Khazanah
Pertumbuhan Muslim di Eropa Signifikan
Masyarakat Eropa semakin tertarik mempelajari Islam.
JAKARTA -- Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Abdul Mukti mengungkapkan, Islam mengalami perkembangan yang luar biasa di negara-negara Eropa. Menurut dia, pertumbuhan Muslim di Eropa bisa mencapai 300 persen.
“Mungkin kalau dihitung dalam rentan waktu kira-kira tiga dasawarsa yang terakhir, perkembangan Islam terutama dari sisi jumlah itu bisa 300 persen,” ujarnya dalam pengajian bulanan PP Muhammadiyah yang digelar secara virtual pada Jumat (11/9) malam.
Dalam pengajian bertema “Islam dan Islamofobia di Eropa” tersebut, Mukti menjelaskan, warna Islam memang cukup kuat, seperti di Prancis dan Inggris. Menurut dia, hal ini menjadi diskursus tersendiri dalam konteks hubungan agama dan negara di Eropa. Mereka mau tidak mau harus melakukan upaya untuk melihat realitas tersebut.
Namun, Mukti menegaskan, ada sebuah realita yang juga cukup menarik ketika banyak Muslim hijrah ke Eropa untuk mencari pekerjaan. Kemudian, imigran Muslim tersebut cukup memberikan perubahan dalam konteks politik dan ekonomi negara-negara di Eropa.“Ada kelompok yang mereka tidak siap dengan realitas politik dan juga realitas ekonomi yang ada,” ucap dia.
Persaingan antara penduduk asli dan pendatang Muslim pun kemudian menjadi semakin kompleks. Meski demikian, dia menilai, persoalan ini tidak bisa dilihat hanya karena persoalan agama. Menurut dia, ada faktor dimensi politik, ekonomi, dan dimensi rasialnya yang juga cukup tinggi.“Sehingga beberapa perilaku negatif, seperti rasisme dan islamofobia, itu juga menunjukkan peningkatan yang cukup berarti di beberapa negara,” jelas dia.
Lembaga riset asal Amerika Serikat (AS) Pew Research Center (PRC) memprediksi, Islam akan menjadi agama terbesar di dunia pada 2075. Hal ini terjadi seiring dengan terus bertambahnya kelahiran di keluarga Muslim.
Hasil riset yang dilansir the Guardian, beberapa waktu lalu itu juga menyebut, selama dua dekade mendatang jumlah bayi yang lahir dari keluarga Muslim akan menyalip jumlah bayi yang lahir dari keluarga Kristen. Jumlah orang yang tak beragama juga akan berkurang. Menurut analisis PRC, hal ini akibat berkurangnya kelahiran di kalangan mereka. PRC mencatat, adanya pergeseran demografi penganut agama dari riset tersebut.
Dubes Besar RI untuk Jerman, Arief Havas Oegroseno mengungkapkan, ada banyak faktor yang membuat jumlah Islam di Eropa terus meningkat. Diantaranya, ujar dia, adanya banyak konflik di negara-negara Afrika dan Timur Tengah. “Baik di daerah Suriah atau mungkin di Afrika utara yang lain, khususnya di Libya dan juga sebagian dari Yaman,” kata dia.
Berdasarkan tingkat kesuburan umat beragama di Eropa, umat Islam memang mempunyai peluang yang besar. Menurut dia, Muslim Eropa juga memiliki keluarga yang lebih banyak dibandingkan umat agama yang lain.“Berarti ini Ini menjadi kontributor bagi meningkatnya warga Islam di Eropa,” ucapnya.
Khusus di Jerman, dia menilai, ada kebijakan yang membuka kemungkinan masuknya migran atau pengungsi dari negara-negara di kawasan Timur Tengah. Namun, menurut dia, kebijakan itu juga mendapat tantangan dari kelompok tertentu.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.