Tuntunan
Memakmurkan Masjid
Orang-orang yang memakmurkan masjid amat mulia di sisi Allah dan Rasul-Nya.
Pada masa Rasulullah SAW, bangunan masjid begitu sederhana. Nabi SAW dan para sahabat membangunnya dengan tanah liat yang dikeraskan (batu bata). Atapnya berbahan dedaunan, sedangkan tiangnya hanya dari batang pohon kurma.
Masjid --dalam hal ini Mas jid Nabawi-- kemudian mulai direnovasi semasa kekhalifahan Umar bin Khattab. Amirul Mukminin memberi tambahan batu bata dan dahan kurma meski masih mengikuti bentuk bangunan pada masa Rasulullah. Tiang utama diganti dengan kayu.
Pada masa kekhalifahan Utsman bin Affan, renovasi masjid kian digencarkan. Utsman membangun dinding masjid dari batu yang diukir. Utsman juga menambahkan batu kapur. Dia juga menambahkan tiang dari batu berukir, sedangkan atapnya menggunakan batang kayu pilihan.
Meski bermaterial sederhana, masjid pada zaman Rasulullah SAW mempunyai fungsi yang istimewa. Almarhum Prof Mustafa Ali Yaqub, imam besar Masjid Istiqlal, menjelaskan, masjid pada zaman Rasulullah setidaknya memiliki lima fungsi. Masjid berfungsi sebagai tempat peribadatan, tempat pembelajaran, musyawarah, merawat orang sakit, hingga asrama.
Tidak mengherankan jika masjid menjadi pusat peradaban pada masa generasi Rasulullah dan para sahabat. Mereka berlomba-lomba memakmurkan masjid untuk menjadi bagian dari apa yang dikatakan sebagai orang-orang beriman. "Sesungguhnya yang memakmurkan masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian." (QS at-Taubah: 18).
Ummu Mahjan setiap hari menjaga dan membersihkan Masjid Nabawi agar bersih dari kotoran.
Orang-orang yang memakmurkan masjid amat mulia di sisi Allah dan Rasul-Nya. Pernah pada satu waktu, ada seorang perempuan berkulit hitam yang sudah renta selalu membersihkan masjid. Dialah Ummu Mahjan. Nenek yang setiap hari menjaga dan membersihkan Masjid Nabawi agar bersih dari kotoran.
Kala itu, dia sadar jika tenaganya sudah amat terbatas untuk membantu jihad di jalan Allah. Karena itu, Ummu Mahjan pun memilih mengabdikan dirinya untuk Masjid Nabawi. Saat dia wafat, para sahabat menguburkannya dan tidak memberitahu Rasulullah SAW yang sedang tidur.
Nabi SAW bertanya tentang dia. Masyarakat sekitar Madinah menjawab, "Dia telah meninggal."
Beliau pun berujar, "Mengapa kalian tidak memberitahukan perihal kematiannya? Tunjukkan kuburnya kepadaku. Lantas beliau mendatangi kuburnya dan shalat di atasnya." (HR Bukhari dan Muslim, Abu Dawud, Ibnu Majah, Ahmad).
Kemuliaan pemakmur masjid
Sungguh besar kemuliaan mereka yang kerap mendatangi masjid dengan berjalan kaki. Saat dia datang pada pagi dan sore hari, Allah akan menyediakan tempat tinggal baginya yang baik di surga.
Tidak hanya itu, jasadnya pun haram untuk dibakar api neraka. Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa yang kedua kakinya berdebu di jalan Allah, maka Allah mengharamkan orang itu untuk masuk neraka." (HR Bukhari, an-Nasa'i, at-Tirmidzi, dan Ahmad).
Kemuliaan mereka bertambah besar karena Allah sendiri yang akan menjadi penjaminnya hingga meninggal dunia. Kalau sudah mendapatkan jaminan dari Allah SWT, para pencinta masjid tak perlu takut akan urusan dunia. Dengan ikhtiar dan tawakal, dunia akan mendatangi mereka. "...Orang yang pergi ke masjid. Ia akan mendapatkan jaminan dari Allah (Allah menjadi penjaminnya) hingga meninggalnya Allah akan memasukkannya ke dalam surga atau mengembalikan semua yang telah diperolehnya berupa pahala dan ghanimah...." (HR Abu Dawud).
Bonus lainnya adalah terhapusnya dosa. Nabi SAW juga mengungkapkan, orang yang memperbanyak langkah menuju ke masjid maka kesalahan-kesalahannya akan terhapuskan. Derajatnya pun akan terangkat.
Meski demikian, dalam hadis yang lain disebutkan jika penghapusan dosa tersebut hanya akan terjadi jika kita mendatangi masjid untuk mendirikan shalat. "... Tidak ada yang mendorongnya (menuju masjid) kecuali karena shalat, tidak ada keinginan kecuali untuk melaksanakan shalat, maka tidaklah ia melangkah kecuali diangkat satu derajat karenanya dan dihapus dosa karenanya sampai ia memasuki masjid."
Apabila dia sudah memasuki masjid, pahalanya dihitung sama dengan melakukan shalat selama shalat yang menahannya. Tidak mengherankan jika Rasulullah SAW mengungkapkan, mereka yang paling banyak mendapatkan pahala dalam shalat adalah mereka yang paling jauh (jarak rumahnya ke masjid) dan paling jauh perjalanannya menuju masjid.
Orang yang akan menunggu waktu shalat hingga dia melaksanakan shalat bersama imam lebih besar phalanya dari orang yang melaksanakan shalat kemudian tidur. Wallahu a'lam.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.