Perajin menyelesaikan pesanan kerajinan rotan di Tegalwangi, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Rabu (30/9/2020). Madeena | ANTARA FOTO

Kabar Utama

Bersaing dengan Produk Asing

Gerakan menggunakan produk dalam negeri atau produk lokal digencarkan lagi.

 

 

Saat ini, gerakan menggunakan produk dalam negeri atau produk lokal digencarkan lagi. Selain untuk membangkitkan kembali perekonomian nasional yang terdampak pandemi Covid-19, juga dapat mendorong kreativitas anak bangsa untuk meningkatkan daya saingnya.

Hal tersebut tentunya dapat terwujud dengan membentuk industri yang memiliki jiwa kompetitif. Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) bahkan menyebut industri manufaktur dalam negeri menjadi penggerak perekonomian negara. Kegiatan pengolahan bahan menjadi barang setengah jadi ataupun barang jadi dapat menghasilkan nilai tambah.

Karena itu, Kepala BPSDMI Eko Cahyanto mengatakan, Kemenperin mendorong industri dalam negeri agar mempunyai merek sendiri, misalnya di industri alas kaki, seperti sepatu Nokha. "Industri kita dorong untuk punya brand sendiri sehingga mereka punya nilai tambah yang lebih daripada mengerjakan sepatu pesanan," ujar Eko kepada Republika, Ahad (22/11).

photo
Pekerja membuat sandal spons untuk dikirim ke Jakarta di sentra kerajinan sandal di Singosari, Malang, Jawa Timur, Selasa (24/11/2020). Perajin sandal spons setempat berusaha memulihkan usahanya yang hampir bangkrut akibat pandemi COVID-19 dengan menggenjot pemasaran di pasar digital serta bermitra dengan pabrik spons untuk memutus jalur distribusi bahan baku guna menghemat biaya produksi - (ARI BOWO SUCIPTO/ANTARA FOTO)

Untuk industri, misalnya alas kaki, Eko menambahkan, jenama (brand) memiliki nilai paling tinggi, kemudian desain, teknologi, material, perakitannya, distribusi, dan penjualan. Dengan memiliki jenama, industri bisa menentukan harganya sebagai pengungkit daya saing.

Contohnya, Nokha berawal dari industri rumah tangga yang kini punya 125 pegawai. Dengan platform digital, pemasarannya lebih efektif daripada mengalokasikan dana untuk promosi. Intervensi teknologi membawa dampak luar biasa.

Terkait SDM, Eko menambahkan, sejumlah industri meminta Kemenperin menyiapkan fasilitas pelatihan untuk ribuan tenaga kerja. Ia menyatakan, ini menjadi bukti bahwa industri Tanah Air masih bergerak. Jadi, pelatihan SDM diarahkan untuk punya keterampilan dengan standar kompetensi untuk masuk pasar global.

 
Pelatihan SDM diarahkan untuk punya keterampilan dengan standar kompetensi untuk masuk pasar global.
 
 

Namun, diakuinya, banyak tantangan untuk itu, seperti perlu tetap inovatif dalam memanfaatkan peluang, lebih efisien menekan faktor input produksinya, serta memanfaatkan platform digital. "Ini cara mereka tetap berdaya saing, di samping kampanye 'Bangga Buatan Indonesia' harus tetap diikuti 'Beli Buatan Indonesia' agar industri lokal jadi tuan rumah di negeri sendiri. Pasar kita besar sekali."

Sementara itu, Kepala Bidang Diklat SDMI Arief Fadillah menyebut, produk lokal sudah banyak digemari kalangan milenial. Bahkan, ada produk lokal yang sudah dipasarkan ke Amerika Serikat, Kanada, bahkan Meksiko. Ini tentu tanda positif bagi industri dalam negeri. "Meski, memang ada sejumlah tantangan dalam mengembangkan bisnis dan pasarnya pada masa pandemi Covid-19 ini," kata dia, pekan lalu.

Pelatihan SDM, dia menambahkan, sangat dibutuhkan agar memiliki daya saing tinggi. Disebutkannya, sertifikasi kompetensi penting untuk masuk pasar global.

"Karena, itu membantu tenaga kerja dalam pro mosi profesinya di pasar tenaga kerja, mem bantu pengakuan kompetensi lintas sektor dan lintas negara, serta dalam memenuhi persyaratan regulasi global," katanya.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat