Butuh strategi khusus agar bisnis dapat terus bertahan di tengah krisis (ilustrasi) | ANTARA FOTO

Kreatipreneur

Strategi Mudah Bertahan Saat Krisis

Inovasi menjadi kunci utama mempertahankan bisnis.

Saat menghadapi situasi sulit, seperti yang kita alami saat pandemi Covid 19, segala cara ditempuh agar dapat bertahan. Tidak hanya agar dapur bisa terus ngebul, tetapi juga bagaimana cara agar usaha yang sudah dibangun dengan susah payah tetap dapat bertahan.

Inilah yang dirasakan oleh Nadya Amatullah Nizar, pendiri jenama busana Muslim Nadjani. Dia mengatakan saat pandemi ini kebutuhan sandang bukanlah menjadi kebutuhan utama seperti kebutuhan makanan. Oleh karena itu, dia pun harus terus berpikir bagaimana cara agar jenamanya tetap bertahan. “Yaitu dengan cara terus mengadakan inovasi-inovasi baru yang masih berhubungan dengan kita,” ungkap Nadya. 

Apa saja inovasinya? Saat Ramadhan lalu, produksi mukena merupakan salah satu inovasinya. Saat ini pembuatan apron masak merupakan salah satu inovasi untuk menarik perhatian ibu-ibu yang merupakan segmentasi paling besar bagi Nadjani. Ini lantaran para ibu tentu akan kerap memasak di rumah karena anjuran pembatasan sosial. 

 

 
Terus mengadakan inovasi-inovasi baru yang masih berhubungan dengan kita
Nadya Amatullah Nizar, pemilik Nadjani.
 

Tak hanya itu, dia juga tengah menyiapkan produk paket untuk keluar rumah saat pandemi untuk menghadapi adaptasi baru sebagai inovasi sesuai dengan kebutuhan konsumen. Rencananya, dalam paket itu, disertakan sajadah yang bisa dilipat sampai kecil dan dimasukkan ke dalam tas dengan motif-motif unik khas Nadjani.  “Sajadah lipat itu untuk orang kantoran. Kalau di kantor kan sudah mulai harus bawa sajadah sendiri,” kata dia.

Pemilik Klinik Kopi Yogyakarta, Firmansyah atau Pepeng pun sepakat jika inovasi menjadi kunci utama dalam mempertahankan bisnis. Salah satu inovasi yang dilakukan oleh Pepeng adalah dengan memberikan contoh kopi sebanyak 30 gram untuk dua kali seduh, bersamaan dengan kopi pesanan utama pembeli. 

“Caranya, aku kasih sampel 30 gram itu ke pembeli sebagai referensi baru berbarengan dengan kopi yang sebelumnya dia pesan. Nanti biasanya dia akan coba kopi sampel itu. Jika dia tertarik, dia pesan yang itu. Jika tidak ya dia pesan yang lain di pemesanan berikutnya. Itu efektif,” jelas Pepeng.

Untuk para konsumen yang sebagian besar adalah orang-orang yang berada di rumah, maka dia memberikan informasi bahwa pembelian jangan terlalu banyak, mengingat kualitas kopi yang segar adalah yang paling baik untuk diseduh.

Dalam berbisnis, kata Pepeng, penting bagi penjual untuk menetapkan tujuan bisnis itu sendiri. Apakah bisnis itu hanya untuk hari ini atau untuk beberapa tahun ke depan. 

“Kalau bisnis itu adalah jangka panjang, harus berpikir jangka panjang. Ketika kita bikin biji kopi, yang aku lakukan adalah aku tidak hanya beli hanya untuk satu bulan atau dua bulan, tapi sudah mempersiapkan satu tahun,” ujar Pepeng. 

 
Penting bagi penjual untuk menetapkan tujuan bisnis itu sendiri.
Firmansyah, pemilik Klinik Kopi Yogyakarta
 

Promosi dan Media Sosial

 

Namun, tampaknya inovasi saja tidak cukup. Ada sejumlah langkah yang dapat ditempuh agar usaha kita terus bertahan bahkan berkembang di tengah krisis. Apa sajakah? 

 

1.Keterbatasan dana

Menurut Nadya, biasanya tantangan sebagai wirausahawan pemula adalah keterbatasan uang ongkos produksi. Dia menyarankan sebaiknya para wirausahawan tak terburu-buru menggunakan uang keuntungan untuk keperluan konsumtif. “Kita berbisnis jangan hanya untuk sekarang. Jangan kita belanjakan untuk kita pribadi. Tapi harus ditabung,” kata Nadya.

 

2. Gencar berpromosi

Promosi yang gencar menjadi saran bagi para Usaha Kecil Mikro dan Menengah (UMKM) yang saat ini masih bertahan di tengah pandemi selain berinovasi. Sebisa mungkin buat konsumen tak melupakan jenama kita dengan memproduksi produk yang sesuai dengan kondisi. 

Bagi Firmansyah,  terus promosi adalah kunci yang paling penting. Dengan perkuat promosi dan perkuat tampilan, maka pembeli pun akan tertarik membeli usaha kita. 

 

3.Jaring relasi

Jangan ragu untuk lebih luas lagi menjaring relasi untuk kebutuhan ketersediaan bahan. Dengan bahan yang terus ada, maka kita bisa terus berproduksi. “Apalagi sekarang sudah daring, di Instagram pun sudah banyak supplier bahan yang bisa dibeli secara eceran,” jelas Nadya. 

 

4.Berinteraksi dengan konsumen

''Jadi tidak hanya transaksi aja. Sebisa mungkin menanyakan kebutuhannya (konsumen) dan memberikan apa yang dia butuhkan,” kata Firmansyah alias Pepeng. 

 

5.Manfaatkan media sosial

Pemanfaatan media sosial lain pun harus dioptimalkan. Saat ini, banyak media daring seperti Instagram dan Whatsapp Bisnis yang bisa dimanfaatkan untuk promosi kepada masyarakat.

 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat