun, tak banyak orang yang hadir menyambut mereka di tengah pandemi virus korona dan lockdown ketat di kota yang diyakini sebagai tempat kelahiran Yesus Kristus.
"Natal adalah perayaan yang memperbarui harapan bagi jiwa," ujar Wali Kota Bethlehem Anton Salman. "Di tengah halangan dan tantangan akibat virus korona dan sedikitnya jumlah wisatawan, Kota Bethlehem masih terus menanti masa dengan optimisme."
Natal yang redup juga terasa di berbagai tempat lain di dunia. Di Italia, bel gereja pada malam Natal berdentang lebih awal dari biasanya. Jam malam yang diberlakukan Pemerintah Italia membuat para pastor beradaptasi dengan jadwal baru. Misa tengah malam yang dimulai Kamis malam di sejumlah gereja akhirnya digelar beberapa jam setelah hari gelap.
Paus Fransiskus pun ikut tunduk pada aturan. Ia menggelar misa Natal di Santo Petrus Basilika yang biasanya pukul 21.30 menjadi pukul 19.30 waktu setempat.
Biasanya, tempat duduk saat misa cepat terisi warga Roma dan para peziarah. Namun, pandemi membuat kehadiran mereka seperti tersendat. Para pengunjung mungkin tak sampai 200 orang, meski biasanya bisa mencapai ribuan orang.
Mereka yang hadir tampak memakai masker. Jajaran tanaman bunga kastuba merah tampak kontras dengan lantai marmer putih Basilika.
“Kelahiran Yesus adalah 'pembaruan' yang memungkinkan kita terlahir kembali setiap tahunnya untuk menemukan dalam diri-Nya kekuatan yang diperlukan pada setiap menghadapi ujian," kata Paus Fransiskus, dikutip Vatican news.
Momen yang biasa menjadi saat kebersamaan keluarga dan jemaat Kristiani memang berbeda kali ini. Pertemuan-pertemuan hanya digelar dalam skala kecil atau bahkan dibatalkan. Di Australia, jemaat gereja harus memesan tiket khusus untuk bisa menghadiri misa. Acara digelar dengan menjaga jarak antarjemaat.
Malam Natal terasa sunyi di Athena, Yunani. Pada saat normal, suara anak-anak kelompok paduan suara terdengar menyanyi sementara suara triangle terus berdenting seharian.
Anak-anak itu mendatangani rumah ke rumah dan menerima pemberian hadiah kecil dari pemilik rumah. Namun, tradisi puluhan tahun itu harus dihapuskan pada Natal kali ini.
Untuk menghormati tradisi, sekelompok anak merekam nyanyian mereka dalam bentuk video untuk dipersembahkan kepada Perdana Menteri Yunani Kyriakos Mitsotakis. Termasuk di antara anak-anak itu adalah mereka yang mengalami gangguan pendengaran dan menyanyi dengan bahasa isyarat.
Filipina bahkan melarang sama sekali misa bersama. Orang di luar keluarga inti juga tidak boleh datang berkunjung seperti biasa. Padahal, biasanya mereka berkumpul mengadakan makan malam bersama pada malam Natal.
Perayaan di berbagai tempat di Eropa harus dibatalkan atau menjadi lingkup lebih kecil karena kasus infeksi yang meningkat. Apalagi, virus korona varian baru diperkirakan lebih mudah menular dibanding jenis virus sebelumnya.
Salah satu gereja yang paling terhantam oleh pandemi adalah Gereja Santo Petrus di New York City, Amerika Serikat. Sebelum pandemi, gereja Lutheran ini memiliki 800 anggota jemaat. Namun, sekitar 60 orang di antara mereka meninggal akibat Covid-19.
Meski terpukul, anggota gereja berbahasa Spanyol ini tak ketinggalan melakukan donasi. Mereka menyumbangkan jaket, selendang penghangat, dan pakaian musim dingin lainnya untuk lebih dari 100 anak-anak migran di pusat penampungan di Manhattan, New York.
Di Kolombia, banyak pengunjung dari Venezuela mudik untuk mengunjungi anggota keluarga mereka. Namun, Pemerintah Kolombia menutup perbatasan dengan Venezuela untuk menghambat laju pertumbuhan kasus Covid-19. Kini pemudik harus membayar orang yang bisa membantu mereka menyelundup masuk ke Kolombia.
Pantai ikonik Rio de Janeiro di Brasil tetap dibuka. Namun, dekrit pemerintah kota mencegah mobil diparkir di pantai untuk mencegah acara kumpul-kumpul. Apalagi, hujan juga turun pada malam Natal kali ini.
"Tahun-tahun sebelumnya penuh turis saat Natal," ujar seorang warga, Thomas Azevedo (28 tahun), tentang pantai itu. "Namun, kali ini tak ada seorang pun."
Keadaan Lebanon justru amat berbeda. Setelah terpukul akibat insiden ledakan pelabuhan Beirut, 4 Agustus 2020 lalu, pemerintah memutuskan pelonggaran aturan pandemi saat Natal.
Puluhan ribu perantau pulang ke Lebanon di tengah kekhawatiran kenaikan kasus sepanjang masa liburan. Lebanon memiliki populasi umat Kristiani terbesar di Timur Tengah, yaitu sekitar sepertiga populasi warga Lebanon.
"Orang di sekitar kita merasa jenuh, tertekan, dan terpukul. Jadi bisa dikatakan, ayo tumbuhkan setitik kegembiraan dan cinta," ujar Sevine Ariss, salah satu penyelenggara acara Natal di sepanjang jalan tepi pantai Beirut.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.