Makanan dan minuman di dalam freezer. | Image by Kevin Phillips from Pixabay

Belanja

Aman Memilih Makanan Beku

Makanan beku yang mengandung bahan pengawet jangan diberikan kepada anak.

 

Pemilik usaha kuliner MpekMoy, Shinta, makin memperhatikan kualitas produknya, baik dari sisi rasa maupun kesehatan. Di tengah pandemi Covid-19, dia menjalankan bisnis dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan terutama dari sisi pengolahan produk.

Ada beragam produk makanan beku yang dia jual selain pempek, di antaranya somai, pindang patin, pindang daging, tahu bakso, dimsum, otak-otak, dan tekwan. Menurut Shinta, salah satu keunggulan makanan beku, yaitu bisa bertahan hingga enam bulan.

"Lebih dari enam bulan teksturnya berubah, tapi rasanya tetap sama, masih enak," kata Shinta.

Makanan beku banyak dipilih sebagai penganan selama pandemi. Banyaknya aktivitas di rumah yang harus dikerjakan membuat makanan beku menjadi alternatif yang mampu memudahkan seseorang menyiapkan hidangan makanan.

Meski begitu, sejumlah ahli gizi menganjurkan agar makanan beku tidak dijadikan pilihan utama makan. Perhatikan pula sejumlah kriteria saat memilih makanan beku.

photo
Personel gabungan Balai POM, Disperindag, dan Dinas Kesehatan Provinsi Banten memeriksa kemasan makanan beku saat melakukan sidak di Mall Serang, di Serang, Banten, Selasa (12/5/2020). Makanan kemasan yang dibekukan bisa mengandung bahan pengawet berbahaya serta makanan kedaluwarsa - (ASEP FATHULRAHMAN/ANTARA FOTO)

Makanan beku tersedia dalam banyak jenis. Ada bahan makanan segar yang dibekukan misalnya daging dan sayuran. Jenis ini tidak memiliki kandungan gizi.

Ada juga makanan olahan yang dibekukan. Jenis ini ada dua macam, yakni yang tanpa pengawet dan dengan pengawet. Makanan olahan tanpa bahan pengawet, misalnya, nuget rumahan yang diolah dengan cara direbus dan digoreng, lalu dibekukan. Olahan seperti ini tak akan mengurangi kandungan nutrisi makro, tetapi tetap mengurangi nutrisi mikro.

Sementara makanan olahan dengan pengawet sangat tidak direkomendasikan. Konsultan gizi Royal Sport Performance Center (RSPC) Senayan City, dr Rita Ramayulis, memastikan, selain mengandung bahan kimia, ada penurunan zat gizi nutrisi makro dan mikro dalam olahan itu. "Pangan olahan (dengan pengawet) yang dibekukan ini tak dianjurkan. Kalau setiap hari bisa bahaya," ujarnya.

Ketua Indonesia Sport Association (Isna) itu menjelaskan, nutrisi makanan beku olahan bisa dicukupi gizinya dengan tambahan makanan lain. Sementara untuk makanan beku yang berasal dari makanan segar, tak ada perbedaan kandungan nutrisinya. Hanya ada sedikit perbedaan rasa antara makanan segar dan makanan beku.

Lantas, bagaimana cara menyimpan makanan beku yang benar di rumah? Menurut dr Rita, penyimpanan makanan beku perlu memperhatikan sejumlah hal. Pertama, tak boleh lebih dari dua jam berada di luar freezer karena kualitasnya bisa menurun.

"Apabila lebih dari dua jam, lebih baik makanan beku tersebut langsung diolah saja. Kalau belanja di swalayan, bawa dengan tas cooler dan ambil paling akhir," ujarnya.

Dia juga menyarankan untuk memilih makanan beku yang memiliki label kandungan bahan. Hal itu bertujuan memudahkan kita mengetahui bahan apa saja yang ada dalam makanan itu. Selain itu, kita juga bisa melihat apakah makan itu masih baik atau tidak.

Untuk mengetahui kondisi makanan beku, bisa dilihat dari tingkat kekeringan. Jika sudah rusak, makanan tersebut sudah tak beku, kering, serta memiliki aroma dan warna beda. Makanan beku yang diutamakan adalah makanan segar yang dibekukan seperti sayuran potong.

"Jika ingin mengonsumsi makanan beku olahan, pastikan tidak mengandung pengawet. Kemudian, tambahkan makanan pendamping untuk memenuhi nutrisinya. Yang mengandung pengawet tak boleh diberikan ke anak," kata dr Rita.

Semua jenis makanan bisa dibekukan, misalnya, jus, buah-buahan, sayuran, dan daging olahan. Makanan beku bisa tahan satu sampai tiga bulan, asalkan berada dalam suhu stabil. Sebaiknya jangan sering buka-tutup freezer apabila di dalamnya ada makanan beku. Ikuti pula kaidah penyimpanannya.

Tak hanya saat masa pandemi Covid-19, kemasan sesuai protokol kesehatan sangat penting dalam mengemas makanan beku. Sebab, kemasan itu bisa menghasilkan zat kimia yang bisa berkontaminasi dengan makanan itu. "Apa pun makanan kemasan, yakinkan kemasan itu food grade," ujar dr Rita.

 
Pangan olahan (dengan pengawet) yang dibekukan ini tak dianjurkan. Kalau setiap hari bisa bahaya.
 
 

 

Lebih ribet

 

Jika ada pilihan, Chef Vindex Tengker lebih memilih membuat makanan segar dibandingkan makanan beku. Menurut dia, membuat makanan beku lebih ribet dibandingkan makanan yang langsung santap.

Seseorang yang ingin membuat atau menjual makanan beku harus memiliki pendingin khusus. Selain itu, juga harus menggunakan plastik vakum agar tahan lama.

Pengemasan makanan beku harus disertai label. Sebenarnya makanan beku tak butuh pengawet. Pengawet hanya diberikan jika makanan berada di suhu ruangan, misalnya, sambal.

Makanan beku yang baik tidak akan mengurangi kualitas makanan setelah mencair (berkurang tingkat kebekuannya) saat akan dimasak. Makanan beku mampu bertahan selama sebulan. Sementara di suhu kulkas, hanya sepekan. Makanan beku tidak boleh dibekukan ulang karena mengundang bakteri makin banyak.

Hampir semua makanan bisa dibekukan. Namun, Chef Vindex tidak menyarankan membekukan nasi goreng karena akan benyek ketika dimasak. "Yang penting vakum. Kalau nutup tak benar, air, bakteri bisa masuk, bahkan harusnya beku tanpa ada bunga es," ujarnya.

photo
Petugas memeriksa kemasan makanan beku saat melakukan sidak di Mall Serang, di Serang, Banten, Selasa (12/5/2020) - (ASEP FATHULRAHMAN/ANTARA FOTO)

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat