Bukan Rana
GELIAT PABRIK PEMBUAT HIO
Oleh GELIAT PABRIK PEMBUAT HIO
Hio identik dengan kegiatan ibadah umat Konghucu yang dianut mayoritas ma syarakat Tionghoa, ter masuk di Indonesia. Dupa ini dipercaya umat Konghucu sebagai penghubung atau pengantar agar doa mereka bisa sampai kepada Sang Pencipta. Menjelang perayaan tahun baru Imlek, kebutuhan hio ikut melonjak.
Kondisi ini berimbas pada produksi hio. Tidak terkecuali dengan sentra produksi hio di kawasan Kosambi, Tangerang, Banten. Pabrik pembuat hio ini tampak sibuk melayani pesanan yang membanjir. Di pabrik, terdapat sekitar 15 orang pegawai. Mereka memiliki tugas masing-masing, mulai dari percetakan hio hingga pengepakan.
Bahan baku untuk membuat hio bisa dari bubuk gergaji dan tepung serta alusan kayu. Semua bahan dibuat menjadi satu adonan yang kemudian diaduk hingga merata. Adonan ini lalu ditempel ke batang bambu dari berbagai ukuran dan dikeringkan.
Waktu produksi pun bergantung pada cuaca. Paling lama kira-kira satu minggu mulai dari cetak hingga benar-benar kering. Ukuran hio yang diproduksi pun beragam mulai dari hio kecil hingga hio naga yang berukuran besar atau sekitar satu meter lebih. Dupa ini kemudian diedarkan ke berbagai kota di Indonesia.(ed:yogi ardhi )
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.