Wakil Presiden Republik Indonesia yang juga Ketua Umum MUI periode 2015-2020 Maruf Amin (tengah) memberikan penghargaan kepada Wakil Pemimpin Redaksi Republika Nur Hasan Murtiaji (kanan) saat penutupan Musyawarah Nasional X MUI di Jakarta, Jumat (27/11). | Republika/Thoudy Badai

Khazanah

Tingkatkan Dakwah Wasathiyah di Medsos

Ormas-ormas Islam diimbau untuk memperbanyak konten-konten keagamaan wasathiyah di dunia maya.

JAKARTA -- Perkembangan teknologi digital menjadi tantangan tersendiri untuk dakwah Islam di Indonesia. Hal itu disampaikan Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof Dadang Kahmad. Menurut guru besar sosiologi agama Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati itu, konsumen utama gawai (gadget) adalah anak-anak muda.

Dalam sebuah penelitian terbaru yang diawasi pihaknya, dia menambahkan, sebanyak 58 persen dari total responden remaja Muslim mengaku lebih menyukai belajar agama melalui media sosial (medsos). Di samping itu, mereka cenderung menaruh preferensi pada pendakwah-pendakwah individual yang aktif di dunia maya. Oleh karena itu, Dadang menyarankan, sebaiknya organisasi-organisasi masyarakat (ormas) Islam dan para dai umumnya semakin meningkatkan perhatian pada syiar agama melalui medsos.

“Dakwah bagi generasi milenial juga harus diisi oleh pendakwah muda. Kontennya juga agar tidak terlalu berat, dengan durasi yang cukup singkat, sebagaimana karakter media sosial, short messages,” kata Dadang Kahmad saat dihubungi Republika, Ahad (13/12).

Ia pun mengajak seluruh ormas Islam untuk bahu-membahu dalam memperbanyak konten keagamaan yang moderat di berbagai platform medsos. Tujuannya agar pengguna medsos tidak terjerumus pada kemungkaran, termasuk ekstremisme yang mengatasnamakan agama. Teknik penyajian konten pun disarankan agar sesuai dengan minat dan kebutuhan anak-anak muda. Dengan demikian, mereka diharapkan bisa lebih tertarik untuk mempelajarinya lebih lanjut.

“Ini sebenarnya tentang persaingan antara kemungkaran dan ketakwaan di dunia maya. Maka dari itu, Muhammadiyah secara formal sudah menginstruksikan kepada Majelis Tarjih dan Tajdid serta Majelis Tabligh untuk mengadakan atau menyediakan dakwah secara virtual. Bahkan, kita membangun Pusat Syiar Digital Muhammadiyah,” tutur dia.

Ketua Bidang Dakwah dan Masjid Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Abdul Manan Ghani mengatakan, pihaknya terus meningkatkan program-program dakwah melalui medsos. Targetnya adalah memberikan pencerahan kepada sebanyak-banyaknya generasi muda Muslim mengenai Islam yang dipahami secara moderat (wasathiyah).

Di samping itu, kata Kiai Abdul Manan, NU telah memiliki berbagai wadah untuk merangkul generasi milenial dan generasi Z. Sebagai contoh, organisasi-organisasi Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Keluarga Mahasiswa Nadhlatul Ulama (KMNU), Anshor Pemuda NU, dan Fatayat Pemudi NU.

“Para aktivis ini yang menjadi penggerak di kalangan muda, mendukung dan membangun jaringan. Ya, peran mereka itu diharapkan maksimal sehingga bisa mewadahi kalangan milenial,” ujarnya saat dihubungi Republika, kemarin.

Sebelumnya, Ketua Bidang Informasi dan Komunikasi Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Masduki Baidlowi menjelaskan, salah satu tantangan saat ini adalah merangkul sekitar 30 persen umat Islam di Tanah Air yang tidak berafiliasi dengan ormas-ormas Islam. Hal itu disampaikannya dalam kegiatan Halaqah Pimpinan Media Massa MUI Pusat beberapa waktu lalu. Ia mengatakan, angka 30 persen itu adalah hasil survei terbaru. Kalangan masyarakat tanpa ormas tersebut mayoritasnya adalah generasi milenial dan generasi Z.

“Kalangan milenial itu justru masa depan kita. Kalau, misalnya, yang mereka serap keilmuannya itu dari (dai-dai) medsos yang memiliki paham-paham yang keras, ini yang saya kira menjadi garapan terbesar MUI," ujar Kiai Masduki, seperti dilansir Republika dari laman resmi MUI, Sabtu (12/12).

Tidak hanya mengaktifkan dakwah digital, untuk merangkul masyarakat non-ormas pun diperlukan upaya-upaya nyata. Umpamanya, kata dia, pelibatan tokoh-tokoh pondok pesantren dan perguruan tinggi Islam di Indonesia. “MUI selalu mengundang pesantren sebagai sebuah perwakilan formatur dan perguruan tinggi juga diundang. Karena, ini semua menjadi pilar-pilar dalam Islam wasathiyah itu,” katanya.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat