Kabar Utama
Akses Vaksin Harus Terbuka
Vaksin bebas paten diserukan agar bisa diproduksi semua negara.
JENEWA – Meski dibayangi perseteruan antara Amerika Serikat dan Republik Rakyat Cina, helatan Dewan Kesehatan Dunia (WHA) memunculkan seruan perlunya persatuan dalam menghadapi pandemi Covid-19. Vaksin bebas paten yang bisa diproduksi seluruh negara menjadi salah satu bentuk solidaritas yang diserukan.
“Kita sudah menyaksikan solidaritas, tapi sedikit sekali kepaduan dalam cara kita menangani Covid-19,” kata Ketua Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres melalui pidato virtualnya, Senin (20/5) malam. Ia menyatakan, negara-negara saat ini menggunakan strategi berbeda yang tak jarang saling bertentangan. “Dan kita semua membayar mahal akibatnya,” ujar dia dalam pertemuan tahunan pimpinan negara-negara anggota Badan Kesehatan Dunia (WHO) tersebut.
Pertemuan tahun ini dinilai bersejarah karena akan menjadi salah satu tonggak penanganan pandemi Covid-19 sedunia. Seturut pandemi, pertemuan yang melibatkan sejumlah pimpinan dunia itu dilakukan secara virtual. Pada Selasa (19/5) Covid-19 telah menyebar di 215 negara, menulari hampir lima juta orang dan ikut mengakibatkan kematian 320 ribu manusia.
Menurut Guterres, sejumlah negara masih mengabaikan rekomendasi WHO dan bisa berakibat fatal. “Virusnya sudah menyebar dan sekarang menuju bumi bagian selatan, di mana dampaknya bisa jauh lebih dahsyat, kata dia. Hingga Selasa (19/5), Covid-19 memang lebih mematikan di utara khatulistiwa seperti Amerika Serikat (91.981 meninggal), Inggris (34.796), Italia (32.007), Spanyol (27.709), dan Prancis (28.239).
Kanselir Jerman Angela Merkel juga menegaskan, pandemi akan lebih lekas selesai bila dunia bekerja sama menghadapinya. “Saya yakin sepenuhnya kita akan melewati pandemi ini. Semakin kita bekerja sama secara internasional, semakin cepat hal itu bisa kita capai,” kata Merkel dalam pidato virtualnya.
Sedangkan Presiden Korea Selatan Monn Jae-in mewanti-wanti upaya monopoli vaksin Covid-19 oleh negara tertentu. Menurutnya, mengingat dampaknya bagi kemanusiaan, formula vaksin harus jadi milik publik yang bisa “Disebarkan secara setara ke seluruh dunia”.
Keinginan tersebut juga digaungkan Direktur Pelaksana WHO, Winnie Byanyima dalam WHA, kemarin. “Kami menyerukan seluruh negara untuk bersatu mendukung vaksin untuk rakyat guna melindungi kemanusiaan,” ujarnya.
Beberapa negara sejauh ini telah menjalankan percepatan penelitian vaksin Covid-19. Ada delapan kandidat kuat vaksin yang tengah diteliti di Amerika Serikat, Cina, dan Jerman. Perusahaan biotek asal AS, Moderna Inc, bahkan telah merilis indikasi keberhasilan produksi antibodi pada delapan relawan.Presiden Cina Xi Jinping dalam pidatonya di WHA juga menjanjikan keterbukaan vaksin jika negaranya berhasil memproduksi.
“Pengembangan dan peluncuran vaksin Covid-19 di Cina, jika telah ada, akan jadi milik masyarakat dunia,” kaya dia. Ia juga menjanjikan kontribusi Cina menjamin vaksin Covid-19 dapat diakses dengan biaya murah di negara-negara berkembang.
Sementara itu, Menteri Kesehatan dan Layanan Masyarakat AS, Alex Azar Azar mengumumkan dalam majelis bahwa AS negara pertama yang meluncurkan ujicoba vaksin terhadap manusia. Ia juga melaporkan hasil positif ujicoba terapi klinis. "Kesuksesan ini dan cara yang transparan yang kami bagikan akan bermanfaatkan bagi seluruh dunia," kata Azar seperti dalam pidatonya.
Dalam pidatonya, ia juga mengatakan, WHO gagal mendapatkan informasi yang dibutuhkan dunia untuk menghadapi virus korona. “Kegagalan itu mengorbankan nyawa,” Azar mengatakan. Azar mengatakan WHO juga harus beroperasi secara transparan.
Ia menegaskan AS mendukung semua peninjauan independen terhadap respon WHO pada pandemi virus korona. "Dalam upaya nyata menyembunyikan wabah ini, setidaknya satu Negara Anggota mengolok-olok kewajiban transparansi mereka, dengan biaya yang harus ditanggung seluruh dunia," kata Azar.
Virusnya sudah menyebar dan sekarang menuju bumi bagian selatan, di mana dampaknya bisa jauh lebih dahsyat.Antonio Guterres, kata Ketua Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB)
Evaluasi independenDalam WHA kemarin, WHO akhirnya membuka kemungkinan evaluasi independen terhadap tanggapan global virus corona diluncurkan sesegera mungkin. Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyampaikan tinjauan itu akan dilakukan "pada saat yang tepat paling awal" dan memberikan rekomendasi untuk kesiapan di masa depan.
"Kita semua memiliki sesuatu untuk dipelajari dari pandemi. Setiap negara dan setiap organisasi harus memeriksa responsnya dan belajar dari pengalamannya. WHO berkomitmen untuk transparans, akuntabilitas, dan pembenahan berkelanjutan," kata Tedros.Tinjauan tersebut harus mencakup tanggung jawab "semua aktor dengan itikad baik," kata dia.
Janji itu terkait resolusi yang sejauh ini telah didukung 194 negara termasuk Indonesia. Cina sebelumnya menentang seruan untuk meninjau asal dan penyebaran virus corona, tetapi Presiden Xi Jinping memberi sinyal Beijing akan menerima evaluasi yang tidak memihak atas respons global begitu pandemi berhasil dikendalikan.
Trump Ancam WHO
Sementara itu, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memberikan estimasi waktu bagi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk berkomitmen pada reformasi besar yang substantif menyoal pandemi Covid-19. Jika tidak, Trump mengancam bahwa AS akan secara permanen membekukan dana WHO dan mempertimbangkan kembali keanggotaannya di badan kesehatan PBB tersebut.
Dalam surat peringatan yang gamblang disebarkan melalui cicitan Twitter resminya, Trump menuduh organisasi itu mengabaikan laporan tentang virus korona yang menyebar di Cina pada Desember silam. Trump juga menuduh WHO telah gagal untuk berbagi informasi penting soal wabah.
Pada April, Trump sempat mengatakan, WHO belakangan ini condong berpihak ke Cina. Donald Trump sebelumnya juga kerap menuding bahwa SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan gejala Covid-19, bocor dari penelitian di laboratorium di Wuhan. Klaim itu berkali-kali disanggah Beijing yang menekankan bahwa penularan Covid-19 terjadi secara natural dari pasar hewan di Wuhan.
Sementara itu, Trump juga memotong dana dengan tinjauan yang tertunda. Dalam surat dengan kata-kata yang keras itu, dia mengatakan, WHO membuat klaim "sangat salah" atau "menyesatkan" mengenai virus yang telah menginfeksi lebih dari 4,8 juta orang di seluruh dunia.
Keputusan WHO untuk menyatakan virus korona sebagai pandemi juga merupakan salah satu kritik yang dilontarkan presiden AS terhadap badan kesehatan internasional. Trump mengatakan, ketika WHO mengumumkan itu adalah pandemi, virus tersebut telah membunuh lebih dari 4.000 orang dan menginfeksi 100 ribu lainnya di 114 negara.
"Sepanjang krisis ini, Organisasi Kesehatan Dunia dengan anehnya bersikeras untuk memuji Cina atas dugaan 'transparansi'," tulis Trump dalam surat itu dikutip Anadolu Agency, Selasa. Trump juga menuduh Beijing merampas dunia dari informasi penting tentang wabah tersebut.
Dia juga mengatakan kepada WHO bahwa tanggapan pihaknya terhadap pandemi sangat bernilai bagi dunia. Pemerintah AS pun, merujuk surat itu, tengah dalam pembicaraan dengan para pejabat WHO. Tindakan mendesak diperlukan karena Pemerintah AS tidak punya banyak waktu untuk disia-siakan.
"Saya tidak bisa membiarkan dolar pembayar pajak Amerika untuk terus membiayai sebuah organisasi yang, dalam keadaan sekarang, sangat jelas tidak melayani kepentingan Amerika," katanya.
Virus ini telah menewaskan lebih dari 90 ribu orang di AS, sementara lebih dari 318.000 meninggal di seluruh dunia sejak Desember ketika virus pertama kali terdeteksi di Kota Wuhan, Cina.
Di lain pihak, Presiden Cina Xi Jinping membela respons negaranya dalam menghadapi pandemi virus korona. Ia mengatakan, Cina sudah transparan dan 'mengerahkan semua kemampuannya' untuk membantu negara lain.
Dalam pidatonya di Majelis Kesehatan Dunia (WHA), Xi meminta masyarakat internasional untuk mendukung WHO. "Kerja yang dipimpin WHO harusnya berdasarkan sains dan profesionalitas serta dilakukan secara imparsial dan objektif, kami harus memperkuat pengelolaan global kesehatan publik," kata Xi seperti dikutip South China Morning Post, Selasa (19/5).
Xi menambahkan, ketika pandemi sudah berakhir, Cina akan mendukung “peninjauan komprehensif” tentang respons global terhadap pandemi Covid-19. Tapi, Cina tidak mendukung rancangan resolusi Uni Eropa yang mendorong adanya penyelidikan terhadap performa WHO.
"Mengingat kelemahan dan kekurangan yang diungkap Covid-19, kami harus meningkatkan sistem pengelolaan keamanan kesehatan publik, kami harus lebih cepat untuk merespons kedaruratan kesehatan publik," kata Xi.
Xi juga mengumumkan, selama dua tahun ke depan, Cina akan mengalokasikan dana sebesar 2 miliar dolar AS untuk membantu negara-negara berkembang yang terdampak Covid-19. "Selama ini telah bertindak dengan transparansi, tanggung jawab, dan keterbukaan, kami telah menyediakan informasi ke WHO dan negara-negara relevan dengan tepat waktu. Kami merilis urutan genom sedini mungkin. Kami berbagi pengalaman dan pengobatan dengan dunia tanpa syarat," katanya.
Ia juga memberikan dukungan kepada Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus. "Di bawah kepemimpinan Dr Tedros, WHO memberikan kontribusi besar dalam memimpin dan meningkatkan respons global terhadap Covid-19, kerja bagus ini diakui oleh masyarakat internasional," kata dia menambahkan.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.