Pendidikan
SMK Empat Tahun Harus Jamin Kompetensi
Waktu empat tahun harus menjamin peningkatan kompetensi lulusan SMK.
JAKARTA -- Rencana jenjang sekolah menengah kejuruan (SMK) selama empat tahun disambut positif. Namun, yang lebih penting yakni lama waktu empat tahun ini harus menjamin peningkatan kompetensi lulusan sesuai dengan yang diminta dunia usaha dan dunia industri.
SMK Karangjaya Tasikmalaya, Jawa Barat, Junjun Nugraha, mengatakan, untuk keberhasilan program ini, sangat dibutuhkan dukungan yang sungguh-sungguh dari pemerintah yang mewajibkan siswa SMK diterima praktik kerja lapangan di dunia usaha atau dunia industri. Praktik kerja ini harus diberikan juga insentif bagi para siswa SMK.
"Lamanya program praktik kerja lapangan tentunya akan berdampak pada pembiayaan pribadi siswa atau orang tua. Misal, biaya tempat tinggal sementara, biaya harian, dan sebagainya," kata Junjun kepada Republika, Kamis (11/6).
Dia melanjutkan, akan sangat baik jika mitra dunia usaha dan industri juga berkenan memberikan insentif untuk pembiayaan pribadi siswa. Menurutnya, hal ini akan sangat membantu siswa SMK yang sedang melakukan praktik kerja.
Lamanya program praktik kerja lapangan tentunya akan berdampak pada pembiayaan pribadi siswa atau orang tua.JUNJUN NUGRAHA, SMK Karangjaya Tasikmalaya
"Selain dari pengakuan strata D-1, dukungan untuk SMK empat tahun dari Kemendikbud harus lebih ditingkatkan, baik dukungan terutama peralatan praktik maupun pelatihan guru-gurunya," kata dia.
Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) merancang jenjang SMK selama empat tahun. Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbud, Wikan Sakarinto, mengatakan, nantinya lulusan SMK empat tahun ini bisa mendapatkan ijazah D-1 atau D-2.
"Akan kita coba inovasi SMK empat tahun, tapi nanti setara D-1 atau D-2. Ini sedang kita upayakan," kata Wikan. Selain itu, Wikan mengatakan, kurikulum pendidikan vokasi akan dibenahi. Ia ingin membuat pembelajaran yang diterapkan berdasarkan proyek atau project base learning.
Wikan menjelaskan, proyek-proyek yang datang dari industri, dunia kerja, atau masyarakat masuk ke dalam kelas. "Anak-anak harus memecahkan proyek itu dalam beberapa bulan. Hasilnya kembali ke proyek profesional atau ke masyarakat," kata Wikan.
Program lainnya adalah wajib praktik kerja industri (prakerin). Program ini berbeda dengan magang karena ada regulasi usia. Program prakerin ini bisa dijalankan anak SMK untuk mendapatkan pengalaman yang lebih banyak lagi.
Menurut dia, di dalam program ini, softskill akan benar-benar diuji. "Syarat lulus SMK ini tidak hanya menyelesaikan mata pelajaran SMK, tapi juga lulus prakerin yang performanya bisa diterima industri," kata Wikan.
Syarat lulus SMK tak hanya selesai pelajaran, tapi juga lulus praktik kerja industri.WIKAN SAKARINTO, Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbud
Wikan mengatakan, industri sering kali merasa kurang cocok dengan kompetensi lulusan sekolah vokasi. Karena itu, di sinilah diperlukan adanya 'pernikahan' antara sekolah vokasi dan industri dari awal, mulai dari menyusun kurikulum hingga mengajar bersama dibutuhkan dalam pernikahan ini.
Ketua Umum Ikatan Guru Indonesia (IGI) Muhammad Ramli Rahim mengatakan, sebenarnya masalah utama SMK bukan soal lama belajar. Menurut Ramli, yang penting dari SMK adalah penguasaan keahlian. "Kalau menurut kami, SMK harusnya tidak dibatasi waktu, tapi penguasaan keahlian," kata guru SMK Widya Nusantara Maros ini.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.