Nasional
Uji Klinis Vaksin Covid-19 Mulai Agustus
Bio Farma menargetkan tahap awal produksi mencapai 40 juta dosis vaksin Covid-19.
JAKARTA—Uji klinis tahap tiga vaksin Covid-19 akan dimulai pada Agustus 2020 mendatang. Vaksin yang akan diproduksi PT Bio Farma (persero) merupakan hasil kerja sama dengan produsen vaksin asal Cina, Sinovac Biotech. Per Ahad (19/7) lalu, sebanyak 2.400 vaksin telah tiba di Indonesia.
Koordinator Uji Klinis Vaksin Covid-19, Prof Kusnadi Rusmil menyebutkan, uji klinis nantinya akan dilakukan terhadap 1.620 orang. Angka ini didapat dari perhitungan statistik untuk memastikan vaksin nanti benar-benar efektif atau tidak.
"Seluruh 1.620 orang-orang yang berumur 18 tahun sampai 59 tahun. Harapan saya tentunya semuanya baik dan penelitian ini akan selesai pada bulan Januari (2021)," tutur Kusnadi usai bertemu dengan Presiden Jokowi, Selasa (21/7).
Sebanyak 1.620 orang yang ikut uji klinis nanti dijaring dari kantong-kantong penelitian Universitas Padjajaran (Unpad). Prinsipnya, ujar Kusnadi, adalah sukarela. Jadi, masyarakat yang ingin mengajukan diri sebagai relawan uji klinis vaksin Covid-19 bisa mendaftarkan diri kepada tim di Unpad.
"Kriteria yang pasti kriteria yang ikut penelitian ini harus sehat. Jadi orang itu pasti diperiksa dulu dengan teliti. Periksa darahnya periksa jantungnya, periksa paru-parunya udah sehat baru dia bisa ikut penelitian ini," katanya.
Prof Kusnandi menjelaskan, vaksin Covid-19 akan disuntikkan sebanyak 2 kali ke tubuh relawan. Relawan tersebut merupakan orang sehat yang sudah dicek kondisi tubuhnya. Penyuntikkan akan dilakukan sebanyak 2 kali per 14 hari. Secara berkala, tim akan melakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap setiap relawan. Pemantauan relawan dilakukan selama 7 bulan.
“Kita cari orang sehat, lalu kita suntikkan vaksinnya, apakah vaksinnya memunculkan zat anti terhadap penyakit atau tidak,” katanya. Ilmuwan yang sudah melakukan uji klinis vaksin sebanyak 30 kali ini mengatakan, dari hasil analisisnya, vaksin akan menciptakan kekebalan terhadap virus Covid-19 dalam 28 hari. “Perhitungan saya begitu. Setelah 28 hari orang itu akan kebal terhadap penyakit. Tetapi suntikannya harus 2 kali,” katanya.
Jika sudah disetujui Komite Etik, kata dia, proses penyuntikkan akan dilakukan di 6 tempat, antara lain: Rumah Sakit Pendidikan Unpad, kampus Unpad Dipati Ukur, serta 4 Puskesmas di Kota Bandung. Kusnandi memastikan, uji klinis ini tetap memperhatikan keselamatan relawan. Upaya preventif ini sudah dimasukkan ke dalam rencana kerja yang saat ini tengah ditelaah oleh Komite Etik. “Orangnya sudah diasuransikan,” katanya.
Sampel
Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir menyebutkan, uji klinis akan dilakukan di Bandung dan sekitarnya. Bio Farma juga akan bekerja sama dengan Unpad dalam melakukan distribusi sampel uji klinis. Namun sebelum masuk uji klinis tahap tiga, masih ada beberapa fase yang perlu dilalui. Seperti uji laboratorium di internal Bio Farma dan perizinan lain.
Bio Farma sendiri memastikan kapasitas produksi vaksin di dalam negeri dikelola dengan baik. Untuk tahap awal produksi pada kuartal I 2021 mendatang, Bio Farma menargetkan bisa memproduksi 40 juta dosis vaksin Covid-19. Namun angka ini ditargetkan meningkat menjadi 250 juta dosis vaksin per tahun. "Pada saat selesai uji klinis dan izin edarnya keluar, kami sudah menargetkan untuk bisa selesai sekitar 40 juta dosis per tahun," ujar Honesty.
Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto menyebutkan pihaknya akan membantu Bio Farma dalam produksi vaksin dengan menyiapkan personel imunisasi. Kemenkes juga akan menyiapkan anggaran agar vaksin ini bisa dimanfaatkan sebanyak-banyaknya masyarakat Indonesia. "Itu kami akan bahas bersama dengan kementerian keuangan, terutama, dan mudah-mudahan semua berjalan lancar," katanya.
Sementara, Menteri BUMN Erick Thohir menambahkan, masyarakat masih perlu menjalankan protokol kesehatan dengan ketat karena vaksin Covid-19 baru bisa diproduksi awal 2021 mendatang. Menurutnya, satu-satunya cara untuk membantu menekan angka penularan adalah penerapan jaga jarak, cuci tangan dengan sabun, dan terutama menggunakan masker saat beraktivitas di luar rumah.
"Jadi, dari sekarang sampai awal tahun depan penting sekali disiplin. Vaksin ini kita pastikan akan ada, tapi saya mohon masyarakat juga berdisiplin, supaya tadi kita bisa terus mengantisipasi," ujarnya.
Menjanjikan
Sementara itu, vaksin Covid-19 yang dikembangkan University of Oxford, Inggris, dinilai menunjukkan hasil yang menjanjikan. Vaksin ini terindikasi aman dan memicu respons imun. Uji coba yang melibatkan 1.077 orang menunjukkan vaksin tersebut membuat antibodi dan sel-T yang dapat melawan virus korona.
Vaksin yang diberi nama ChAdOx nCov-19 itu dikembangkan dalam proses cepat yang belum pernah terjadi sebelumnya. Dalam masa-masa normal, sebuah pengembangan vaksin biasanya membutuhkan waktu 10-15 tahun.
“Kami sangat senang dengan hasil yang diterbitkan hari ini karena kami melihat antibodi dan sel-T yang menetralkan,” kata profesor Andrew Pollard dari kelompok penelitian Oxford, dikutip laman BBC pada Senin (20/7).
Menurut Pollard vaksin yang dikembangkan timnya sangat menjanjikan. “Tapi pertanyaan kunci yang ingin diketahui semua orang adalah apakah vaksin itu berfungsi, apakah ia menawarkan perlindungan dan kita sedang menunggu,” ujarnya.
Penelitian Oxford menunjukkan 90 persen orang yang divaksinasi mengembangkan antibodi penawar setelah menerima satu dosis injeksi. Hanya 10 orang yang antibodi penawarnya terpicu setelah memperoleh dua dosis.
Vaksin yang dikembangkan Oxford diklaim aman, tapi tetap memiliki efek samping. Sebanyak 70 persen orang dalam percobaan mengalami demam atau sakit kepala. Para peneliti mengatakan hal itu dapat dikelola dengan parasetamol.
“Masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan sebelum kami dapat memastikan apakah vaksin kami akan membantu mengelola pandemi Covid-19, tapi hasil awal ini menjanjikan,” kata profesor Sarah Gilbert yang turut terlibat dalam penelitian.
Lebih dari 10 ribu orang akan berpartisipasi dalam pengujian tahap berikutnya. Uji coba juga akan diperluas ke negara lain karena tingkat virus korona rendah di Inggris. Hal tersebut menyebabkan sulit untuk mengetahui apakah vaksinnya efektif.
Akan ada uji coba besar yang melibatkan 30 ribu orang di Amerika Serikat, 2.000 orang di Afrika Selatan, dan 5.000 orang di Brasil. Meskipun nantinya vaksin yang dikembangkan Oxford berhasil, vaksin belum dipakai untuk umum. Pekerja dan tenaga kesehatan akan diprioritaskan untuk memperoleh vaksin.
Setelah mereka, kelompok berikutnya adalah orang-orang yang rentan Covid-19 karena usia atau kondisi medis mereka. Vaksinasi massal kemungkinan dapat dilakukan paling cepat awal tahun depan. Itu pun jika semua berjalan sesuai rencana.
Sementara itu Wakil Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste, dan chargé d'affaires, Rob Fenn, ikut mengomentari hasil temuan Oxford. Dalam keterangan tertulisnya, ia mengatakan,
“Berita yang menggembirakan minggu ini datang dari Oxford, bersamaan dengan pengumuman dari mereka yang sedang mengerjakan vaksin di Indonesia, mungkin bisa dikatakan keadaan sudah berbalik arah."
"Terlalu dini untuk kita menyatakan kemenangan. Tetapi Universitas Oxford adalah rumah bagi para peneliti berbakat dari seluruh penjuru dunia; dan AstraZeneca sedang merencanakan produksi vaksin dalam skala besar," ujarnya.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.