Kisah Dalam Negeri
Mengembangkan Vaksin Berplatform DNA
UI satu-satunya pengembang vaksin Covid-19 yang gunakan DNA sebagai platform pengembangan vaksin.
Perguruan tinggi di Indonesia pun turut berlomba mengembangkan vaksin Covid-19 yang efektif dan aman. Selain Universitas Airlangga (Unair), Universitas Indonesia (UI) pun kini sedang dalam proses menuju sana. UI menggunakan cara yang tak banyak digunakan di Indonesia. Berikut liputan wartawati Republika, Inas Widyanuratikah.
UI merupakan satu-satunya pengembang vaksin Covid-19 di Indonesia yang menggunakan DNA sebagai platform pengembangan vaksin. Pada awalnya peneliti utama tim pengembangan vaksin Covid-19 di UI, Budiman Bela, tidak menyangka akan mendapat bantuan pemerintah dalam mengembangkan vaksin.
Sebab, sejak awal, cara mengembangkan vaksin dengan platform DNA dipilih UI karena dinilai lebih aman saat didistribusikan dan cepat diproduksi. Sementara, vaksin platform DNA di Indonesia masih belum banyak dikembangkan.
"Waktu UI mengerjakan vaksin ini, kami sama sekali tidak mengharapkan pemerintah akan memberikan dukungan. Mengapa? Karena di Indonesia vaksin DNA belum banyak yang mendalami," kata Budiman kepada Republika, Selasa (10/11).
Budiman menjelaskan, keunggulan pertama vaksin platform DNA adalah bisa diproduksi lebih cepat. Jika nanti Indonesia membutuhkan vaksin yang banyak dan harus cepat diproduksi, vaksin yang dikembangkan UI ini akan lebih mudah untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Dalam mengembangkan vaksin DNA, Budiman menjelaskan, peneliti memeriksa susunan materi genetiknya. Ketika materi genetik sudah diketahui, proses produksi vaksin bisa dilakukan dengan cepat. Tidak hanya cepat, vaksin ini dapat langsung diproduksi dalam skala yang besar.
"Jadi, menurut kami, selayaknya teknologi ini kita kuasai. Pada awalnya tim peneliti kami merasa, seandainya ada permasalahan yang serupa di kemudian hari, jadi Indonesia bisa berjaga-jaga," kata dia lagi.
Selain itu, vaksin DNA juga memiliki kestabilan yang baik. Ia mencontohkan, DNA dari hewan yang hidup ribuan tahun lalu sampai saat ini masih bisa utuh tanpa mengalami kerusakan. Hal ini memperlihatkan betapa stabilnya DNA.
Kestabilan ini, kata Budiman, dapat memecahkan masalah distribusi vaksin di Indonesia. Negara kepulauan dengan jarak yang jauh seperti Indonesia membutuhkan waktu distribusi lebih lama dari negara daratan. Hal ini dapat menyebabkan masalah distribusi rantai dingin.
Apalagi, di banyak daerah terpencil di Indonesia, teknologi masih belum sama seperti di kota besar. Infrastruktur penyimpanan vaksin belum tentu memadai sehingga dikhawatirkan terjadi kerusakan.
Infrastruktur penyimpanan vaksin belum tentu memadai sehingga dikhawatirkan terjadi kerusakan.
"Membutuhkan infrastruktur memadai di seluruh Indonesia. Ini kan sebetulnya bisa dibilang tidak semudah yang kita perkirakan. Kalau kita terjun betul ke lapangan, di beberapa tempat listrik ada yang belum stabil dan sebagainya. Itu yang mendasari kami salah satunya juga untuk tetap membuat vaksin ini," kata Budiman.
Saat ini, pengembangan vaksin yang dilakukan UI bisa dikatakan selesai 30 persen. Para peneliti masih sampai pada tahapan melihat apakah vaksin bisa merangsang respons kekebalan. Walaupun begitu, berdasarkan hasil pendahuluan, penelitian yang dilakukan peneliti UI cukup menjanjikan.
Budiman mengatakan, pihaknya akan terus melakukan perbaikan. Targetnya, UI akan masuk ke uji klinis fase 1 pada Juni atau Juli 2021. "Ini target, tapi belum tentu, sekitar Juni atau awal Juli. Semoga kita bisa masuk ke clinical trial fase 1 kalau semuanya lancar," kata dia.
Sementara, Dekan Fakultas Kedokteran UI (FK UI) Ari Fahrial Syam mengatakan, sambil menunggu vaksin-vaksin selesai melalui masa uji, masyarakat sebaiknya terus melaksanakan protokol kesehatan dengan ketat. Mulai dari menjaga jarak, memakai masker, hingga mencuci tangan harus terus diterapkan sampai seluruh vaksin siap untuk diberikan ke masyarakat.
"Tugas pemerintah memang memberikan harapan kepada masyarakat. Namun, di satu sisi, masyarakat tidak boleh lengah dan tetap harus waspada atas harapan yang diberikan pemerintah ini," kata Ari.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.