Jawa Tengah
Pengungsi Merapi di Magelang Bertambah
Gunung Merapi mengalami 59 kali gempa guguran selama periode pengamatan pada Jumat (20/11).
JAKARTA—Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, melaporkan sebanyak 817 warga yang tinggal di wilayah Kawasan Rawan Bencana (KRB) III telah diungsikan ke sembilan titik pengungsian. Jumlah pengungsi tersebut mengalami peningkatan sebanyak 210 orang yang terhitung sejak dua pekan lalu.
"Jumlah dan lokasi pengungsian meliputi 118 warga dari Desa Krinjing mengungsi di Balai Desa Deyangan, Kecamatan Mertoyudan, sebanyak 115 warga dari Desa Ngargomulyo mengungsi di Gedung NU Ketaron, Gedung Futsal Tejowarno, Gedung PPP Prumpung dan PAY Muhammadiyah di Desa Tamanagung, Kecamatan Muntilan," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Raditya Jati dalam keterangan tertulis, Ahad (22/11).
Sebanyak 110 warga dari Desa Keningar mengungsi di SDN 1 Ngrajek dan kediaman Kepala Desa Ngrajek, Kecamatan Mungkid. Selanjutnya, sebanyak 476 warga dari Desa Paten mengungsi di Desa Banyurojo dan Desa Mertoyudan di Kecamatan Mertoyudan.
Dari data akumulasi yang dihimpun, ia menyebutkan pengungsi tersebut terdiri dari 279 orang laki-laki dan 538 orang perempuan. Adapun ibu hamil sebanyak 13 orang, ibu menyusui 33 orang, lansia laki-laki 46 orang, lansia perempuan 122 orang, balita laki-laki 81 orang, balita perempuan 70 orang, anak laki-laki 57 orang, anak perempuan 61 orang, difabel laki-laki 7 orang, difabel perempuan 12 orang, warga yang sakit/rentan ada 2 orang laki-laki dan 7 perempuan serta pendamping dewasa ada 86 laki-laki dan 220 perempuan.
Sementara itu Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Kabupaten Magelang, Edy Susanto menambahkan, warga Desa Keningar memilih turut mengungsi kendati wilayahnya berada di luar KRB III. Atas dasar rasa takut dan trauma akibat kejadian erupsi 2010, maka Pemerintah Desa setempat memfasilitasi permintaan warganya tersebut. "Desa Keningar di luar rekomendasi prakiraan bahaya BPPTKG namun atas dasar rasa takut dan trauma akibat kejadian erupsi 2010, maka Pemerintah Desa setempat memfasilitasi evakuasi pengungsian,” ujarnya.
Sementara, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatat Gunung Merapi mengalami 59 kali gempa guguran selama periode pengamatan pada Jumat (20/11). Kepala BPPTKG, Hanik Humaida menyebutkan selain gempa guguran, pada periode pengamatan itu juga tercatat 385 kali gempa hybrid atau fase banyak, 69 kali gempa hembusan, 45 kali gempa vulkanik dangkal, serta satu kali gempa tektonik.
Berdasarkan pengamatan visual di gunung api aktif itu teramati asap berwarna putih dengan intensitas tebal dengan ketinggian 50 meter di atas puncak. Pada periode pengamatan itu, terdengar suara guguran sebanyak sembilan kali (lemah hingga sedang) dari Pos Pemantauan Gunung Merapi (PGM) Babadan dan satu kali dari PGM Kaliurang.
BPPTKG mempertahankan status Gunung Merapi pada Level III atau Siaga. Potensi bahaya akibat erupsi Merapi diperkirakan maksimal dalam radius lima kilometer dari puncak. Pemerintah Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Klaten, Jawa Tengah juga diminta mempersiapkan segala sesuatu terkait dengan upaya mitigasi bencana akibat letusan Gunung Merapi yang bisa terjadi setiap saat.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.