Memulai bisnis baru (ilustrasi) | Freepik

Bincang Bisnis

Mau Mulai Berbisnis? Simak Ini

Biasanya pebisnis pemula kesulitan memisahkan antara uang pribadi dan usaha.

Pandemi Covid-19 memunculkan tantangan baru bagi para pencari kerja termasuk bagi lulusan baru atau fresh graduate. Tidak sedikit perusahaan yang terdampak akibat pandemi, sehingga melakukan perampingan pegawai dan mengurangi perekrutan pekerja. Kondisi ini tentu membuat para lulusan baru tersebut semakin sulit mendapatkan pekerjaan.

Melihat hal ini, beberapa lulusan baru memutuskan untuk terjun ke dunia bisnis dan menjadi wirausaha. Kegiatan ini bisa menjadi alternatif bagi mereka untuk mengembangkan keterampilan dari peluang yang ada.

Jejen Jenal, lulusan Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung tahun 2019, termasuk yang memilih untuk berwirausaha. Tepat pada September 2020, Jejen resmi membangun jenama usahanya sendiri di bidang makanan dan minuman bernama Halabhab Drink. Bukan teh atau kopi, Jejen mencoba menawarkan minuman dengan kondimen utama susu kedelai yang dikemas menjadi minuman kekinian.

“Saya ingin mendobrak pasar dengan ciri khas baru. Susu kedelai bisa dikonsumsi dengan cara yang kekinian dan ini menjadikan identitas bagi Halabhab. Selain itu, susu kedelai juga memiliki manfaat yang banyak sekali seperti rendah kalori, bisa mengurangi risiko kanker, kolesterol,” kata Jejen kepada Republika pada akhir November lalu.

Menurut Jejen, sejauh ini belum banyak orang yang mengeksplorasi minuman susu kedelai padahal penikmatnya cukup banyak. Apalagi dari segi modal, bisnis ini juga dianggap tidak terlalu membutuhkan modal yang besar seperti membuka usaha baju. Tak hanya itu, dari sisi risiko juga dinilai lebih kecil risiko untuk merugi.

Jejen memulai bisnis dengan modal sekitar Rp 5 juta yang digunakan untuk membeli bahan-bahan minuman, alat hingga gerobak. Untuk lokasi berjualan sendiri, ia memilih memanfaatkan lahan kosong di area tempat tinggalnya, dengan begitu ia tidak perlu mengeluarkan uang sewa lapak. Namun demikian, karena lokasi tempat tinggalnya tidak terlalu strategis, keuntungan yang didapat pun tidak terlalu banyak.

“Beda halnya dengan jualan di depan toserba atau minimarket, penghasilannya juga pasti banyak banget. Tapi ya uang sewanya juga banyak. Jadi ya saya mulai dari sini dulu, dengan modal semampu saya,” kata Jejen.

Satu gelas susu kedelai kekinian dijual seharga Rp 8.000, per harinya ia bisa laku sebanyak 30 hingga 40 gelas. Ia juga menjual produknya di aplikasi layanan antar, dengan harapan bisa menjangkau lebih banyak pelanggan.

Sedangkan, untuk urusan pengelolaan keuangan, Jejen mengaku masih belum sepenuhnya profesional dan acapkali mencampur uang pribadi dengan uang bisnisnya. Namun menurut dia, ia hanya memakai uang hasil berjualan untuk keperluan makan sehari-hari. ''Sedangkan, sisanya akan disimpan untuk kepentingan mengembangkan usahanya di kemudian hari,'' kata Jejen.

photo
Memulai bisnis baru (ilustrasi) - (Freepik)

 

Proaktif Melihat Peluang

Mengelola keuangan pribadi dan bisnis secara profesional tentu bukan perkara mudah apalagi jika ia adalah seorang lulusan baru. Menurut perencana keuangan sekaligus pendiri Mitra Rencana Edukasi (MRE) Mike Rini Sutikno, umumnya pebisnis yang baru memulai usaha kerap kesulitan untuk memisahkan uang pribadi dan usahanya. Padahal pemisahan tersebut penting demi keberlanjutan usaha.

Setidaknya ada tiga hal yang bisa dilakukan agar dapat disiplin memisahkan uang pribadi dan usaha, yaitu membuka rekening yang berbeda, menganalisis kondisi keuangan secara berkala dan mengalokasikan profit atau keuntungan dengan tepat.

Memisahkan buku rekening pribadi dan usaha adalah hal dasar yang harus dilakukan agar pengelolaan keuangan bisa rapi dan tidak tercampur. Arus kas uang usaha juga akan tercatat dengan baik.

Setelah membuat rekening berbeda, lakukan analisis keuangan usaha secara berkala. Dalam analisis tersebut, dapat diketahui apakah dalam satu pekan/bulan omzet naik atau turun dan lain sebagainya. Analisis ini penting guna menentukan strategi bisnis ke depan. Mengalokasikan profit juga penting dipikirkan baik-baik, bagi usaha pemula keuntungan bisa digunakan untuk modal tambahan atau membeli aset.

Mike juga berbicara tentang hal apa saja yang perlu disiapkan bagi para lulusan baru yang ingin memulai berwirausaha. Hal pertama yang mesti disiapkan adalah mental. Menurut Mike, seorang wirausaha harus mengubah pola pikir dari yang tadinya pasif melihat peluang menjadi proaktif, yang tadinya selalu ragu menjadi yakin dan lainnya.

“Jangan merasa terbatas mikir nggak ada modal, waktu, belum tahu caranya atau lain-lain. Hal seperti ini harus buang jauh-jauh. Semuanya bisa kalau kita mau,” kata Mike.

Hal kedua adalah membuat model bisnis, sebuah rencana bisnis untuk memikirkan bagaimana perusahaan akan mendapatkan keuntungan atau pendapatan dengan memperhitungkan semua komponen bisnis. Seorang wirausaha harus menawarkan layanan jasa atau produk yang memang menjawab kebutuhan konsumen. Karena itu, sebelum menentukan bisnis, pebisnis harus mengamati konsumen dan pasar.

“Anda juga harus latihan jadi orang yang multitasking. Artinya para fresh graduate harus bisa mengelola banyak hal sendiri, sambil menjalankan usaha sambil belajar tentang bisnis itu sendiri. Semuanya bisa berjalan paralel,” jelas dia.

Lalu bagaimana cara lulusan baru untuk mendapatkan modal usaha? Menurut Mike, ada beberapa cara yang bisa diambil, misalnya dengan mengikuti kompetisi kewirausahaan atau juga mengajukan pendanaan kepada investor. Mike menjelaskan, selama ini banyak kompetisi kewirausahaan yang memberikan hadiah seperti modal atau pembinaan usaha.

“Pendanaan investor itu bermacam-macam, misalnya Anda yang punya ide bisnis terus tawarkan kepada investor untuk bekerja sama. Atau juga jika modal tidak terlalu besar, Anda mungkin bisa menggunakan modal dari tabungan atau investornya itu orang tua sendiri,” kata dia.

 
Jangan merasa terbatas mikir nggak ada modal, waktu, belum tahu caranya atau lain-lain. Hal seperti ini harus buang jauh-jauh. Semuanya bisa kalau kita mau.
Mike Rini Sutikno
 

 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat