Nasional
Kasus di DKI Picu Lonjakan
Lebih dari 57 persen kasus di DKI pada Ahad diklaim hasil tracing puskesmas.
JAKARTA—Tren kasus positif Covid-19 di DKI Jakarta terus menanjak dalam beberapa hari terakhir. Bahkan, pada Ahad (30/8), jumlah kasus di Jakarta menjadi separuh angka kasus positif seluruh Indonesia. Berdasarkan data Satgas Penanganan Covid-19, jumlah kasus di DKI Jakarta mencapai angka 1.094 dari total angka nasional sebanyak 2.858 kasus.
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menduga naiknya jumlah kasus di Ibu Kota karena penerapan protokol kesehatan yang mulai longgar di tempat umum dan juga perkantoran. "Iya betul (penerapan protokol kesehatan longgar)," ujar dia singkat saat dihubungi Republika, Ahad (30/8).
Wiku kembali mengingatkan, penerapan protokol kesehatan harus dilakukan secara ketat untuk menekan dan mengendalikan kasus Covid di Jakarta. Selain itu, penyelenggaraan kegiatan sosial ekonomi juga harus menerapkan aturan protokol kesehatan. Misalnya saja, kata dia, dengan menerapkan sistem work from home atau bekerja dari rumah bagi perkantoran. Kapasitas karyawan yang bekerja di perkantoran pun hanya diperbolehkan sebanyak 50 persen.
"Upayanya harus ketat protokol kesehatan dan pengendalian kegiatan sosial ekonomi, misalnya perkantoran dengan tetap menerapkan WFH dan kapasitas 50 persen agar terjaga jarak aman," kata Wiku.
Melihat tren kasus di DKI, memang terjadi kenaikan secara kontinu sejak akhir Juli. Yakni pada 27 Juli tercatat kasus 472 kasus dari sebelumnya yang hanya di kisaran 300 kasus. Sepekan kemudian, pada 6 Agustus, kenaikan kasus menyentuh angka 597. Pada pekan kedua hingga tanggal 25 Agustus, tren kasus berada di kisaran angka 600. Namun memasuki akhir bulan, terjadi lonjakan kasus menyentuh 760 pada Kamis (27/8). Jumlah terus bertambah selang sehari dengan mencatat jumlah kasus 816 pada Jumat (28/8) dan 888 pada Sabtu (29/8).
Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Bidang Kesekretariatan, Protokoler dan Public Relation, Halik Malik mengingatkan masyarakat agar terus disiplin menjalankan protokol kesehatan pencegahan Covid-19 dengan ketat di luar rumah. Hal ini sebagai salah satu cara mencegah anggota keluarga membawa virus korona ke dalam rumah, bahkan menularkannya ke anggota keluarga lain.
"Tentu harus ada kewaspadaan bagi keluarga yang memiliki anggota keluarga yang tergolong kelompok rentan atau berisiko tinggi mengalami sakit yang berat atau kondisi kritis jika sampai terpapar Covid-19," ujar Halik saat dihubungi Republika, Ahad (30/8).
Menurut Halik, penting untuk mewaspadai risiko penularan di tingkat keluarga agar tidak menjadi klaster baru penyebaran Covid-19 di lingkungannya. Sebab, saat semua tempat dilakukan pembatasan untuk mencegah penularan virus Covid, rumah menjadi tempat satu-satunya berlindung selama pandemi.
"Pertahanan terakhir kita di rumah, tempat keluarga-keluarga ini berlindung, ya istilahnya perlindungan terakhir, jadi bagaimana caranya agar benteng terakhir ini tetap menjqdi perlindungan utama bagi masyarakat itu bisa terhindar dari penyebaran Covid-19," tutur Halik.
Klaster libur panjang
Berdasarkan catatan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, 70 persen kasus positif pada Ahad (30/8) diambil dari spesimen pada 24 dan 25 Agustus 2020. Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinkes DKI Jakarta, Dwi Oktavia menjelaskan, berdasarkan data itu, periode penularan tertinggi terjadi pada 16-17 Agustus 2020.
“Angka pengambilan spesimen pada 27 Agustus juga cukup tinggi, perlu dipertimbangkan efek long weekend dua pekan berturut-turut. Perlu adanya kewaspadaan dan usaha bersama, baik pemerintah maupun masyarakat, dalam melihat tren kenaikan kasus ini,” ujarnya.
Selain itu, penambahan kasus di DKI pada Ahad ini, 57 persen kasus baru adalah hasil tracing Puskesmas. Tracing ratio di DKI Jakarta saat ini adalah 6, artinya dari 1 kasus positif, rata-rata 6 orang kontak erat akan diperiksa/dites PCR. Sedangkan, dari active case finding yang dilakukan Puskesmas, ditemukan 6 kasus baru. Sementara, dari passive case finding di RS dan klinik ditemukan sebanyak 478 kasus baru.
Dwi turut menegaskan, Pemprov DKI Jakarta berkomitmen untuk terus memassifkan tes PCR dan meningkatkan kapasitas tes PCR. Tujuannya menemukan kasus baru secara cepat, agar dapat segera melakukan tindakan isolasi atau perawatan secara tepat. Sehingga, memperkecil potensi penularan Covid-19.
“Kami di Pemprov DKI Jakarta akan terus mengejar testing, tracing, dan treatment dalam penanganan wabah ini. Akan tetapi, masyarakat juga perlu memahami bahwa untuk benar-benar menuntaskan ini memang butuh sama-sama menahan diri,” tegasnya.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.