Jawa Barat
Kasus Covid-19 di Ponpes Husnul Jadi 93 Orang
Semua yang terkonfirmasi positif Covid-19 saat ini dalam proses isolasi mandiri di ponpes.
KUNINGAN – Kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Pondok Pesantren (Ponpes) Husnul Khotimah Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, bertambah. Dengan penambahan kembali 37 kasus baru, maka total jumlah kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Ponpes Husnul Khotimah menjadi 93 orang.
“Ada penambahan 37 orang yang positif,” ujar Jubir Satgas Penanganan Covid-19 Kabupaten Kuningan, Agus Mauludin, kepada Republika, Selasa (29/9). Penambahan kasus baru itu terdeteksi dari hasil swab pada Sabtu dan Ahad kemarin. Hasil swab itu terdiri dari santri, guru, dan pegawai ponpes.
Kasus Covid-19 di Ponpes Husnul Khotimah awalnya ditemukan pada tujuh santri yang termasuk gelombang dua kedatangan ke ponpes (29-30 Agustus 2020). Setelah itu, kembali ditemukan tiga orang santri positif yang masuk gelombang ketiga (12-13 September 2020).
Setelah itu, mulai 12-24 September 2020, sebagian santri mengalami batuk, flu, dan panas. Penanganan dilakukan dengan tes swab dan hasilnya terkonfirmasi positif sebanyak 46 santri. Semua yang terkonfirmasi positif saat ini dalam proses isolasi mandiri di pesantren.
Wakil Gubernur Jawa Barat, Uu Ruzhanul Ulum, telah meminta agar para santri yang sehat untuk dipulangkan ke daerah masing-masing. Wagub juga meminta agar kegiatan belajar mengajar di pesantren dihentikan untuk sementara.
“Saya memohon kepada pimpinan ponpes, tapi bukan instruksi sifatnya, untuk tidak melaksanakan proses belajar mengajar di ponpes ini (untuk sementara waktu),” kata Uu, saat mendatangi Ponpes Husnul Khotimah, Selasa (29/9).
Uu pun bersyukur, pihak pimpinan ponpes mengerti apa yang menjadi arahan Pemprov Jabar dalam menangani kasus tersebut. Pihaknya pun tidak sampai harus memaksa ponpes untuk melakukan penutupan itu.
“Saya mengucapkan terima kasih kepada pimpinan pondok pesantren, sesepuh di sini, yang bisa menangkap arah keinginan pemerintah, sehingga apa yang disampaikan oleh kami (pemerintah) disepakati oleh pengurus dan pimpinan pondok pesantren di sini,” ujar Uu.
Di Tasikmalaya, Jabar, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Tasikmalaya mencatat penambahan 32 kasus terkonfirmasi positif dalam satu hari terakhir. Klaster pesantren menjadi penyumbang kasus tertinggi.
Wali Kota Tasikmalaya, Budi Budiman mengatakan, dalam sehari terdapat 16 penambahan kasus baru dari klaster salah satu pesantren di wilayahnya. Dengan begitu, ia menyebut, total keseluruhan kasus terkonfirmasi dari klaster pesantren berjumlah 32 orang. “Mudah-mudahan tidak bertambah lagi. Kita masih tunggu hasil laboratorium,” kata dia.
Di Jawa Tengah, para pengasuh ponpes yang menjadi klaster penyebaran Covid-19, diminta untuk terus berkoordinasi. Pemprov Jateng meminta para pengasuh pondok untuk tidak memulangkan santrinya terlebih dahulu guna mengantisipasi risiko penyebaran Covid-19 di luar lingkungan ponpesnya.
“Kalau para santri dipulangkan, khawatirnya mereka bisa ikut menyebarkan di kampungnya masing-masing,” ungkap Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen.
Menurut Gus Yasin, sejumlah pondok pesantren di Jawa Tengah telah menjadi klaster penyebaran Covid-19. “Maka tahan dulu, jangan dipulangkan begitu saja. Laporkan kepada gugus tugas, kami akan bantu apa yang diperlukan pondok pesantren dalam rangka penanganannya,” ujar Gus Yasin.
Gus Yasin juga menyampaikan, sampai saat ini ada beberapa ponpes yang sudah melaporkan adanya kasus Covid-19. Di antaranya pondok pesantren yang ada di Kabupaten Batang, Kendal, Kebumen, dan Banyumas. Yang terbaru pondok pesantren yang ada di Kabupaten Pekalongan.
“Sekarang terus kami pantau dan dalami sejauh mana yang terpapar dan apa saja yang harus dilakukan di sana untuk menangani,” ujar dia.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.