Hikmah
Mengatur Kehamilan
Islam sangat memperhatikan kualitas generasi.
Oleh Dr PRITA KUSUMANINGSIH SpOG
OLEH Dr PRITA KUSUMANINGSIH SpOG
Islam sangat memperhatikan kualitas generasi. Allah SWT memberi peringatan agar tidak meninggalkan keturunan yang lemah dan dikhawatirkan kesejahteraannya (QS an-Nisa ayat 9). Bahkan ada perintah khusus untuk memberikan air susu ibu (ASI) sebagai makanan pertama yang padat gizi dan diperkaya dengan zat antibodi (immunoglobulin).
Pemberian ASI ini dianjurkan selama dua tahun (QS al-Baqarah: 233 dan QS Luqman: 14) atau selama 21 bulan (QS al-Ahqaf ayat 15 ). Pemberian ASI selama dua tahun ini secara tidak langsung menunjukkan jarak ideal antarkehamilan, yaitu dua tahun. Setelah selesai masa penyusuan dan kemudian disapih, maka ibu siap untuk hamil kembali.
Tak hanya bayi, kesehatan sang ibu pun wajib mendapatkan perhatian sepenuhnya. Firman Allah dalam surah al-Baqarah ayat 233, “Janganlah seorang ibu menderita karena anaknya, dan jangan pula seorang ayah (menderita) karena anaknya.” Sehingga menjadi kewajiban suami dan juga si ibu sendiri untuk selalu menjaga kesehatannya sehubungan dengan tugas mulia: mengandung, melahirkan, dan menyusui.
Pada masa pandemi ini, ibu hamil merupakan golongan yang rentan. Ini karena selama hamil terdapat penurunan imunitas. Karena itulah para ahli merekomendasikan ibu hamil menunda kontrol kehamilan bila tidak ada masalah. Tujuannya meminimalkan risiko paparan virus.
Anjuran berikutnya adalah penundaan kehamilan apabila memungkinkan. Tentu saja penundaan kehamilan ini memerlukan upaya yang dikenal sebagai kontrasepsi.
Sementara itu, di lain pihak, akses untuk mendapatkan pelayanan alat kontrasepsi banyak terkendala, akibat terfokusnya sarana kesehatan ke penanggulangan Covid-19, yang saat ini sudah memakan lebih dari 2.000 korban wafat.
Untuk itu, bisa dilakukan cara-cara penundaan kehamilan secara alamiah (kontrasepsi metode sederhana). Salah satunya adalah ‘azl (sanggama terputus/coitus interuptus), yang dalam sejarah Islam pernah dijalankan oleh para sahabat dan Rasulullah SAW tidak melarangnya. Metode sederhana yang lainnya adalah kondom dan pantang berkala (kalender).
Tentu saja metode sederhana ini mempunyai angka kegagalan yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode efektif. Namun, tak sedikit pasangan bisa menjalankannya dan berhasil memberi jarak yang cukup antar-kehamilan. Kuncinya adalah kedisplinan dan kerja sama yang baik dari suami istri
Tetap menginginkan kontrasepsi efektif pascapersalinan karena risiko istri sangat tinggi apabila hamil kembali dalam waktu dekat? Saat ini, dokter bisa melakukan pemasangan alat kontrasepsi dalam rahim sesaat setelah bayi dan plasenta lahir. Atau bisa juga pemberian kontrasepsi hormon tunggal sebelum ibu pulang dari rumah sakit.
Dengan berpegang pada firman Allah, “Janganlah kamu menjatuhkan dirimu dalam kebinasaan” (QS al-Baqarah ayat 195), kita luruskan niat untuk menjaga ibu dari kesengsaraan. Wallahu a’lam. n
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.