Kisah Dalam Negeri
Menyulap Hutan Angker Jadi Destinasi Wisata
Masyarakat harus menjaga kelestarian hutan yang ada di sekitarnya
OLEH UJI SUKMA MEDIANTI
Tak ada yang menyangka, masih ada area rindang berupa hutan bambu di tengah hiruk-pikuk kawasan industri yang gersang dan berpolusi. Terletak di Sukadanau, Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi, Hutan Bambu Cikarang hadir bagai oase.
Panasnya suhu udara di kawasan industri Cikarang, Kabupaten Bekasi, seakan sejalan dengan rupiah demi rupiah yang dihasilkan oleh ribuan pabrik yang beroperasi dari berbagai negara di wilayah tersebut. Namun, di tengah ‘angkuhnya’ mesin-mesin berukuran besar yang beroperasi sepanjang waktu itu, ada sebuah surga tersisa di Kabupaten Bekasi.
Hutan bambu yang dulunya konon menjadi tempat orang berjudi ini, kini disulap menjadi tempat wisata. Banyak orang dari luar Cikarang yang penasaran akan tempat di pinggir Kali Cikarang ini.
“Dulu kawasan ini tuh kesannya angker karena dekat kuburan, sepi, tapi angin sepoi-sepoi. Jadi, orang datang ke sini buat judi,” tutur Eko, salah satu pendiri Hutan Bambu Warung Bongkok, saat ditemui Republika, Ahad (23/8).
Lelaki yang juga musisi band beraliran punk ini mengaku menghabiskan banyak masa kecilnya di Kampung Warung Bongkok. Akan tetapi, seiring berkembangnya kawasan dengan pabrik-pabrik besar se-Asia Tenggara, Kali Cikarang beserta lingkungan alam sekitarnya semakin berubah.
Padahal, aliran kali tersebut merupakan kali purba, bukan kali buatan. Hal ini, kata Eko, menjadi mimpi buruk bagi dirinya. “Saya sangat takut kalau kali alam atau kali purba ini jadi rusak karena ini akan menjadi penyeimbang ekosistem di wilayah sini,” ujar dia.
Ia bersama dengan temannya pun berinisiatif untuk membersihkan kali. Tujuannya, mengembalikan muruah dan fungsi kali sebagaimana mestinya. Mulai membersihkan sampah pada awal tahun, ia lalu membeli perahu karet. Kegiatan bersih-bersih atau patroli kali pun rutin dilakukan.
Lambat laun, sampah-sampah yang ada di sepanjang kali mulai berkurang. Dampaknya, aliran air di kali tersebut menjadi lebih jernih dan bersih. “Lalu, Maret ada korona kan, lumayan sampah dari limbah pabrik itu jadi berkurang,” kata dia.
Ketika Kali Cikarang sudah mulai bersih, potensi wisata pun datang. Sekitar dua bulan lalu, tepatnya ketika pemerintah mulai melonggarkan pembatasan sosial skala besar (PSBB) mulai berdatangan wisatawan dari luar wilayah. Namun, Eko mengatakan tetap berpegang pada prinsip menjaga lingkungan.
Pedagang yang rata-rata datang dari kampung sekitar harus patuh pada prinsip-prinsip pelestarian lingkungan. “Sebetulnya ini masih berantakan ya karena baru kemarin banget, tapi karena semangat kita menjaga alam. Kita buat perjanjian sama pedagang yang mau jualan di sini untuk membuang sampah yang betul dan kita saling edukasi juga lah,” ujar dia.
Hingga saat ini, ia menambahkan, setidaknya ada 20 pedagang terdata yang ada di lokasi eko wisata Hutan Bambu Warung Bongkok. Rata-rata, kata dia, setiap harinya ada 100 hingga 300 orang yang mengunjungi hutan bambu tersebut.
Menyelamatkan Kali Cikarang
Republika berkesempatan untuk menyusuri Kali Cikarang, tepatnya di wilayah Kampung Warung Bongkok, Sukadanau, Kecamatan Cikarang Barat. Ditemani oleh Jhon, pendiri Hutan Bambu Warung Bongkok lainnya, kami pun menyusuri kali mulai dari jembatan irigasi Cikarang sampai ke Hutan Bambu. Perjalanan menggunakan perahu karet pun dimulai.
Sembari mendayung, Jhon bercerita tentang awal mula dia menggagas gerakan Save Kali Cikarang dan cikal bakal Hutan Bambu. Jhon merupakan ‘pentolan’ grup band beraliran punk bernama The United Smokers. Lelaki lulusan Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) angkatan 1997 ini, sudah malang melintang di panggung musik indie sejak akhir tahun 90-an. Kesukaannya terhadap kegiatan alam sejak usia muda, membuatnya memiliki kesadaran untuk merawat dan menjaga lingkungan.
“Nah, (kali Cikarang) ini ada di tengah-tengah sebetulnya, sebelah sana Jababeka, ke selatan ada Hyundai dan (kawasan industri) MM2100,” kata Jhon.
Oleh karena banyaknya industri yang mengelilingi kali Cikarang, Jhon, warga asli Sukadanau yang juga memiliki hobi memancing ikan ini, mengaku khawatir akan keberlangsungan biodiversitas alam di wilayah ini.
“Saya takut sekali kalau sampai kali Cikarang ini habis. PR besarnya memang jangan sampai kali ini jadi //septic tank// raksasa buat industri-industri yang ada di sekitar kali,” tutur dia.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.