Nasional
Obat Penangkal Korona Masih Pengujian
Tim peneliti Unair masih melakukan pengujian untuk membuat obat penangkal virus korona.
JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) sekaligus Ketua Dewan Pengarah Gugus Tugas Covid-19, Muhadjir Effendy mengatakan, tim peneliti dari Universitas Airlangga (Unair), Surabaya, Jawa Timur masih melakukan pengujian untuk membuat obat penangkal virus korona. Obat itu diharapkan bisa langsung digunakan masyarakat yang terkena positif korona.
"Proses obatnya sudah setengah jalan. Masih perlu tahapan lanjutan hingga dilakukan uji klinis. Secara prosedur, penelitian ini tidak terlalu sulit karena lima jenis obat yang dilakukan uji silang tersedia di pasar," katanya saat dihubungi Republika, Kamis (18/6).
Ia melanjutkan, jika uji klinisnya berhasil, nantinya dalam aspek regulasinya bisa diperpendek. Sehingga temuan obat tersebut bisa digunakan secepatnya. Lalu, ketika ditanya kapan obat penangkal Covid-19 bisa digunakan masyarakat dan dijual secara bebas. Ia mengaku masih belum bisa memastikannya.
"Masih belum tahu pastinya kapan obat ini bisa digunakan masyarakat secara bebas. Ya lah namanya masih dalam pengujian," kata dia.
Tim peneliti Unair menemukan lima kombinasi regimen obat yang diklaim efektif lawan virus corona atau Covid-19. Lima kombinasi obat tersebut berasal dari obat yang sudah beredar di pasaran. Kombinasi obat tersebut terdiri atas Lopinavir/ritonavir dengan azithromicyne; Lopinavir/ritonavir dengan doxycyline; Lopinavir/ritonavir dengan chlaritromycine; Hydroxychloroquine dengan azithromicyne; dan Hydroxychloroquine dengan doxycycline.
Masih belum tahu pastinya kapan obat ini bisa digunakan masyarakat secara bebas. Ya lah namanya masih dalam pengujian.Menteri PMK Muhadjir Effendy
Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyambut positif terobosan peneliti Inggris atas penggunaan dexamethasone untuk pasien yang terinfeksi virus korona. Pengobatan ini diharapkan dapat menekan angka kematian akibat Covid-19 secara global.
"Dexamethasone, obat steroid, telah terbukti memiliki efek menguntungkan pada pasien yang menderita Covid-19. Menurut temuan awal yang diinformasikan kepada WHO, pengobatan itu terbuktu mengurangi angka kematian sekitar seperlima bagi pasien yang menggunakan bantuan oksigen," ujar Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Ghebreyesus menambahkan, dezamethasone dapat mengurangi angka kematian bagi pasien infeksi virus korona yang menggunakan ventilator. Dia mencatat, obat tersebut adalah salah satu pengobatan yang dapat digunakan untuk pasien virus korona, termasuk yang memiliki gejala ringan.
"Ini adalah berita yang sangat disambut baik bagi pasien dengan penyakit parah, obat ini hanya boleh digunakan di bawah pengawasan klinis yang ketat," kata Ghebreyesus.
WHO akan memperbarui pedoman klinis terkait kapan obat dexamethasone harus digunakan bagi pasien infeksi virus korona. Kepala Kedaruratan WHO, Mike Ryan mengatakan, penelitian ilmiah Inggris terkait penggunaan dexamethasone untuk pasien Covid-19 sangat signifikan. Namun, data lengkap tentang penggunaan obat ini masih perlu diperiksa lebih lanjut.
"Ini adalah salah satu dari banyak terobosan yang akan kita butuhkan untuk menangani Covid-19 secara efektif, namun itu masih data awal dari suatu penelitian," ujar Ryan.
Dexamethasone merupakan obat perawatan steroid dosis rendah. Dexamethasone selama ini digunakan untuk mengobati kondisi seperti arthritis, gangguan kekebalan tubuh, reaksi alergi, dan masalah pernapasan.
Para peneliti yang dipimpin oleh tim dari University of Oxford memberikan dexamethasone steroid ke lebih dari 2.000 pasien Covid-19 yang sakit parah. Hasilnya, obat tersebut mampu mengurangi risiko kematian hingga 35 persen bagi pasien dengan bantuan ventilator.
Rekor
Sementara, penambahan kasus positif Covid-19 harian kembali mencatatkan rekor tertinggi pada Kamis kemarin. Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto mengungkapkan, terjadi penambahan kasus positif Covid-19 sebanyak 1.331 orang dalam 24 jam terakhir. Dengan penambahan itu, angka kumulatif kasus positif di Indonesia sebanyak 42.762 orang.
Yurianto mengungkapkan, penambahan kasus tertinggi disumbangkan oleh Jawa Timur dengan 384 kasus baru. DKI Jakarta menyusul dengan 173 kasus baru, Sulawesi Selatan 166 kasus baru, Kalimantan Selatan 118 kasus baru, dan Bali 66 kasus baru. Sementara, sejumlah provinsi lainnya mencatatkan penambahan kasus yang rendah.
"Ini gambaran yang masih kita yakini penularan kasus masih terjadi di tengah masyarakat. Kita tak ada pilihan lain kecuali mematuhi protokol kesehatan. Menjaga jarak menggunakan masker dan cuci tangan adalah budaya baru. Kenalilah yang disebut penyesuaian kebiasana yang baru," ujar Yurianto dalam keterangan pers, Kamis (18/6).
Hampir dua pekan terakhir ini angka penambahan kasus harian konsisten di atas 800 orang per hari. Pemerintah mengklaim, penambahan kasus positif yang tinggi disebabkan kapasitas uji lab yang juga bertambah. Per Kamis (18/6) ini saja, uji laboratorium telah dilakukan terhadap 20.650 spesimen, baik dengan PCR atau tes cepat molekular.
Selain ada penambahan kasus positif, jumlah pasien sembuh juga bertambah. Tercatat ada 555 pasien Covid-19 yang dinyatakan sembuh dalam 24 jam terakhir, sehingga akumulasi kasus sembuh di Indonesia sebanyak 16.798 orang. Sementara itu, pasien yang meninggal dunia dengan status positif Covid-19 juga bertambah 63 orang hari ini, sehingga jumlahnya mencapai 2.339 orang.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.