Ekonomi
Aceh Siap Manfaatkan Wakaf Sukuk
Pemerintah menargetkan pengumpulan dana CWLS Aceh sebesar Rp 50 miliar.
JAKARTA – Pemanfaatan wakaf sukuk atau cash waqf linked sukuk (CWLS) akan dikembangkan di Aceh guna meningkatkan pembangunan daerah. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Kantor Wilayah Aceh akan menginisiasi CWLS untuk sejumlah proyek strategis yang dapat meningkatkan perekonomian masyarakat.
Kepala Kantor Wilayah DJBC Aceh Safuadi menyampaikan, inisiatif CWLS ini fokus untuk menyelesaikan permasalahan yang selama ini belum sepenuhnya dapat ditangani oleh pemangku kepentingan. "CWLS Aceh mencoba membuka simpul yang belum tertangani dengan baik untuk menggerakkan ekonomi," katanya kepada Republika, Ahad (30/8).
Aceh akan menjadi provinsi pertama yang mengadopsi CWLS setelah peluncuran CWLS seri SW001 yang merupakan proyek nasional. Safuadi mengatakan, ada dua proyek yang akan digarap dengan menggunakan dana sukuk wakaf dari CWLS Aceh ini, yakni di bidang kargo dan agro.
Dia menjelaskan, Aceh punya potensi produk-produk peka waktu, namun bernilai tinggi seperti produk-produk ikan segar. "Nilai ekonominya sangat tinggi, namun harus sudah sampai di restoran sebelum 24 jam sejak panen atau penangkapan," katanya.
Produk kualitas tinggi ini merupakan produk ekspor, seperti ikan tuna segar yang harus dikirim ke Jepang. Selama ini, produk diekspor menggunakan pesawat Garuda dengan jalur yang cukup panjang, dari Banda Aceh-Jakarta-Denpasar-Narita, Jepang.
Menurutnya, jalur tersebut dapat mengurangi kualitas produk karena jarak tempuh yang terlalu panjang. Padahal, terdapat jalur dengan jarak tempuh lebih singkat, seperti Banda Aceh-Singapura-Jepang.
"Selama ini, tidak ada pesawat kargo yang memfasilitasi pengangkutan semua komoditas unggulan tersebut dan pemda tidak boleh memberikan subsidi pesawat kargo," katanya.
Safuadi mengatakan, keberadaan CWLS dapat menjembatani persoalan tersebut dengan menyediakan pesawat kargo melalui subsidi.
Selain itu, terdapat proyek agro yang akan bermanfaat bagi penduduk miskin di Aceh. Potensi pengembangan usaha agro, seperti kopi gayo organik sangat besar karena tingginya permintaan ke Amerika Serikat dan Eropa. CWLS dapat menjadi fasilitator menyinergikan kedua kepentingan masyarakat miskin dan pengusaha tersebut.
Dana CWLS dapat digunakan untuk membeli lahan dan membangun rumah tinggal sederhana bagi petani. Selanjutnya, pengusaha menjalankan manajemen pengelolaan pertanian kopi gayo organik dengan gaji masyarakat miskin tersebut dibayar melalui kupon CWLS dan terus berjalan hingga tiba waktu panen.
"Kami menargetkan pengumpulan CWLS Aceh minimal Rp 50 miliar, semakin banyak dana terkumpul maka semakin banyak kegiatan sektor riil yang bisa dan memungkinkan untuk digerakkan," katanya.
Inisiatif ini menggandeng tiga mitra distribusi bank syariah yang juga penerima wakaf uang. Dana CWLS sudah bisa disalurkan melalui tiga mitra distribusi, yakni Mandiri Syariah, Bank Muamalat, dan BRI syariah.
Direktur Pembiayaan Syariah DJPPR Dwi Irianti Hadiningdyah mengatakan, adopsi CWLS oleh daerah ini sangat positif. "Pemerintah siap mendukung dan menyediakan instrumen CWLS untuk mendukung wakaf uang produktif di Aceh," katanya.
Setelah dana CWLS terkumpul, Kementerian Keuangan siap menerbitkan sukuk wakafnya. CWLS Aceh menjadi bukti peran pembangunan dari instrumen keuangan syariah. CWLS menjadi instrumen yang dapat digunakan untuk menggerakkan wakaf produktif di daerah sekaligus memajukan ekonomi.
Wholesale and Institution Banking Group Head Mandiri Syariah, Astridiana Sjamanti, menyampaikan, masyarakat atau institusi bisa menggunakan platform yang telah disiapkan untuk turut serta dalam CWLS Aceh.
"Kami menawarkan CWLS ke nasabah, baik perorangan maupun perusahaan atau institusi," katanya.
CWLS Aceh ini sudah bisa diakses melalui platform Jadi Berkah dan Mandiri Syariah Mobile Banking bersama dengan wakaf uang lainnya. Siapa pun bisa berkontribusi pada CWLS Aceh, tidak terbatas pada masyarakat maupun institusi di Aceh saja.
Meski investor tak dibatasi, dana wakaf yang terkumpul dan hasil dari wakafnya akan digunakan untuk membangun proyek di Aceh. Astrid mengatakan, Mandiri Syariah saat ini menargetkan pengumpulan dana CWLS Aceh sebesar Rp 100 miliar hingga 289 hari ke depan.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.