Jakarta
Kontroversi Pemakaman di Jalan Pisangan
Pemakaman tersebut berada di lahan wakaf yang sudah ada sejak 1940-an.
Beberapa hari terakhir masyarakat dihebohkan dengan beredarnya foto serta video di media sosial yang menunjukkan tiga makam terletak di jalan kecil di sebuah permukiman padat. Diinformasikan, makam itu berada di wilayah Pisangan Lama, Jakarta Timur.
Republika berupaya menelusuri keberadaan makam tersebut. Tiga makam itu tepatnya terletak di RT 03 RW 04, Pisangan Lama, Kelurahan Pisangan Timur, Pulogadung, Jakarta Timur. Lingkungan di sana merupakan permukiman padat penduduk.
Jalanan aspal yang membentang di sisi tiga makam tersebut hanya dapat dilalui oleh satu sepeda motor. Kondisi tiga makam itu tampak berbeda-beda. Di atas dua makam terdapat batu nisan yang masing-masing bertuliskan almarhum Mardjuki dan M Nasir, sedangkan satu makam lainnya tidak terdapat batu nisan.
Makam yang bertuliskan almarhum Mardjuki terlihat terawat. Posisi makam itu dikelilingi semen, sehingga sedikit lebih tinggi dibandingkan aspal jalanan. Pun begitu dengan makam bertuliskan almarhum M Nasir. Letak kedua makam ini sangat berdekatan.
Salah satu ahli waris makam almarhum Mardjuki, Hj Siti Nurdjanah Napis mengatakan, lokasi makam kakeknya itu telah ada sejak tahun 1940-an. Dahulu, kata perempuan yang akrab disapa Mak Janeh ini, mengungkapkan, wilayah tersebut merupakan lahan kosong yang kemudian diwakafkan sebagai lahan pemakaman keluarga.
"Dulu di situ masih kebun, lahan kosong, enggak ada rumah, enggak seramai sekarang ini," kata dia.
Menurut perempuan berusia 65 tahun itu, tidak hanya tiga makam yang terdapat di wilayah tersebut. Hingga saat ini masih banyak makam lainnya yang dapat dijumpai di sekitar lokasi itu. Namun, letaknya berada di dalam permukiman warga.
Keluarga terkejut ketika mengetahui bahwa makam kakeknya menjadi perbincangan di media sosial. Bahkan, hingga diliput oleh media massa televisi.HJ SITI NURDJANAH NAPIS, Ahli waris makam almarhum Mardjuki.
Dia menjelaskan, seiring berjalannya waktu, lahan pemakaman keluarga itu pun mulai dipadati oleh rumah-rumah warga. Hingga akhirnya menjadi permukiman padat penduduk seperti saat ini.
Mak Janeh menuturkan, pendapat warganet di media sosial yang menyebut, adanya makam di depan rumah atau di pinggir jalanan umum tidaklah tepat. Sebab, makam itu sudah ada sejak 80 tahun silam.
"Itu tanah kuburan dijadikan rumah (warga), sebenarnya begitu. Bukan kuburan di depan rumah atau di tengah jalan," ujar dia.
Ia juga bercerita, dahulu semasa hidup, kakeknya cukup dikenal warga sebagai sosok jawara Betawi di wilayah Pisangan Lama. Sebutan itu diberikan kepada almarhum Mardjuki karena memenangi sejumlah pertarungan bela diri.
"Kebetulan kakek saya ini masih ada keturunan Betawi asli. Kalau orang Betawi asli dulu belum bisa dikatakan jagoan atau jawara kalau dia belum berkelahi," kata dia.
Mak Janeh menuturkan, dalam setahun, dirinya dan anggota keluarga selalu melakukan ziarah ke makam almarhum yang memiliki nama lengkap Hj Mardjuki bin Kompan itu. Bahkan, beberapa hari yang lalu, mereka baru saja mengadakan haul untuk mengenang sang kakek.
Menurut Mak Janeh, dia dan pihak keluarga tidak mempermasalahkan rencana pemerintah kota setempat yang ingin merelokasi makam kakeknya dan dua makam lainnya yang saat ini dilintasi jalan umum.
Dia meminta agar makam kakeknya dapat dipindahkan ke tempat pemakaman umum (TPU) Kemiri Muka, Rawamangun, Jakarta Timur. Kemudian, sambung dia, biaya relokasi itu juga ditanggung oleh pihak yang hendak merelokasi, bukan dari keluarga.
Di sisi lain, Yunita Puspitadewi yang bermukim di lokasi tersebut mengaku, dirinya bersama warga sekitar tidak terganggu dengan adanya makam di permukiman tersebut. Bahkan, menurut Yunita, makam-makam tersebut tidak perlu dipindahkan.
"Enggak usah direlokasi, bagusan kayak begini. Biarin aja deh," kata Yunita.
Sementara itu, Lurah Pisangan Timur, M Iqbal, membenarkan adanya rencana terkait relokasi tiga makam di wilayah tersebut. Namun, hingga saat ini pihaknya masih melakukan koordinasi dengan sejumlah pihak terkait.
“Kita sudah koordinasi ke RT dan RW untuk mencari keluarga (ahli waris makam). Kita juga sudah koordinasi dengan Sudin Kehutanan dan Pemakaman (Jakarta Timur) untuk membantu proses pemindahan (makam)," kata Iqbal.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.