Internasional
India Kembali Terapkan Lockdown
Hampir 2,5 juta pekerja migran pulang kampung akibat Lockdown pertama India.
NEW DELHI -- Pemerintah India kembali menerapkan karantina wilayah atau lockdown di beberapa negara bagian. Hal itu dilakukan saat kasus Covid-19 di negara tersebut hampir menembus 1 juta kasus.
Bihar menjadi salah satu negara bagian di India yang kembali harus menerapkan lockdown selama dua pekan dimulai pada Kamis (16/7). Bihar memiliki 128 juta penduduk dengan sistem kesehatan yang rapuh. Sejak Sabtu pekan lalu, Bihar melaporkan lebih dari 1.000 kasus Covid-19 per hari. Jumlah itu diperoleh meski skala pengujian terbilang minim.
Lockdown juga diterapkan di Bangalore selama sepekan pada Selasa (14/7). Bangalore merupakan pusat teknologi utama di India selatan. Apple dan Amazon diketahui memiliki kantor di wilayah tersebut.
Hampir 2,5 juta pekerja migran pulang kampung ke sejumlah negara bagian India akibat penerapan lockdown pertama India. Mereka pulang ke kampung halaman setelah kehilangan pekerjaan di kota-kota besar.
Pada Rabu, India melaporkan hampir 30 ribu kasus baru Covid-19 dengan 582 kematian. Ahli epidemiologi dari Christian Medical College di India selatan, Jayaprakash Muliyil, memperingatkan soal angka kematian akibat Covid-19 di negaranya dapat jauh lebih tinggi. Hal itu karena tidak adanya mekanisme yang kuat untuk melaporkan kematian di daerah perdesaan. "Kami tidak memiliki infrastruktur," katanya.
Direktur Global Health Institute Harvard Dr Ashish Jha mengatakan, dengan percepatan kasus baru, strategi India harus berfokus pada menjaga jumlah kasus tetap rendah dan menyelamatkan sebanyak mungkin nyawa. "Anda harus melanjutkan pengujian dan isolasi. Pastikan hanya sedikit atau tidak ada pertemuan di dalam ruangan," katanya.
Dia memperingatkan, India harus memastikan dapat terus membangun persediaan dan memiliki tempat tidur yang cukup untuk para pasien. Saat berita ini ditulis, kasus Covid-19 di India telah melebihi 936 ribu, sementara jumlah kematian mencapai 24.309 jiwa. India menduduki peringkat ketiga dengan kasus terbanyak.
Laporan Johns Hopkins University menyebutkan, jumlah kasus global mencapai lebih dari 13,3 juta dan korban meninggal 579.335 orang. Kasus terbanyak masih terjadi di Amerika Serikat. Pemberlakuan lockdown dan pengetatan aturan juga terjadi di sejumlah wilayah di beberapa negara.
Warga Melbourne, Australia, diingatkan untuk mematuhi lockdown jika tidak ingin mendapatkan pembatasan yang lebih ketat lagi. Mereka sudah menjalani sepekan dari enam pekan rencana lockdown kali ini.
Aturan paling ketat akhirnya berlaku di Hong Kong mulai Rabu. Selain menutup sejumlah sektor usaha, Hong Kong juga mewajibkan pemakaian masker dan ancaman denda bagi pelanggarnya. Lockdown juga diberlakukan di Katalunya, Spanyol, serta sejumlah daerah zona merah di Israel.
Kota Blackburn di Inggris juga memberlakukan aturan lebih ketat. Direktur Kesehatan Masyarakat Inggris Dominic Harrison mengatakan, jika jumlah kasus tak turun hingga 27 Juli, lockdown akan kembali diberlakukan.
Bangkok Post melaporkan, Rabu, polisi Filipina dikerahkan untuk membantu penjemputan penderita Covid-19 yang harus diisolasi di pusat karantina. Pemerintah juga kembali melakukan lockdown serta membangun puluhan pusat karantina untuk mengisolasi pasien dengan gejala ringan setelah terjadi kenaikan kasus Covid-19.
"Kami lebih suka bahwa kasus tanpa gejala dan kasus-kasus ringan secara sukarela menyerah dan mengurung diri mereka di pusat-pusat isolasi," ujar Harry Roque, juru bicara Presiden Rodrigo Duterte.
Dia juga menyebut tindakan karantina paksa adalah sesuatu yang legal. "Ini liburan berbayar di fasilitas ber-AC. Mereka bukan akan dibawa ke penjara," ujarnya.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.