Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Pandemi Covid-19 bisa menjadi panggung politik untuk mendongkrak popularitas dan elektabilitas kepala daerah. | Suwandy/ANTARA FOTO

Nasional

Pandemi Jadi Panggung Politik Kepala Daerah

Pandemi Covid-19 menjadi panggung politik dongkrak popularitas kepala daerah.

JAKARTA – Indikator Politik Indonesia (IPI) melakukan survei terkait penanganan Covid-19 dan implikasinya terhadap beberapa sektor, termasuk politik. Pandemi Covid-19 ini disebut bisa menjadi panggung mendongkrak popularitas dan elektabilitas para kepala daerah.

Direktur Eksekutif IPI Burhanuddin Muhtadi menyoroti, selama dua bulan terakhir ketika penanggulangan Covid-19 bergeser dari pusat ke daerah. “Itu memberikan kesempatan pada kepala daerah yang pintar memanfaatkan panggung, setidaknya menjaga popularitas dan elektabilitasnya,” kata dia kepada Republika, Senin (8/6).

Dalam hasil survei yang dilakukan IPI, ada empat kepala daerah yang berada dalam posisi tujuh tertinggi dalam hal pilihan politik dari 14 nama yang disurvei. Mereka adalah Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.

Ganjar menempati posisi kedua di bawah tokoh lama, Prabowo Subianto. Posisi Ganjar diikuti oleh Anies dan Ridwan Kamil pada posisi ketiga dan keempat. Sedangkan, Khofifah ada pada posisi ketujuh.

photo
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo saat melihat aneka produk sayuran yang dihasilkan para petani muda yang tergabung dalam Kelompok Tani Citra Muda Getasan, di Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Sabtu (6/6). Pandemi Covid-19 bisa menjadi panggung politik untuk mendongkrak popularitas dan elektabilitas kepala daerah - (Istimewa)

Meski demikian, setelah Covid-19, dari empat nama kepala daerah tersebut, hanya dua di antaranya mengalami kenaikan. Sementara, dua di antaranya justru menurun. Kenaikan dan penurunan ini dibandingkan dengan survei serupa yang digelar IPI sebelum pandemi, yakni Februari 2020.

Ganjar naik dari 9,8 persen pada Februari menjadi 11,8 persen. Anies yang daerahnya menjadi episentrum pandemi popularitasnya menurun dari 12,1 persen menjadi 10,4 persen. Posisi Ganjar pun menyusul Anies yang pada Februari lalu lebih tinggi.

Sementara, Ridwan Kamil naik cukup drastis dari 3,8 persen menjadi 7,7 persen. Sedangkan, popularitas Khofifah yang daerahnya sempat mengalami lonjakan positif Covid-19 menurun dari 5,7 persen menjadi 4,3 persen.

Burhanuddin menjelaskan, kenampakan para kepala daerah di depan publik pada masa pandemi inilah yang berperan pada popularitas politik mereka. Faktor ini pula yang membuat tokoh lain yang tak terkait Covid-19 mengalami penurunan, misalnya, Prabowo, Sandiaga, dan AHY. “Karena mereka memang tidak terlalu punya posisi publik untuk berbicara masalah Covid-19,” kata Burhanuddin.

photo
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (kiri) melihat produksi pembuatan masker medis di PT Multi One Plus, Gunung Putri, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (15/4). Pandemi Covid-19 bisa menjadi panggung politik untuk mendongkrak popularitas dan elektabilitas kepala daerah - (ANTARA FOTO)

Burhanuddin juga mengingatkan soal proporsi pemilih partisan. Ia mencontohkan, pendukung Anies rata-rata merupakan pemilih Prabowo di pemilu sebelumnya. Anies harus berbagi dengan pendukung Prabowo, Sandi, AHY, bahkan Gatot Nurmantyo.

Sementara, pendukung Emil dan Ganjar berasal dari pendukung Jokowi. “Kalau boleh dibilang, basis Pak Jokowi ini masih kosong. Sementara, pemilih Pak Prabowo terbagi beberapa tokoh,” ujar Burhanuddin.

Ridwan Kamil atau Emil mengapresiasi hasil survei yang menyatakan elektabilitasnya naik di tengah pandemi Covid-19. Menurut dia, hasil survei tersebut menunjukkan hasil kerja keras Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jabar dan masyarakat.

“Tujuan atau niatnya bekerja itu jangan berharap ada apresiasi, yang penting kita ini bekerja karena kebutuhan. Hal itulah mengapa Gugus Tugas Jawa Barat selalu pakai ilmu selalu nanya dulu ke ilmuwan, ahli ekonomi, ilmuwan kesehatan dalam ngitung zona kuning ke zona biru,” lanjut Emil.

Emil mengatakan, mengedepankan profesionalitas dan keilmiahan saat penanganan pandemi Covid-19 Jabar sampai memakai sembilan indikator untuk menentukan zona penyebaran Covid-19 adalah kuncinya. “Kalau ada apresiasi dihubungkan ke politik tentang elektabilitas, saya juga tidak bisa menghindarinya. Kecuali mungkin mudah-mudahan itu adalah sebuah hal yang faktual,” kata Emil.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat