Ekonomi
Keuangan Syariah RI Naik Peringkat
Rencana merger tiga anak usaha BUMN bisa percepat pertumbuhan keuangan syariah.
JAKARTA - Keuangan syariah Indonesia berhasil naik ke peringkat kedua dalam Islamic Finance Development Indicators (IFDI) 2020 dari sebelumnya menempati posisi keempat pada 2019. Posisi pertama masih ditempati oleh Malaysia, kemudian Bahrain dan Uni Emirat Arab menempati posisi ketiga dan keempat.
Laporan indeks IFDI 2020 dikeluarkan oleh Refinitiv, The Islamic Corporation for the Development (ICD), dan The Islamic Development Bank (IDB). Laporan tersebut mengukur perkembangan industri keuangan syariah setiap negara dan menjadi barometer tingkat kesehatan industri keuangan syariah.
Head of Islamic Finance Refinitiv Mustafa Adil mengatakan, peningkatan posisi Indonesia sangat signifikan dan tercepat dalam tiga tahun terakhir. "Indonesia mengalami pertumbuhan yang sangat pesat dalam tiga tahun terakhir ini karena beberapa hal, termasuk di dalamnya pengembangan secara ekosistem yang mengangkat banyak industri," katanya dalam konferensi pers peluncuran IFDI 2020, Selasa (15/12).
Perhitungan IFDI mengacu pada faktor-faktor instrumental yang dikelompokkan ke dalam lima bidang pembangunan yang dianggap sebagai indikator utama. Di antaranya yaitu pertumbuhan kuantitatif, pengetahuan, tata kelola, kesadaran, dan corporate social responsibility (CSR).
Seperti laporan sebelumnya, peningkatan peringkat Indonesia pada 2020 juga sangat dipengaruhi oleh indikator pengetahuan yang di dalamnya termasuk peningkatan pendidikan dan riset keuangan syariah. Indikator kesadaran juga menjadi faktor penting peningkatan peringkat Indonesia.
Hal ini seiring peningkatan acara terkait keuangan syariah dalam tempo setahun terakhir. Kedua indikator tersebut adalah hasil implementasi Masterplan Ekonomi Syariah (MEKSI) 2019-2024 yang merupakan kerangka kerja pembangunan, strategi, dan rencana aksi pengembangan ekonomi syariah Indonesia.
Mustafa mengatakan, aset keuangan syariah Indonesia juga naik dari 86 miliar dolar AS pada 2018 menjadi 99 miliar dolar AS pada 2019. Rencana merger tiga anak usaha bank BUMN menjadi Bank Syariah Indonesia diprediksi dapat lebih mempercepat pertumbuhan keuangan syariah Indonesia.
"Saya rasa pengembangan bank ini akan menjadi kontributor utama pengembangan. Regulator dan industri sudah berjalan di arah yang benar," katanya.
Selanjutnya, Mustafa mengatakan, Indonesia menjadi negara pertama yang menerbitkan sukuk hijau ritel pada 2019. Indonesia juga menjadi negara pertama yang menerbitkan Sukuk Blockchain di sektor dana sosial keagamaan. Sukuk berbasis blockchain ini dikeluarkan pertama kali oleh BMT Bina Ummah pada 2019.
Direktur Eksekutif Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) Ventje Rahardjo mengungkapkan, prestasi ini tak terlepas dari peran seluruh pemangku kepentingan yang terus berkolaborasi, bersolidaritas, dan berkomitmen tinggi dalam mendorong perkembangan industri keuangan syariah Indonesia. Dalam mendukung perkembangan industri keuangan syariah Indonesia, KNEKS telah merancang strategi dengan berfokus pengembangan sampai 2024 di lima aspek.
"Di antaranya jasa keuangan syariah, keuangan sosial syariah, bisnis dan kewirausahaan syariah, industri produk halal, dan infrastruktur ekosistem syariah," katanya.
Perkembangan merger
PT Bank BRI Syariah Tbk menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada Selasa (15/12). RUPSLB tersebut membahas lima mata acara yang terkait dengan merger tiga bank syariah anak usaha BUMN.
Kelima mata acara RUPSLB BRI Syariah adalah persetujuan atas penggabungan, persetujuan rancangan penggabungan, persetujuan akta penggabungan, persetujuan perubahan anggaran dasar, dan persetujuan susunan direksi, komisaris, dan dewan pengawas syariah bank hasil penggabungan.
Dalam RUPSLB tersebut, para pemegang saham BRI Syariah menyepakati penggabungan perusahaan dengan PT Bank BNI Syariah dan PT Bank Syariah Mandiri. Para pemegang saham juga telah menyepakati struktur pengurus bank hasil penggabungan.
RUPSLB menyepakati Hery Gunardi akan menjadi direktur utama Bank Syariah Indonesia serta Ngatari dan Abdullah Firman Wibowo sebagai wakil direktur utama.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.