Kabar Utama
Bandel Lepas Masker, Macet, Sampai Antre Panjang di Stasiun
Para petugas di balik loket dilengkapi dengan masker dan sarung tangan karet.
OLEH IDEALISA MASYRAFINA, RIZKYAN ADIYUDHA
Seiring dibukanya kembali perkantoran di DKI Jakarta dalam penerapan tatanan baru masa transisi pembatasan sosial berskala besar (PSBB), stasiun-stasiun kereta listrik (KRL) di wilayah penyangga Ibu Kota mulai dipadati penumpang. Tak terkecuali di Stasiun Kota Bekasi dan Bekasi Timur yang mulai disesaki penumpang KRL Jabodetabek sejak pagi buta hingga petang hari.
Dari pantauan Republika, antrean di depan loket stasiun tampak mengular. Para petugas di balik loket dilengkapi dengan masker dan sarung tangan karet. Sebagian petugas lainnya bertugas memeriksa suhu tubuh penumpang. Hingga menjelang siang atau malam, antrean belum juga mereda.
Sekira pukul 09.30, di Stasiun Kota Bekasi muncul keriuhan. Tampak sepasang suami istri berusia di atas 60 tahun mengamuk kepada petugas loket ketika diingatkan untuk tidak naik kereta sebelum pukul 10.00 WIB. "Apa-apaan dilarang! Saya kan bayar!" teriak sang istri sambil memukulkan uang kembaliannya di loket.
Salah seorang pria berusia lanjut juga membeli tiket dan dijelaskan kembali oleh petugas loket. Yang bersangkutan kali ini berusaha mengerti. "Iya, saya ngerti. Supaya nggak rame," kata pria bernama Rahmat (62 tahun) tersebut. Tujuannya naik KRL pun bukan untuk bekerja ke Jakarta sehingga ia tidak perlu terburu-buru naik KRL.
Protokol tatanan baru di kereta komuter memang melarang warga lansia naik KRL pada jam-jam tertentu. Lansia hanya diizinkan untuk naik KRL pada pukul 10.00 hingga 14.00 WIB. Sementara, bagi anak-anak di bawah usia lima tahun (balita), dilarang sepenuhnya untuk naik KRL. Selain itu, terdapat larangan bagi pengguna KRL membawa barang dagangan pada jam sibuk.
Di Stasiun Bogor, penumpukan calon penumpang KRL terlihat mulai dari depan pintu masuk sampai ke halaman depan dan mengular sampai ke dekat tangga masuk stasiun pada sekira pukul 06.00 sampai 07.30 WIB.
Sepanjang Senin pagi, PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) mencatat volume penumpang 150 ribu orang hingga pukul 10.00 WIB. Angka itu hampir dua kali lipat jumlah penumpang dalam satu hari sebelum masa transisi PSBB yang mencapai 80 ribu penumpang. "Peningkatan ini terkait dengan banyaknya masyarakat yang telah kembali beraktivitas sehubungan sejumlah wilayah memasuki masa PSBB transisi," kata VP Corporate Communications KCI, Anne Purba, di Jakarta.
KCI telah menormalkan frekuensi operasional kereta, terutama pada pagi hari, guna mengakomodasi jumlah penumpang. KCI juga menambahkan 161 perjalanan kereta dibandingkan frekuensi pada masa PSBB sebanyak 935 kereta. Namun, per kereta hanya mengangkut 35 hingga 40 persen jumlah penumpang dari keseluruhan kapasitas.
Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta juga mengeluarkan surat keputusan berisi aturan tentang operasional angkutan pada masa PSBB transisi di Ibu Kota. Salah satu poin dalam aturan tersebut adalah setiap moda transportasi umum hanya boleh menampung jumlah orang maksimal 50 persen dari kapasitas angkut. SK juga mengatur bahwa jam operasional angkutan umum reguler dimulai pada pukul 05.00 hingga 22.00 WIB.
Pada Senin (8/6), situasi lalu lintas di Ibu Kota juga terlihat lebih ramai dan lebih padat daripada pekan kemarin. Pemotor kian ramai memenuhi ruas jalan-jalan utama menuju perkantoran. Di beberapa titik, pertokoan mulai buka. Namun, tetap ada warga yang membandel tidak mengenakan masker di luar rumah. Mereka ini hilir mudik menggunakan motor, sepeda, berjalan kaki, atau sekadar duduk bercengkerama dengan kawannya di depan pertokoan.
Sejumlah moda transportasi roda empat terlihat berjejer mengangkut penumpang di depan Terminal Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Aktivitas lalu-lalang kendaraan di terminal tersebut terpantau relatif sepi.
Beberapa warga yang berada dalam area terminal masih ada yang tidak menggunakan masker. Sedikit terlihat petugas yang berjaga di sekitar terminal guna memastikan protokol kesehatan dijalankan dengan maksimal.
Tidak semua sopir angkot terlihat menggunakan masker saat berkendara. Di area terminal, hanya ada spanduk yang mengingatkan masyarakat untuk selalu berhati-hati terhadap penularan virus korona dan selalu mencuci tangan dan menggunakan masker.
Aktivitas niaga di dalam dan sekitar terminal juga berangsur normal. Salah seorang sopir angkutan umum, Joni, mengatakan keberatan dengan aturan dalam SK yang telah ditetapkan pemerintah tersebut. "Rugi saya saat ini karena penghasilan sewa turun. Biasa dapat Rp 80 ribu per hari, sekarang cuma Rp 50 ribu saja," ungkap Joni.
Layanan ojek online (ojol) juga kembali beroperasi khusus di DKI Jakarta, kemarin. Untuk menyesuaikan agar tetap memperhatikan protokol kesehatan, mereka menerapkan sejumlah prosedur bagi pengemudinya, salah satunya penggunaan partisi hingga kelengkapan lainnya.
“Kami memberikan alat kebersihan, seperti hand sanitizer, masker, sarung tangan, dan juga partisi plastik antara pengemudi dan penumpang,” kata Managing Director Grab Indonesia Neneng Goenadi kepada Republika, Senin (8/6).
Selain itu, Neneng menegaskan, penumpang Grabbike wajib membawa helm pelindung sendiri. “Langkah-langkah ini akan kami lakukan secara bertahap kepada delapan ribu mitra pengemudi kami pada akhir bulan ini,” tutur Neneng.
Beberapa aktivitas perkantoran di DKI Jakarta sudah mulai kembali walaupun belum sepenuhnya. Kawasan Sudirman Business Central District terlihat sudah mulai dipadati kendaraan meski tidak seramai biasanya. Sejumlah karyawan swasta juga sudah mulai terlihat di pinggir trotoar berlalu-lalang saat jam makan siang.
Eddline Kusuma Andani (22), salah seorang karyawan swasta, mengatakan, pihak kantor sudah menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Ia menjelaskan, sebelum memasuki gedung, karyawan dicek suhunya terlebih dahulu. Selain itu, karyawan wajib juga mengenakan masker.
Pihak kantor juga telah menyediakan hand sanitizer di beberapa sudut kantor. "Sudah diatur juga aturan jaga jarak. Kebetulan juga di kantor juga masih sepi dan enggak padat," kata dia.
Ketua Pelaksana Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo mengapresiasi kepatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan pada masa transisi menuju kenormalan baru atau new normal. Hal ini disampaikan Doni saat meninjau Stasiun Manggarai untuk melihat kesiapan, kapasitas, dan pelayanan penumpang KRL.
Saat tiba di stasiun pada pukul 07.00 WIB, Doni turut diperiksa suhu tubuhnya menggunakan thermo gun oleh petugas stasiun sebagai prosedur dan syarat utama yang wajib bagi para penumpang sebelum masuk stasiun. "Kepatuhan masyarakat (dalam menjalankan protokol kesehatan) ada peningkatan. Tidak ada masyarakat yang tidak menggunakan masker," ujar Doni, Senin (8/6).
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan juga mengeklaim semua pengguna kendaraan umum sudah menggunakan masker pada Senin pertama masa transisi PSBB. "Jadi, pagi hari ini kita memantau di berbagai kawasan di Jakarta karena kita tahu ini adalah masih masa PSBB. Dan, kita tadi lihat para penumpang yang keluar dari kendaraan umum, 100 persen menggunakan masker," kata Anie di Terowongan Kendal, Jakarta Pusat, Senin.
Anies lebih lanjut menyatakan, akan memastikan seluruh protokol kesehatan berjalan dengan baik dan ditaati oleh masyarakat meski saat ini statusnya merupakan PSBB transisi. Anies menekankan, penegakan hukum bagi masyarakat yang tidak mengenakan masker saat ke luar rumah bukan sekadar besaran denda sebesar Rp 250 ribu, melainkan upaya bersama untuk mencegah penularan wabah Covid-19 di DKI Jakarta.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.