Hikmah Republika Hari ini | Republika

Hikmah

Mempertahankan Spirit Berkorban

Asalkan niat berkorban terjaga, maka buahnya pasti membahagiakan.

Oleh AHMAD RIFAI

 

OLEH AHMAD RIFAI

Sesulit apa pun situasi yang dihadapi, rahmat Allah sejatinya tetap mengalir sangat deras. Salah satunya adalah dipertemukannya kita dengan Dzulhijah. Bulan yang di dalamnya juga sarat momentum istimewa.

Ada hari Arafah tanggal 9 dan Idul Kurban tanggal 10. Meski berbeda ritual yang mengisinya, pesan utamanya sama, yaitu berkorban. Wukuf di Arafah sebagai puncak pelaksanaan haji dan menyembelih hewan kurban tidak mungkin terwujud tanpa pengorbanan.

Semangat berkorban inilah yang penting dipertahankan. Karena pengorbanan tidak saja dibutuhkan pada saat berkurban atau menunaikan ibadah haji. Nyaris setiap ketaatan kepada Allah membutuhkan pengorbanan. Apalagi, pada perintah yang terkategori sulit dan berat. Mewujudkannya membutuhkan pengorbanan yang besar.

Asalkan niat berkorban terjaga maka buahnya pasti membahagiakan. Itulah yang sangat mencolok pada sejarah Nabi Ibrahim. Sekilas perintah yang tertuju kepadanya sangat berat, bahkan merugikan. Akan tetapi, akhir dari semua ujian itu adalah kebaikan. Sejumlah predikat mulia disandang oleh Nabi Ibarhim. Di antaranya, imaman linnas (teladan bagi seluruh manusia).

Apa yang terjadi pada Nabi Ibarhim juga bisa terjadi pada siapa saja. Sebab, itu sudah menjadi sunatullah. Siapa yang berkorban dalam ketaatan kepada Allah maka Allah akan memberikan kepadanya balasan yang terbaik.

Ketika para sahabat berhijrah ke Madinah, hal itu juga berkaitan erat dengan semangat berkorban yang melekati kalbu para sahabat. Dan kita liat, betapa indah buah dari hijrah tersebut. Mereka dipastikan oleh Allah sebagai sosok yang diridhai.

Semua sejarah kebaikan tidak lepas dari pengorbanan. Karenanya, kedudukan seorang hamba di sisi Allah juga sangat erat kaitan dengan besar kecilnya pengorbanan yang ia berikan. Ibnul Qoyyim berkata, “Penghambaan pada perkara-perkara sulit yang menjadi penentu derajat seseorang di sisi Allah.” (Alwabilusshoyyib, hlm 12).

Karenanya, jika menyangkut ketaatan kepada Allah, jangan ragu untuk berkorban. Allah adalah penguasa, rahmat-Nya sangat luas. Sehingga, apa pun yang kita korbankan, Allah sangat kuasa mengganti dengan yang lebih baik.

Yang penting niat ikhlas mesti selalu terjaga. Jangan sampai pengorbanan yang kita lakukan hanya sebatas pencitraan atau untuk mendapatkan simpati agar bisa melenggang menjadi pejabat. Pengorbanan model ini tidak akan mendatangkan kebaikan. Tapi, justru bisa menjadi sumber malapetaka dan keburukan.

Dalam salah satu hadis, Nabi pernah menceritakan tentang orang yang pertama kali dinyalakan untuknya api neraka. Salah satunya adalah orang yang berjihad. Kalau dipikir, apa yang kurang dari pengorbanan orang yang berjihad. Sungguh luar biasa pengorbanannya.

Akan tetapi, sayang pengorbanan itu kehilangan nilai. Penyebanya, niat berkorbannya yang rusak. Ia berjihad sekadar pencitraan untuk dikatakan sebagai pemberani. Waliyyadzu billahi mindzalik!

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat