Dirut Perum Bulog Budi Waseso (tengah) dan Direktur Operasi dan Pelayanan Publik Perum Bulog Tri Wahyudi (kanan) berbincang dengan pedagang ketika meninjau kestabilan harga gula di Pasar Jatinegara, Jakarta, Jumat (15/5). | GALIH PRADIPTA/ANTARA FOTO

Ekonomi

Bulog Guyur Gula Impor ke Pasar

Bulog menjual gula dengan harga Rp 11 ribu per kilogram.

JAKARTA -- Perum Bulog memulai operasi pasar gula langsung ke pedagang pasar tradisional dengan harga Rp 11 ribu per kilogram (kg). Diharapkan, pedagang yang menerima pasokan gula dari Bulog menjual sesuai dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) Rp 12.500 per kg kepada konsumen.

"Saya sudah instruksikan seluruh jajaran Bulog di seluruh Indonesia bahwa kita akan memberikan harga gula senilai Rp 11 ribu per kg ke pedagang, kemudian pedagang akan menjual maksimal seharga HET Rp 12.500 per kg ke konsumen," kata Direktur Utama Bulog Budi Waseso di Pasar Jatinegara, Jakarta, Jumat (15/5).

 
Jika (pedagang) ada yang melanggar, kita akan laporkan ke Satgas Pangan.
Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso
 

Ia mengatakan, kegiatan operasi pasar itu merupakan upaya stabilisasi harga serentak di seluruh Indonesia untuk memastikan ketersediaan gula. Langkah itu sekaligus menjadi upaya menurunkan harga gula pasir yang tak kunjung turun sejak awal tahun ini.

Bulog, kata dia, mengeluarkan kebijakan satu harga untuk gula di Indonesia. Agar program itu efektif, pedagang pasar diajak bekerja sama lewat pemberian suplai gula dan harga jauh di bawah HET. Adapun pedagang yang mendapatkan suplai gula dari Bulog sebanyak 200 kg per toko. Suplai akan terus diberikan ketika persediaan di pedagang habis.

Budi menegaskan, setiap pedagang yang menerima suplai gula dari Bulog dimintakan surat pernyataan akan menjual maksimal seharga HET Rp 12.500 per kg. "Jika (pedagang) ada yang melanggar, kita akan laporkan ke Satgas Pangan," kata Budi.

photo
Dirut Perum Bulog Budi Waseso (kanan) berbincang dengan pedagang ketika meninjau kestabilan harga gula di Pasar Jatinegara, Jakarta, Jumat (15/5). - (GALIH PRADIPTA/ANTARA FOTO)

Seperti diketahui, harga gula pasir di tingkat konsumen menjelang Ramadhan sempat menembus level Rp 19 ribu per kg. Budi optimistis harga gula bisa kembali ke level HET. 

Stok gula yang digunakan dalam operasi pasar merupakan gula kristal putih (GKP) impor dari India yang tiba di Pelabuhan Tanjung Priok, pekan lalu. Dari total kuota impor 50 ribu ton, sebanyak 22 ribu ton gula telah masuk dan mulai disebarkan ke seluruh Indonesia.

Budi mengatakan, Bulog masih bisa menekan harga lebih murah ke pedagang hingga di bawah Rp 11 ribu per kg. Namun, Bulog harus menerapkan sistem subsidi silang wilayah Indonesia Timur agar harga hingga di tingkat konsumen tetap sesuai HET.

Ia menjelaskan, ke Papua misalnya, harga ideal gula di tingkat konsumen sebesar Rp 13.500 per kg karena terdapat tambahan biaya pengiriman Rp 1.000 per kg. Oleh karena itu, harga jual ke pedagang di wilayah Indonesia Timur mesti lebih ditekan agar harga jual tingkat akhir sesuai HET tercapai.

"Itu sebabnya di sini (Indonesia Barat) kita pasang harga Rp 11 ribu per kg ke pedagang. Memang untungnya tidak besar, karena ini sedang Ramadhan orang semua butuh gula," katanya.

Soal tingginya harga gula di pasar tradisional, Budi mengaku rata-rata harga gula yang diterima pedagang berkisar di level Rp 16 ribu per kg. Itu sebabnya, rata-rata harga yang diterima konsumen sekitar Rp 17 ribu per kg atau bahkan lebih. 

"Bulan depan pasti gula mulai banyak bahkan banjir, karena sudah mulai giling gula tebu juga ada gula rafinasi yang dikonversi menjadi gula konsumsi," ujarnya.

 

Penyerapan gabah

Perum Bulog menargetkan penyerapan gabah petani setara beras mencapai 650 ribu ton hingga akhir Juni 2020. Budi menuturkan, pihaknya sudah memiliki kontrak penyerapan gabah dengan kelompok petani maupun penggilingan untuk mempercepat penyerapan gabah selama masa panen.

"Paling rendah serapan gabah setara beras sampai Juni ada 650 ribu ton. Bisa menyerap lebih banyak lebih baik," kata Budi.

photo
Buruh membersihkan gabah yang baru dipanen di persawahan Blimbingsari, Banyuwangi, Sabtu (2/5). - (BUDI CANDRA SETYA/ANTARA FOTO)

Sejauh ini, hingga Kamis (14/5) total pengadaan beras oleh Bulog baru mencapai 289.852 ton. Buwas mengatakan, target penyerapan 650 ribu ton dipastikan tercapai. Pasokan gabah dari petani juga tengah melimpah seiring masih terjadinya panen raya di sejumlah daerah.

Ketersediaan stok beras Bulog hingga kini masih berkisar 1,4 juta ton. Buwas mengatakan, persediaan beras Bulog kemungkinan akan terus bertambah seiring penyerapan gabah yang terus dilakukan.

"Sampai Juni mungkin bisa sampai 1,8 juta stok yang kita punya. Jadi akan banyak dan tidak usah khawatir untuk beras," ujarnya.

Pada tahun ini Bulog menargetkan pengadaan cadangan beras pemerintah sebanyak 950 ribu ton dari total target pengadaan 1,4 juta ton. Sisanya, merupakan beras komersial dimana dari proses pembelian gabah hingga penjualan beras menggunakan harga pasar.

Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Bulog, Tri Wahyudi Saleh menjelaskan, sesuai penugasan pemerintah, Bulog harus memiliki ketersediaan stok antara 1 hingga 1,5 juta ton beras. Ia menuturkan, dalam beberapa waktu terakhir permintaan beras kepada Bulog cukup besar.

Khususnya untuk bantuan sosial bagi masyarakat terdampak Covid-19. Di Jabodetabek saja, Bulog mendapatkan penugasan untuk menyalurkan 75 ribu ton beras kepada 1,4 juta keluarga peneriman manfaat dalam dua gelombang. Sementara, di daerah lain, sejumlah kepala daerah ikut memesan beras Bulog dari gudang divisi regional masing-masing. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat