Kabar Utama
34 Juta Difabel Terdampak Covid
Mayoritas warga penyandang disabilitas kehilangan profesi pada masa pandemi.
JAKARTA — Yayasan Plan International Indonesia mendata, setidaknya ada 34 juta penduduk penyandang disabilitas atau difabel yang terdampak kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Direktur Yayasan Plan Internasional Dini Widiastuti mengatakan, mereka para penyandang disabilitas juga membutuhkan uluran tangan masyarakat untuk menunjang hidup.
Dini menilai, selain dampak kelangsungan hidup, para difabel juga masih terkendala mengakses informasi yang benar terkait pencegahan Covid-19. Berdasarkan catatan Yayasan Plan Internasional, anak-anak golongan penyandang disabilitas menjadi kaum paling sulit mendapatkan pembelajaran pada masa pandemi Covid-19. Dini meminta pemerintah juga memperhatikan nasib pembelajaran anak-anak penyandang disabilitas ini selain kelangsungan hidup para penyandang disabilitas secara umum.
"Apalagi, anak-anak dengan disabilitasnya dengan segala keterbatasannya. Jadi, Kementerian Pendidikan juga bagaimana supaya anak-anak itu tidak tertinggal ya. No one left behind, kan katanya," kata Dini dalam dialog di Media Center Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta, Ahad (17/5).
Pengusaha susah, karyawan susah, tetapi ada yang lebih susah dari kita, yaitu teman-teman penyandang disabilitas.
Dini mengakui, pihaknya lebih banyak bekerja di wilayah timur Indonesia, seperti Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Nusa Tenggara Barat (NTB). Ia menegaskan, pihaknya harus membuat terobosan agar para penyandang disabilitas di wilayah timur Indonesia bisa bertahan. Salah satunya, memberi pelatihan pembuatan masker wajah pada para difabel. Upaya ini dinilai sangat membantu kelangsungan hidup mereka saat ini. Sebab, meski pahit, ia menyatakan masih belum bisa berharap pada bantuan pemerintah.
Dini mengatakan, hingga saat ini, bantuan yang ditunggu dari pemerintah masih pada tahap pendataan. Jadi, kata dia, sampai sekarang belum ada bantuan yang diterima penyandang disabilitas dari pemerintah. “Jadi, mereka belum mendapatkannya. Karena itu, mereka harus berdaya untuk bisa bangkit," katanya menegaskan.
Kondisi serupa juga dirasakan kelompok penyandang disabilitas di wilayah Indonesia bagian barat, di Sumatra Barat. Ketua Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) Kota Padang Icun Suhaldi mengatakan, masih banyak warga penyandang disabilitas di Kota Padang yang belum terjangkau bantuan selama pandemi virus korona jenis baru dari Wuhan, Cina, ini. Ia menyebut warga penyandang disabilitas turut terdampak karena selama ini mereka mencari nafkah melalui pelayanan, jasa seperti tukang pijat, pertukangan, tenaga seni, dan bangunan.
"Lihatlah anak-anak penyandang disabilitas yang sedang dalam pendidikan. Mereka rata-rata dari keluarga miskin tak mampu dan masih ada yang belum terdata PKH (Program Keluarga Harapan) semua. Dan saat ini mereka belum menerima bantuan langsung tunai (BLT) itu," kata Icun. Ia menyebut, ada ribuan penyandang disabilitas yang belum terdata dengan benar oleh pemerintah. Sehingga banyak kelompok difabel ini yang tidak tercatat sebagai penerima bantuan. Padahal, sebagian besar kelompok penyandang disabilitas tergolong keluarga miskin.
Bantuan
Wakil Gubernur Sumatra Barat Nasrul Abit sudah menyerahkan 30 paket sembako kepada PPDI Padang. Paket sembako ini diserahkan melalui Icun di kediamannya di Perumahan Bumi Lareh Permai Kelurahan Lubuk Minturun Kecamatan Koto Tangah, Padang. Nasrul memahami bantuan di tengah pandemi korona ini sangat dibutuhkan warga difabel.
Ia melihat tak banyak usaha yang dapat dilakukan kalangan difabel untuk mempertahankan kondisi ekonomi selain menantikan hak-haknya sebagai penerima bantuan. "Kita merasa prihatin masih ada masyarakat kita yang terdampak penanganan wabah Covid-19 belum mendapat bantuan sosial, terutama kawan-kawan difabel," ujar Nasrul Abit.
Ketua Umum Badan Koordinasi Kegiatan Kesejahteraan Sosial (BK3S) Jawa Timur Pinky Saptandari mengajak masyarakat memperhatikan nasib masyarakat difabel di tengah pandemi Covid-19. Sebab, mereka ikut terdampak dan membutuhkan bantuan. "Sering kali orang melupakan bahwa ada yang paling terdampak dibandingkan kita. Kita semua susah, betul ya. Pengusaha susah, karyawan susah, tetapi ada yang lebih susah daripada kita, gitu ya, yaitu teman-teman (penyandang) disabilitas," ujar Pinky.
Pinky mencontohkan bagi tunanetra yang pekerjaannya memijat, tentunya menjadi tidak ada pendapatan sama sekali. Mereka ini adalah yang paling terdampak dan memerlukan bantuan. "Jadi, ini contoh gimana bahwa mereka, kalau kita bicara semua kena dampaknya, barangkali yang harus kita pikirkan, mereka yang paling terdampak," katanya menegaskan.
Bahkan, ia mengungkapkan, data statistik yang menunjukkan banyak kelompok difabel yang kehilangan profesinya selama pandemi. Selain itu, ia menyebutkan, orang-orang yang berkebutuhan khusus di rumah sakit jiwa juga perlu mendapatkan perhatian dan bantuan. "Jadi, kalau semua kena dampaknya, barangkali kita harus pikirkan kalau mereka (kelompok) itu yang terdampak," ujar Pinky.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.