Ekonomi
Impor Melonjak, Waspada Defisit Perdagangan Buah
Potensi krisis pangan tetap harus menjadi perhatian bersama.
JAKARTA -- Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia meminta pemerintah mewaspadai impor buah ke Indonesia yang terus meningkat. Kadin menilai, potensi dalam negeri untuk memproduksi aneka buah cukup besar dan diminati banyak negara. Terlebih, berdasarkan data BPS, Indonesia mengalami defisit perdagangan buah mencapai 1,16 miliar dolar AS pada tahun lalu.
Ketua Komite Tetap Hortikultura Kadin Indonesia Karen Tambayong mengatakan, selama tahun lalu, nilai impor buah ke Indonesia sudah tembus hingga lebih dari Rp 20 triliun. "Ini jumlah besar dan kita patut waspada karena berikutnya banyak hal yang harus kita hadapi," kata Karen dalam Webinar Konsumsi Buah Nusantara, Senin (10/8).
Data BPS menunjukkan, volume impor buah pada 2015 sebanyak 435 ribu ton dengan nilai 666,3 juta dolar AS atau setara Rp 9,8 triliun (kurs Rp 14.700). Sementara itu, pada 2019 volume impor buah melonjak drastis hingga 724,1 ribu ton senilai 1,48 miliar dolar AS atau sekitar Rp 21 triliun. Nilai ekspor buah pada 2019 hanya sebesar 323 juta dolar AS.
Kurangnya lahan produksi juga menjadi tantangan.KAREN TAMBAYONG, Ketua Komite Tetap Hortikultura Kadin Indonesia
Ia mengatakan, setelah pandemi virus korona berakhir, banyak konsumen akan makin sadar untuk menjaga kesehatan. Salah satunya dengan memperbanyak konsumsi buah dan sayur sebagai sumber vitamin. Hal itu dilakukan demi melindungi diri dari berbagai penyakit menular.
Selain itu, potensi krisis pangan tetap harus menjadi perhatian bersama. Karen mengatakan, saat ini terdapat 690 juta orang menghadapi krisis pangan di seluruh dunia. Di Indonesia, ia menuturkan, sekitar 30 persen wilayah produksi pangan akan melalui wilayah cuaca ekstrem yang bisa berbahaya dan berpotensi mengalami defisit pangan.
"Kurangnya lahan produksi juga menjadi tantangan. Lahan kita memang luas tapi pegunungan sehingga sulit mendapat hamparan. Lahan produsen buah tersebar luas tapi belum menerapkan good agriculture practice (GAP)," kata Karen.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto meluncurkan Gelar Buah Nusantara kelima sebagai kampanye untuk mendorong konsumsi buah lokal. Airlangga mengatakan, pada situasi pandemi saat ini permintaan buah-buahan dipastikan meningkat dan dapat diandalkan sebagai pendongkrak perekonomian.
"Dalam situasi Covid-19, buah-buahan bisa menjadi penyangga imunitas. Ini sektor yang sekaligus bisa menjadi pengungkit pertumbuhan ekonomi," kata Airlangga.
Airlangga mengatakan, subsektor hortikultura juga bisa menjadi mitigasi untuk mempertahankan agar nilai tukar petani (NTP) tetap melaju positif. Sebab, komoditas hortikultura, terutama buah-buahan khas nusantara, jenisnya amat beragam di tiap-tiap daerah.
Lebih lanjut, Airlangga juga mendorong agar para produsen buah bisa terus membenahi level pengemasan sehingga bisa menjadi industri buah yang berdaya saing. Ia mengatakan, pemerintah akan mendorong sektor hortikultura sebagai penyangga ekonomi lewat langkah-langkah extraordinary demi menyelamatkan perekonomian.
"Kehadiran negara akan dimaksimalkan. Realisasi anggaran-anggaran pemerintah dan beberapa program untuk mendukung juga bisa dipercepat," katanya.
Selain potensi pasar domestik yang besar, ia menuturkan, permintaan ekspor buah-buahan asal Indonesia juga tengah mengelami peningkatan. Seperti misalnya manggis, pisang, nanas, dan salak yang sejauh ini memiliki permintaan tinggi dari berbagai negara.
Sebagai tindak lanjut untuk mendukung pengembangan hortikultura, ia menyampaikan, salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan sektor pertanian khususnya hortikultura dengan melakukan pengembangan kawasan industri hortikultura yang fokus pada satu komoditas. Seperti misalnya pengembangan kawasan telah dilakukan untuk komoditas pisang cavendish yang diminati baik dalam negeri maupun luar negeri.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.