Sandra jatuh hati pada Islam. | Dok Youtube/OvercomeTV

Oase

Sandra Jatuh Hati pada Ajaran Islam

Sandra jatuh hati pada Islam setelah diajak ke masjid oleh seorang kawan.

OLEH RATNA AJENG TEJOMUKTI

Sandra menempuh perjalanan spiritual cukup panjang hingga akhirnya memeluk Islam. Wanita yang kini berusia 44 tahun itu menjadi Muslimah sejak 13 tahun yang lalu.

Ia lahir di Columbia, South Carolina, Amerika Serikat. Sandra dibesarkan di tengah keluarga non-Muslim. Sejak usia sangat muda, dirinya sudah terlibat aktif dalam berbagai kegiatan keagamaan, semisal paduan suara di gereja.

Saat usianya enam tahun, dia mulai sering diundang untuk bernyanyi di berbagai kegiatan perayaan keagamaan. Keterlibatannya dalam paduan suara membuatnya tertarik pada musik. Tidak heran, ketika lulus sekolah menengah, ia bertekad untuk kelak berkarier pada dunia tarik suara.

"Saya menyadari memiliki potensi sebagai penyanyi, dan telah banyak bernyanyi solo serta orkestra klasik," kata Sandra, dikutip dari wawancara dengan Overcome TV beberapa waktu lalu.

Selain aktif di paduan suara yang bersifat keagamaan, Sandra waktu itu juga terlibat dalam banyak pertunjukan musik di kota kelahirannya. Untuk mengembangkan karier musiknya sebagai penyanyi opera, dia pun mengikuti kursus.

Setelah sempat berkarier sebagai penyanyi opera di Columbia, Sandra kemudian pindah ke Austria. Ia diterima di Konservatori atau Sekolah Tinggi Musik di Wina. Di sana, dia baru merasakan kehidupan bermusik yang sesungguhnya. Keseharian Sandra dipenuhi dengan jadwal panggung. Inilah memang kesibukan yang disenanginya.

Namun, di sisi lain, lama kelamaan ia merasa ada kekosongan dalam hatinya. Jauh di negeri orang, membuatnya merasa berbeda. Jiwanya merasa kian jauh dari sisi spiritual.

 
Jiwanya merasa kian jauh dari sisi spiritual.
 
 

Suatu kali, ia menghubungi ibundanya. Kepada Sandra, perempuan yang amat dikasihinya itu berpesan agar selalu rutin ke rumah ibadah. "Setiap hari ketika pergi kuliah, saya akan berhenti untuk masuk ke tempat peribadatan. Saya ingat, kesan yang saya dapatkan waktu itu begitu masuk ke dalam ruangan. Saya mengamati, semua patung-patung itu, juga orang-orang di sana," tutur dia mengenang momen tersebut.

Saat itu, Sandra menyaksikan gereja di Wina tak ubahnya hasil karya seni yang menawan. Berbagai patung tampil dengan detail yang menakjubkan. Bagaimanapun, semua keindahan itu tak sampai mengisi kekosongan batinnya.

"Tempat itu memang luar biasa. Tempat itu beserta isinya adalah karya seni yang hebat. Akan tetapi, saya merasa di sana tidak ada jiwa yang hidup," ceritanya.

Namun, karena mendapatkan pendidikan agama yang kuat, Sandra tetap taat beribadah. Dia berkunjung dari satu tempat peribadatan ke tempat peribadatan lainnya. Dia berdoa dengan menyebut nama orang-orang suci. Namun, semua hal itu mulai terasa benar-benar membingungkan bagi Sandra.

"Ketika Anda berada di luar lingkungan tempat Anda tumbuh, Anda akan mulai mempertanyakan banyak hal dan mulai berpikir out of the box. Saat itu saya merasa ingin terus terhubung dengan Tuhan karena demikianlah cara saya dibesarkan," kenang dia.

 
Saat itu saya merasa ingin terus terhubung dengan Tuhan karena demikianlah cara saya dibesarkan.
 
 

Di samping itu, Sandra mengaku bahwa selama ini dia tumbuh dengan perasaan ingin menyenangkan semua orang. Dia merasa bahwa dengan bernyanyi dirinya dapat membuat banyak orang berbahagia. Dia tumbuh dengan pikiran bahwa nyanyian dapat menghadirkan kedamaian dan menjadikan acara keagamaan serta pernikahan menjadi lebih indah.

Namun, Sandra mulai menyadari, seringkali religiusitas menjadi kering. Sebagai contoh, ia pernah mengikuti sebuah acara pernikahan di gereja ini. Menurut dia, orang-orang mungkin tidak akan mengatakan, betapa baiknya pendeta berbicara, tetapi betapa indahnya musik yang disuguhkan dalam acara tersebut.

"Saya merasa agak terusik saat itu ketika seolah-olah musik dianggap seperti pusat dari iman. Seolah-olah, orang pergi ke tempat ibadah hanya untuk mencari musik, kata dia.

Mengenal Islam

Setelah lulus dari Konservatori Wina, Sandra berkesempatan untuk pergi ke Spanyol. Selang beberapa lama di Negeri Matador, ia pun memutuskan untuk hijrah ke Kanada. Proses perpindahan ini berlangsung tanpa kendala yang signifikan.

Baginya, hal itu merupakan suatu pertanda baik bahwa memang di sanalah ia harus berlabuh. Pergaulannya kian luas. Kanada termasuk negeri dengan kemajemukan yang tinggi.

Untuk pertama kalinya, Sandra berkenalan dengan seorang Muslim. Perkenalan ini bermula di suatu acara perayaan multibudaya. Tuan rumah meminta hadirin untuk memperkenalkan diri sembari menyebutkan identitas kultural dan agama masing-masing.

Kawan Muslimnya itu tampak antusias saat Sandra bertanya tentang agama Islam. Waktu itu, pengetahuan Sandra mengenai agama ini begitu terbatas. Yang ia tahu, sosok Maria disebut sebagai Maryam dalam ajaran Islam. Islam pun mengakui para nabi, sebagaimana yang disebutkan dalam kitab agama Nasrani.

photo
Menara masjid. Sejak persahabatannya dengan seorang Muslim, Sandra makin menaruh perhatian pada Islam - (Dok Needpix)

Sejak persahabatannya dengan seorang Muslim, ia semakin menaruh perhatian pada Islam. Ketika Ramadhan tiba, umat Islam, termasuk kawannya itu menjalankan ibadah puasa sepanjang bulan suci.

Bagi Sandra, ibadah ini sungguh mempesona karena menunjukkan konsistensi dan kesabaran seorang insan. Makan dan minum adalah perkara yang alamiah, tetapi orang Islam seharian penuh menahannya. Semua dilakukan semata-mata untuk melaksanakan perintah Tuhan.

Pada malam hari, kawannya itu mengajaknya ikut ke masjid. Sekadar menyaksikan saja, tak sampai ikut-ikutan berdoa di dalamnya. Bagaimanapun, Sandra merasa tersentuh setelah untuk pertama kalinya melihat orang-orang Islam menunaikan shalat. Kemudian, ia pun mendengarkan bacaan Alquran. Ia saat itu tak mengetahui arti ayat-ayat itu, tetapi batinnya merasa damai saat menyimaknya.

"Saya merasa seakan-akan sedang dipeluk. Itu suatu pengalaman yang menakjubkan. Saya merasa, perlu mendengarkan lebih banyak tentang agama ini," ujar dia.

 
Saya merasa seakan-akan sedang dipeluk. Itu suatu pengalaman yang menakjubkan.
 
 

Ini merupakan pengalaman spiritualitas dan dia menginginkan lebih dari itu. Kemudian dia memiliki kesempatan untuk membandingkan keduanya. Dia dengan jelas bahwa Tuhan sejati yang benar adalah yang ada di dalam Islam.

Setelah itu dia meyakini dia harus bersyahadat. Butuh waktu kurang lebih setahun sebelum dia menjadi seorang Muslim saat itu.

Jaga silaturahim

Setelah kembali kepada Islam, dia tidak terburu-buru untuk mengungkapkan keislamannya kepada keluarga. Dia hanya berbincang dengan saudaranya yang datang ke Kanada dan lalu menghubungi orang tuanya. "Butuh waktu satu tahun bagi saya untuk memberi tahu mereka tentang keputusan saya memeluk Islam," jelas dia.

Dan, begitu mereka keadaan yang sesungguhnya, tak sedikit yang menerka-nerka, apa sesungguhnya alasan Sandra menjadi Muslim. Akan tetapi, lama kelamaan mereka mengerti. Sandra menempuh jalan ini atas dasar kemauan dan keputusannya pribadi, tanpa paksaan siapa pun. Ia pun bersyukur, orang tua dan saudaranya dapat menerima dan menghargai dirinya. Terutama, ibu dan ayahnya.

Setelah memeluk Islam, Sandra mulai memikirkan untuk mengenakan jilbab. Kemudian dia memberitahu teman Muslimnya. "Ramadhan selanjutnya aku akan mulai mengenakan jilbab. Dan kemudian temanku berkata, 'Mengapa harus menunggu sampai Ramadhan?'" ujar Sandra menirukan perkataan kawannya itu.

Dia kemudian kembali ke rumah dan mulai berpikir kembali untuk segera mengenakan jilbab. Dia merasa sangat bagus untuk menunjukkan bahwa Islam itu baik.

Jilbab itu bagian dari perlindungan diri sendiri jika ingin melakukan sesuatu yang tidak diterima. Sebagai pengingat bahwa ketika akan berbuat tidak baik, dirinya sedang mengenakan hijab.

Bagi Sandra, Islam adalah hadiah terbesar yang pernah dimilikinya. Kini dia telah menikah dan memiliki anak perempuan. Sejak menjadi seorang ibu, ia mulai meninggalkan karier di dunia musik seutuhnya. Kini, ia lebih disibukkan dengan berbagai aktivitas rumah tangga dan mendalami ilmu-ilmu agama.

 
Jilbab itu bagian dari perlindungan diri sendiri jika ingin melakukan sesuatu yang tidak diterima.
 
 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat