Kisah Mancanegara
Palestina Tertatih demi Vaksin Covid-19
Guna memperoleh vaksin Covid-19, otoritas Palestina telah mengajukan aplikasi untuk inisiatif Covax.
OLEH KAMRAN DIKARMA
Seperti negara lain di dunia, Palestina berupaya memperoleh vaksin Covid-19. Menteri Kesehatan Palestina Mai al-Kaila berharap proses vaksinasi dapat dilakukan antara Januari dan Maret 2021.
“Kami berharap vaksinasi pertama kami akan dilakukan sekitar akhir Januari, awal Februari, pada Maret itu akan bersama kami,” kata al-Kaila kepada awak media, dikutip laman Times of Israel, Rabu (9/12).
Al-Kaila mengatakan, guna memperoleh vaksin Covid-19, otoritas Palestina telah mengajukan aplikasi untuk inisiatif Covax. Ia adalah sebuah program yang didukung PBB yang berharap dapat menyediakan 20 persen vaksin Covid-19 bagi negara-negara berpenghasilan rendah secara gratis.
“Menurut pedoman Covax, prioritas pertama harus diberikan kepada perespons medis pertama. Kami sampaikan kepada mereka bahwa kami ingin juga memprioritaskan petugas keamanan yang bekerja bersama kami di lapangan, para lansia, ibu hamil, dan orang sakit kronis,” kata al-Kaila.
Covax adalah inisiatif global untuk pengadaan vaksin, terutama untuk 92 negara dengan populasi dengan penghasilan rendah. Inisiatif ini melibatkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Gavi, dan Coalition for Epidemic Preparedness Innovations (CEPI).
Di luar vaksin gratis yang diperoleh, al-Kaila menyarankan otoritas Palestina dapat terus membeli vaksin bersubsidi dari Covax. Namun, proses untuk hal tersebut belum tuntas. Selain Covax, Palestina pun sedang menjalin komunikasi dengan AstraZeneca, Moderna, dan Rusia.
Berbeda dengan Israel, Palestina tampaknya tak akan menggunakan produk Pfizer. Al-Kaila mengatakan, Palestina tidak memiliki peralatan atau fasilitas untuk mengamankan vaksin Pfizer.
“Vaksin Pfizer membutuhkan faktor logistik, pembekuan, lemari pendingin yang dapat menjaga isinya pada suhu minus 75 derajat hingga minus 80 derajat Celcius. Kami hanya memiliki satu lemari pendingin di Palestina untuk penyimpanan dan itu tidak akan menampung jumlah besar,” ucap al-Kaila.
Selain lemari pendingin berkapasitas besar, diperlukan pula pendingin dengan ukuran lebih kecil untuk memindahkan atau mendistribusikan vaksin.
“Kami tidak memiliki fasilitas itu, jadi kami telah menutup kemungkinan itu,” ujar al-Kaila.
Lembaga koalisi kampanye vaksinasi, yaitu People's Vaccine Alliance mengatakan, 67 negara miskin hanya bisa memvaksinasi satu dari setiap 10 orang. Artinya, 90 persen populasi mereka tak mendapat akses vaksin.
Laman BBC edisi Rabu (9/12) menyebutkan, negara kaya di dunia mewakili 14 persen dari populasi global. Namun, mereka telah membeli hingga 53 persen dari semua vaksin yang menjanjikan efektivitasnya. Selain Kanada, mereka yang termasuk kelompok ini adalah Uni Eropa, Amerika Serikat (AS), Inggris, Jepang, Swiss, Australia, Hong Kong, Makau, Selandia Baru, Israel, dan Kuwait.
Berbeda dari Palestina, Israel telah memesan vaksin Covid-19 Pfizer untuk memulai proses vaksinasi yang dijadwalkan pada akhir Desember. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu akan menjadi orang pertama di negara tersebut yang divaksinasi menggunakan vaksin Pfizer. Selain ingin menjadi teladan bagi warga, dia hendak menunjukkan bahwa vaksin tersebut aman dan efektif.
"Saya percaya pada vaksin ini, saya berharap mendapatkan persetujuan yang diperlukan dalam beberapa hari ke depan," kata Netanyahu, dikutip laman Bloomberg, Rabu (9/12).
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.