Kabar Utama
Jamaah Umrah Indonesia Berangkat
Jamaah umrah harus mengikuti protokol pencegahan Covid-19 yang ditentukan Saudi.
JAKARTA -- Ahad (1/11) pagi, pesawat yang membawa jamaah umrah dari Tanah Air ke Tanah Suci akhirnya kembali tinggal landas. Keberangkatan jamaah dan pengurus biro perjalanan kemarin menandai dibukanya kembali pelaksanaan ritual umrah bagi warga Indonesia setelah penutupan akibat pandemi sejak Februari lalu.
Jamaah dan pengurus biro perjalanan sudah berkumpul di terminal keberangkatan internasional di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang. Antrean jamaah dan koper-koper mereka yang lebih sembilan bulan absen akhirnya terlihat kembali. Para jamaah berangkat menggunakan maskapai Saudia Airlines nomor penerbangan SV 817 yang bertolak sekitar pukul 11.00 WIB.
"Ini jadi umrah pertama bagi saya, akan jadi pengalaman karena di tengah Covid-19. Bangga juga saya jadi rombongan perdana. Harapannya ibadah ini berjalan lancar," ujar Khanza Fadli (21 tahun) saat ditemui Republika di Terminal 3, kemarin.
Pria asal Jakarta itu berangkat bersama ibundanya, Erma Zein (49). Mereka langsung mendaftar begitu mendapat kabar dari salah satu biro perjalanan bahwa Saudi membolehkan jamaah dari Indonesia kembali berumrah.
Kementerian Agama (Kemenag) melansir, di hari pertama tahap ketiga dibukanya kembali umrah, Indonesia memberangkatkan 273 jamaah. Kepala Subdirektorat Pemantau dan Pengawasan Ibadah Umrah dan Haji Khusus, Kemenag, Noer Alya Fitra menyebut sebelum berangkat, ada beberapa protokol kesehatan yang wajib diikuti ratusan jamaah ini.
Jamaah umrah wajib melakukan tes swab atau PCR Covid-19 dengan jangka waktu dua jam sebelum keberangkatan. Sesampainya di Saudi, jamaah wajib melakukan karantina mandiri selama tiga hari. Jamaah yang berangkat kemarin disebut gabungan antara jamaah yang kemarin sempat tertunda keberangkatannya maupun yang baru.
Pihak Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Republik Indonesia (AMPHURI) menyatakan, rombongan perdana ini mayoritas berasal dari pengurus travel umrah se-Indonesia. "Untuk melihat langsung kondisi, prosedur, teknis pelaksanaan, dan pelayanan yang sesuai dengan protokol selama pandemi," ujar Ketua Umum AMPHURI Firman M Nur saat dihubungi Republika, Ahad (1/11).
Firman menjelaskan, ada kenaikan biaya hingga 30 persen serta batasan usia bagi calon jamaah. Diketahui, ada 59.757 jamaah umrah Indonesia yang sudah mendapatkan nomor registrasi. Mereka mendaftar di penyelenggara perjalanan ibadah umrah (PPIU) dan sudah diinput dalam sistem komputerisasi pengelolaan terpadu umrah dan haji khusus (Siskopatuh).
Dari jumlah itu, sebanyak 2.601 jamaah (4 persen) berusia di bawah 18 tahun dan 30.828 (52 persen) jamaah berusia di atas 50 tahun. Artinya, hanya sekitar 21.418 jamaah yang sudah mendapatkan nomor porsi dan memenuhi syarat usia.
Selain AMPHURI, Sarikat Penyelenggara Umrah dan Haji (Sapuhi) juga memberangkatkan puluhan jamaah umrah kemarin. "Informasinya (bisa berangkat umrah) dadakan, H-1 sebelum Ahad ini kami tes PCR dulu. Setelah itu baru visa dan tiket. Insya Allah sudah dapat semua," kata Sekretaris Jenderal Sapuhi Ihsan Fauzy Rahman kepada Republika, Ahad (1/11).
Ihsan mengingatkan jamaah umrah selalu menaati protokol pencegahan Covid-19 saat sebelum berangkat, ketibaan di Saudi, hingga kembali ke Indonesia. Di antaranya memakai masker, jaga jarak, dan rajin cuci tangan. "Ketaatan terhadap protokol kesehatan itu wajib. Semoga umrah perdana ini berjalan lancar," ujar Ihsan.
Pemerintah Arab Saudi mulai menerima kedatangan jamaah umrah dari luar negaranya mulai 1 November 2020. Kebijakan ini kembali diambil setelah sejak 27 Februari 2020, kedatangan jamaah umrah dari luar Saudi ditutup karena pandemi.
Konsul Haji KJRI Jeddah Endang Jumali mengatakan, pihaknya siap menyambut kedatangan jamaah umrah asal Indonesia. "Persiapannya kami koordinasi dengan pihak Kementerian Haji (Saudi) terkait kedatangan jamaah ini dan kami akan memonitor di bandara," ujar Endang kepada Republika, Ahad (1/11).
Sesampainya jamaah di Arab Saudi, secara otomatis harus mengikuti protokol yang sudah ditentukan oleh Pemerintah Saudi. Termasuk, menyerahkan hasil tes negatif Covid-19 dan menuju lokasi karantina.
Jamaah Indonesia tiba di Jeddah kemarin menjelang petang waktu Arab Saudi. Kemudian jamaah melakukan proses imigrasi dan setelah selesai akan melanjutkan perjalanan menuju Madinah untuk karantina di Hotel Rawda Royal Inn.
Menurut Wakil Menteri Haji dan Umrah Saudi Dr Amr Al-Maddah, 10 ribu jamaah yang datang dari luar negeri harus mendapat izin terlebih dahulu. Saat tiba, jamaah harus mengisolasi diri selama tiga hari sebelum diangkut ke situs Miqat.
Dilansir di Arab News, Ahad (1/11), puluhan ribu jamaah ini dapat tinggal di Kerajaan hingga 10 hari. Tiga hari di antaranya digunakan untuk isolasi. Sesuai protokol kesehatan yang ditentukan Saudi, 500 kelompok jamaah internasional ditetapkan sepanjang hari, dengan masing-masing mencakup 20 jamaah.
Wakil Menteri Haji menambahkan, negara-negara yang ingin mengirimkan jamaahnya akan terus dievaluasi oleh Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Saudi serta Kementerian Kesehatan Saudi.
Tertunda PCR
Sementara, AMPHURI menyatakan, memberangkatkan 348 jamaah umrah pada Ahad (1/11). Awalnya ada 380 jamaah yang didaftarkan, tapi 12 orang di antaranya terkonfirmasi positif Covid-19 usai tes PCR. Ke-12 orang itu batal berangkat karena harus menjalani perawatan.
Menurut rencana, mereka harusnya terbang pukul 11.00 WIB. Namun penerbangan batal dijalankan tepat waktu lantaran sebagian jamaah masih menunggu keluarnya hasil tes PCR.
Staf Musfira Tours yang ditunjuk mengkoordinasikan tes PCR semua jamaah, Taufik menjelaskan, pengambilan sampel PCR sebagai syarat umrah di masa pandemi dilakukan oleh laboratorium di Ancol pada Sabtu (31/10).
Proses tes PCR kali ini memang dipercepat untuk keberangkatan jamaah. Para jamaah juga sudah diinapkan di Ancol. Permasalahan muncul karena sebagian dokumen fisik hasil tes PCR jamaah belum keluar. Mereka hanya memiliki dokumen dalam format digital pdf. Beruntung pihak maskapai memberi kelonggaran pada detik-detik akhir.
"Mendesak dikejar waktu enggak bisa cepat jadi kendala harus ada bukti fisik yang di-print. Tapi pada akhirnya bisa karena kasih kebijakan boleh pdf dulu, walau menunggunya juga lama," kata Taufik kepada Republika, Ahad (1/11).
Taufik menyampaikan, pihak maskapai juga tak ingin memberangkatkan jamaah terlalu sedikit karena tak memenuhi biaya operasionalnya. Sehingga pihak maskapai bersedia menunggu cukup lama.
"Pesawat besar dipaksakan cuma 20 persen enggak nutup operasionalnya, makanya kami diberi waktu menyelesaikan ini," sebut Taufik. Selama menunggu, sebagian jamaah terlihat resah. Mereka takut batal berangkat ke Saudi hanya karena belum keluarnya hasil tes PCR.
Sinar Ahmad selaku team leader travel Prima Unggul dari Makassar, salah satunya. Ia harap-harap cemas menantikan kepastikan keberangkatannya. "Terlambat mungkin masalah jaringan. Harusnya take off jam 11," sebut Sinar.
Walau harus menunggu, Sinar bersyukur karena pada akhirnya semua persyaratannya lengkap. Pesawat baru terbang sekitar pukul 13.00 WIB atau telat nyaris dua jam dari jadwal.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.