Nasional
Kemenkes Usul Tusuk Sate Jadi Alat Coblos
Tusuk sate bisa menjadi alat coblos sekali pakai untuk meminimalisasi penularan Covid-19.
JAKARTA -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyarankan beberapa hal usai melakukan simulasi pemungutan suara Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2020 di halaman kantor KPU RI, Jakarta Pusat, Rabu (22/7). Salah satu yang diusulkan, yakni penggunaan alat coblos sekali pakai untuk meminimalisasi penularan Covid-19.
"Karena TPS (tempat pemungutan suara) ada di seluruh wilayah Tanah Air, jangan sampai masalah ketersediaan sarung tangan menjadi penghambat. Salah satu saran saya, alat coblosnya yang dibuat sekali pakai, misalnya, pakai bambu semacam tusuk sate. Sekali pakai buang," kata Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes Achmad Yurianto, Rabu (22/7).
Jadwal pemungutan suara serentak di 270 daerah yang terdiri atas 9 provinsi, 224 kabupaten, dan 37 kota akan digelar pada 9 Desember 2020. Hari pemungutan suara tersebut bergeser dari jadwal semula 23 September 2020 akibat pandemi Covid-19.
Simulasi dimulai sekira pukul 07.00 WIB yang didahului dengan penyemprotan cairan disinfektan di area kantor KPU RI. Ketua KPU RI Arief Budiman juga terlihat memberikan pengarahan kepada jajarannya didampingi Komisioner KPU RI Hasyim Asy'ari, Ilham Saputra, Viryan Aziz, dan I Dewa Kade Wiarsa Raka Sandi.
Jadwal pemungutan suara serentak di 270 daerah yang terdiri atas 9 provinsi, 224 kabupaten, dan 37 kota akan digelar pada 9 Desember 2020.
Anggota kelompok penyelenggara pemungutan suara (KPPS) dan para saksi mengenakan alat pelindung diri, seperti masker, face shield atau pelindung wajah, dan sarung tangan karet. Pemilih dapat memastikan namanya tercantum dalam daftar pemilih tetap (DPT) yang dimuat di papan sebelum masuk TPS.
Sebelum masuk ke TPS, pemilih dicek suhu tubuhnya menggunakan alat termometer tembak. Setelah itu, pemilih dipersilakan masuk untuk menyerahkan undangan pemungutan suara dan memperlihatkan KTP.
Kemudian, pemilih menunggu antrean terlebih dahulu di kursi yang diatur dengan menjaga jarak. Sebelum mencoblos, pemilih diberikan sarung tangan lalu menerima surat suara. Setelah mencoblos, pemilih diberikan tinta sebagai tanda sudah menggunakan hak pilihnya dengan cara diteteskan oleh petugas. Selanjutnya, pemilih diarahkan untuk mencuci tangan dengan sabun cair dan air mengalir di luar TPS.
Minimalkan petugas
Yurianto juga mengusulkan agar jumlah petugas penyelenggara pilkada di TPS diminimalkan. Sebab, semakin banyak orang yang dilibatkan, maka potensi penularan virus korona akan semakin besar. "Makanya, sejak awal kita jelaskan supaya kita tidak perlu nambah orang lagi. Saran saya sih begitu," kata dia.
KPU menyatakan akan menjadikan masukan tersebut sebagai pertimbangan dalam menyusun pedoman atau petunjuk teknis (juknis) pencoblosan di TPS. "Tentu, akan menjadi bahan pertimbangan KPU dalam menyusun pedoman teknis di TPS yang nantinya akan dibuat," ujar Komisioner KPU I Dewa Kade Wiarsa Raka Sandi.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.