
Opini
Ta’awun Muhammadiyah
Muhammadiyah mengandalkan pendanaan dari sumbangan amal usaha dan kedermawanan anggota.
BIYANTO, Guru Besar UIN Sunan Ampel, Sekretaris Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) Jawa Timur
Muhammadiyah menunjukkan kiprahnya selama era pandemi Covid-19. Muhammadiyah bergerak cepat dengan membentuk gugus tugas bernama Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC).
MCCC dibentuk seiring perkembangan wabah virus korona di negeri tercinta ini. MCCC terus bergerak dan eksis di level pusat, provinsi, dan kabupaten/kota. Tugas utama MCCC adalah membantu pemerintah dalam penanganan Covid-19.
Mengingat dampak sosial yang ditimbulkan pandemi Covid-19 sungguh luar biasa, Muhammadiyah bergerak di berbagai bidang. Selain bidang kesehatan, Muhammadiyah menyiapkan program bantuan kebutuhan pokok untuk masyarakat terdampak.
Lumbung Muhammadiyah (Lumbungmu) juga disiapkan untuk memperkuat ketahanan pangan masyarakat. Di sejumlah kabupaten dan kota yang melaksanakan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), Muhammadiyah mendirikan dapur umum.
Lumbung Muhammadiyah (Lumbungmu) juga disiapkan untuk memperkuat ketahanan pangan masyarakat.
Muhammadiyah menggelorakan gerakan menanam selama pandemi Covid-19 berlangsung. Melalui MCCC, Muhammadiyah menyiapkan berbagai jenis bibit tanaman yang cepat panen.
Dengan memanfaatkan lahan kosong warga atau pekarangan di rumah, gerakan menanam penting di tengah kesulitan mendapatkan bahan kebutuhan pokok. Gerakan menanam inilah yang terus dikampanyekan untuk mengantisipasi krisis pangan.
Perhatian Muhammadiyah bahkan tidak hanya tertuju pada warga bangsa di Tanah Air. Melalui MCCC, Muhammadiyah membantu pekerja migran Indonesia (PMI) di Malaysia.
Pertanyaannya, dari mana sumber pendanaan Muhammadiyah sehingga dapat membantu setiap ada bencana di dalam dan luar negeri? Jawabnya, Muhammadiyah mengandalkan pendanaan dari sumbangan amal usaha dan kedermawanan anggota.
Di samping itu, Lembaga Zakat Infak dan Sedekah Muhammadiyah (Lazismu) memobilisasi sumber dana dari pemerintah dan masyarakat. Lazismu dan Muhammadiyah Disaster Management Center andil dalam penanganan Covid-19.
Sejauh ini, andil Muhammadiyah secara umum terlihat dalam kaitan dengan gerakan tolong-menolong (ta’awun). Di level dunia, Muhammadiyah telah bermitra dengan lembaga-lembaga internasional.
Sejauh ini, andil Muhammadiyah secara umum terlihat dalam kaitan dengan gerakan tolong-menolong (ta’awun).
Di antaranya, USAID, AusAID, Muslim AID, Unicef, Bill & Melinda Gate, Community of Sant’Egidio, Global Fund, dan Asian Muslim Charity Foundation. Semua kemitraan itu, umumnya dalam bentuk dukungan untuk melakukan kerja-kerja kemanusiaan.
Karena itulah, Muhammadiyah kini tercatat sebagai Permanent Consultative Member of Ecosoc, sebuah lembaga sosial dan ekonomi di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Teologi tolong-menolong telah menjadikan Muhammadiyah benar-benar berkarakter mengabdi dan memberi.
Gerakan tolong-menolong yang dilakukan Muhammadiyah bersifat lintas etnis, agama, dan golongan. Muhammadiyah membantu golongan mana pun yang menjadi korban bencana. Karakter ini ditunjukkan Muhammadiyah selama era pandemi Covid-19.
Di bidang kesehatan, Muhammadiyah menyiapkan lebih dari 71 rumah sakit untuk menangani pasien Covid-19. Tentu tidak mudah menangani pasien Covid-19 di tengah keterbatasan sarana prasarana dan alat pelindung diri (APD).
Secara finansial rumah sakit Muhammadiyah juga belum begitu kuat akibat terlambatnya pencairan dana BPJS. Namun, karakter ta’awun telah mengabaikan semua persoalan tersebut. Muhammadiyah selalu siap siaga menolong warga bangsa korban bencana.
Semua itu dilakukan karena Covid-19 merupakan tragedi kemanusiaan. Karena itulah, dibutuhkan tindakan konkret untuk pencegahan dan penanganan terhadap korban. Bantuan Muhammadiyah pada masyarakat terdampak juga terus mengalir.
Gerakan tolong-menolong yang dilakukan Muhammadiyah bersifat lintas etnis, agama, dan golongan. Muhammadiyah membantu golongan mana pun yang menjadi korban bencana.
Melalui Lumbungmu, secara berkala juga diselenggarakan pasar murah untuk memenuhi kebutuhan pokok masyarakat. Kelompok terdampak, seperti guru, guru ngaji, penceramah, dan pekerja informal yang mengandalkan penghasilan harian, juga dibantu.
Selama era pandemi, semua masjid Muhammadiyah ditutup dari kegiatan ibadah shalat berjamaah. Sebagian masjid dialihkan fungsinya menjadi kantor MCCC. Muhammadiyah juga terus mengedukasi umat untuk beribadah di rumah selama pandemi.
Seiring perjalanan waktu, sejumlah daerah kini mulai dinyatakan sebagai zona aman Covid-19 oleh pihak berwenang. Untuk itu, Muhammadiyah tanpa ragu membuka kembali masjid sebagai pusat ibadah umat.
Ibadah berjamaah di masjid dilakukan dengan tetap menggunakan protokol kesehatan yang ketat. Ini antisipasi agar tidak terjadi lagi klaster penularan Covid-19 di masjid. Bagi Muhammadiyah, menjaga diri dari bahaya merupakan ajaran agama yang penting ditegakkan.
Aktivis Muhammadiyah meyakini, nilai-nilai kedermawan dan kesukarelaan untuk menolong sesama merupakan aktualisasi ajaran agama yang menekankan pentingnya memberi.
Muhammadiyah juga mengamalkan ajaran untuk selalu memberi tanpa berharap kembali. Pada konteks itulah Muhammadiyah berusaha hadir memelopori gerakan ta’awun, terutama saat terjadi bencana alam dan bencana kemanusiaan.
Dengan cara itulah kehadiran Muhammadiyah akan selalu dirindukan umat dan bangsa.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.