Ekonomi
Investor Migas Terancam Mundur
Kondisi harga minyak dunia yang anjlok menjadi faktor utama.
JAKARTA -- Pemerintah saat ini sedang mengembangkan dua proyek migas yang diharapkan dapat menjadi tumpuan cadangan minyak dan gas Tanah Air. Sayangnya, dua investor besar yang berada di dua proyek itu mengirimkan sinyal untuk hengkang dari Indonesia.
Proyek pertama yang saat ini sedang digarap adalah Indonesian Deepwater Development (IDD). Proyek IDD yang digawangi oleh Chevron Pacific Indonesia berpotensi mundur berproduksi. Sebab, dari pihak Chevron mengakui, proyek ini tak mampu bersaing untuk mendapatkan modal.
Juru Bicara Chevron Pacific Indonesia Sonitha Poernomo menjelaskan, perusahaan tak mendapatkan modal yang cukup dari induk untuk bisa mengembangkan proyek IDD tersebut. Ia bahkan mengatakan, nilai pengembangan IDD lebih cocok untuk operator lain.
"IDD Tahap 2 tidak dapat bersaing untuk mendapatkan modal dalam portofolio global Chevron. Kami percaya, proyek ini akan memiliki nilai untuk operator lain dan Kutai Basin dapat terus dikembangkan dengan selamat dan bertanggung jawab," ujar Sonitha kepada Republika, Ahad (26/7).
Kami masih terus berkoordinasi dengan pemerintah dan mitra potensial dalam membangun solusi untuk pengembangan IDD.Juru Bicara Chevron Pacific Indonesia Sonitha Poernomo
Sonitha menjelaskan, saat ini, pihak Chevron selaku pemenang kontrak kelola IDD bersama SKK Migas sedang mencari solusi agar proyek ini bisa berjalan. Ia tak menampik, saat ini, perusahaan dan SKK Migas sedang mencari mitra potensial.
"Kami masih terus berkoordinasi dengan pemerintah dan mitra potensial dalam membangun solusi untuk pengembangan IDD," ujar Sonitha.
Persoalan ini telah diketahui oleh SKK Migas. Meski, menurut SKK, perlu ada pembahasan secara resmi soal kelanjutan proses pengembangan IDD tersebut. Plt Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Susana Kurniasih menjelaskan, SKK Migas telah melayangkan surat kepada Chevron untuk bisa membahas proyek ini lebih lanjut.
"SKK Migas telah menyurati Chevron terkait keberlanjutan proyek IDD. Surat baru dikirimkan sehingga kita belum mendapatkan jawabannya," ujar Susana.
Selain proyek IDD, Shell selaku mitra Inpex dalam proyek Blok Masela pun melayangkan sinyal untuk mundur dari proyek Lapangan Gas Abadi. Shell mulai menawarkan kepada publik partisipasi saham mereka di Blok Masela.
Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno mengakui, saat ini, Inpex sedang mencari mitra baru karena Shell harus mundur dari proyek Masela. Hal ini juga dikarenakan kondisi arus kas Shell yang terdampak cukup besar karena pandemi Covid-19.
"Iya betul mundur. Inpex sedang mencari penggantinya," ujar Julius.
Shell melalui Shell Upstream Overseas memiliki saham partisipasi Lapangan Abadi, Blok Masela, Laut Arafuru, Maluku, sebesar 35 persen. Sedangkan, sisanya dimiliki oleh Inpex via Inpex Masela.
Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan, menilai, ada dua hal yang menjadi penyebab para investor besar ini mundur perlahan dari proyek migas besar di Indonesia. Pertama, kondisi harga minyak dunia yang anjlok beberapa waktu terakhir menjadi faktor utama. Selain itu, kondisi cadangan gas dunia masih cukup besar sehingga turut menggeret harga LNG dunia anjlok.
Menurut Mamit, hal ini bisa perlu dimitigasi dengan baik oleh pemerintah. Dia menyarankan, pemerintah dapat menarik investor melalui aturan dan iklim investasi yang ramah. Sehingga, para investor percaya untuk bisa menanamkan modalnya di Indonesia.
"Investor butuh kepastian hukum dan juga iklim investasi. Belum lagi terkait skema bagi hasil gross split yang masih dinilai kurang menarik meskipun investor diberikan pilihan ke depannya antara cost recovery atau gross split. Belum persoalan perizinan yang masih panjang serta kadang ada tumpang tindih juga," ujar Mamit.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.