Internasional
Trump Izinkan Terapi Plasma
FDA mengingatkan, masih diperlukan data dan uji klinis lanjutan untuk terapi plasma.
WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan otoritas darurat untuk pengobatan terapi virus korona baru atau Covid-19. Trump menyebut langkah ini terobosan, sementara para ahli menyatakan masih perlu penelitian lebih lanjut sebelum dinyatakan sebagai terapi yang berhasil.
"Inilah yang sudah lama ingin saya lakukan. Ini adalah hal yang luar biasa," kata Trump di Gedung Putih seperti dilansir laman Anadolu Agency, Senin (24/8). "Saya senang untuk membuat pengumuman yang benar-benar bersejarah dalam pertempuran kita melawan virus Cina yang akan menyelamatkan banyak nyawa," ujarnya menambahkan.
Trump mengatakan, pengobatan tersebut dapat mengurangi kematian hingga 35 persen. Dia menggambarkan prosedur tersebut sebagai terapi yang ampuh dan meminta warga AS untuk maju menyumbangkan plasma jika mereka telah pulih dari Covid-19.
Badan yang mengurusi keamanan makanan dan obat di AS, Food and Drug Administration (FDA), akhirnya mengizinkan penggunaan darurat plasma darah yang kaya akan antibodi dari para penderita Covid-19. Plasma itu nantinya ditransfusikan kepada pasien virus korona lainnya. FDA mengatakan dalam pernyataannya bahwa lebih dari 70 ribu pasien Amerika telah dirawat dengan terapi plasma.
Pengumuman Trump ini disampaikan setelah sebelumnya Gedung Putih menuding FDA menunda-nunda otorisasi vaksin dan terapi Covid-19. Ada orang-orang di FDA, kata Trump, yang sengaja menahan kabar baik.
"Dan itu untuk alasan politis," kata Trump yang kerap menuduh ada deep state atau sekelompok kecil orang berpengaruh yang mengendalikan pemerintahan.
Perlu analisis lanjutan
Menurut laman BBC, FDA mengatakan, penelitian awal menunjukkan plasma darah dapat menurunkan angka kematian dan meningkatkan kesehatan pasien jika diberikan dalam tiga hari pertama perawatan di rumah sakit. Namun, FDA mengingatkan bahwa terapi plasma tidak boleh menjadi standar perawatan pasien Covid-19.
Denise Hinton, kepala ilmuwan di FDA, menuliskan dalam suratnya, "Terapi plasma Covid-19 tidak boleh menjadi standar baru dalam perawatan pasien Covid-19. Data tambahan akan menyusul dari sejumlah analisis lain dan uji klinis yang amat terkontrol masih berlangsung dalam beberapa bulan ini."
Beberapa ahli, termasuk Anthony Fauci, memang menyatakan keraguan tentang kekuatan studi tersebut sejauh ini. Fauci adalah ahli penyakit menular terkemuka dunia yang kini mengepalai National Institute of Allergy and Infectious Diseases dan telah menjadi penasihat enam presiden AS.
Data Johns Hopkins University melaporkan, ada 23,4 juta kasus Covid-19 secara global. AS menghadapi lebih dari 5,7 juta kasus virus dan lebih dari 176 ribu kematian.
Sejak muncul di Wuhan, Cina, Desember lalu, pandemi telah merenggut lebih dari 809 ribu nyawa di 188 negara dan wilayah. AS, Brasil, India, dan Rusia saat ini adalah negara yang paling parah terkena dampaknya.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.