Kubah Shakhrah di kawasan Masjid al-Aqsha | DOK AP Mahmoud Illean

Hiwar

Ustaz Jeje Zainudin: Jangan Lupakan Masjid al-Aqsha!

Permukaan bumi yang namanya diulang-ulang Alquran dengan ungkapan diberkahi hanya negeri Palestina yang di dalamnya terdapat Masjid al-Aqsa.

Umat Islam di Yerusalem, Palestina, mengalami penderitaan selama berpuluh-puluh tahun hingga kini di bawah penjajahan Israel. Kegetiran mereka bertambah berat lantaran situasi pandemi Covid-19 yang turut melumpuhkan berbagai aktivitas sosial-ekonomi di sana. Menurut Ustaz Jeje Zainudin, kaum Muslimin di berbagai penjuru dunia, khususnya Indonesia, sepantasnya merasa terpanggil untuk meringankan beban mereka. Apalagi, Masjid al-Aqsha yang terletak di kota mulia tersebut adalah Tanah Suci selain Masjid al-Haram (Makkah) dan Masjid Nabawi (Madinah).

Wakil Ketua Umum Persatuan Islam (Persis) itu mengingatkan, kiblat pertama adalah Masjid al-Aqsha. Alquran juga menyebutkan kemuliaan situs di Palestina itu. "Di dalam hadis Nabi SAW pun banyak sekali yang berbicara tentang keagungan, kemuliaan, dan kedudukan Baitul Maqdis ini," ujar Ustaz Jeje. Berikut ini wawancara wartawan Republika, Muhyiddin, dengan Ustaz Jeje Zainudin baru-baru ini.

 

Bagaimana Masjid al-Aqsha di Yerusalem, Palestina, digambarkan dalam Alquran?

Secara berulang-ulang, Alquran menyebutkan kemuliaan Baitul Maqdis atau Masjid al-Aqsha di wilayah Palestina itu. Hal ini cukuplah menjadi dasar bagi kita untuk meyakini kedudukan yang tinggi (Masjid al-Aqsha) sebagai negeri yang diberkahi. Setidaknya, ada lima ayat yang dengannya Allah SWT menegaskan, "Baitul Maqdis adalah negeri yang diberkahi oleh-Nya."

Pertama, surah al-A'raf ayat 137. Ayat ini berbicara ketika bani Israil dibebaskan oleh Nabi Musa dari cengkeraman Firaun di Mesir. Mereka saat itu masih sebagai bangsa yang diridhai oleh Allah SWT karena dipimpin Nabi Musa dan Nabi Harun. Dengan begitu, mereka sesungguhnya diizinkan untuk kembali ke negeri yang diberkahi itu, yakni Palestina yang di dalamnya terdapat Masjid al-Aqsha.

Berikutnya, surah al-Anbiya' ayat 71. Dalam ayat ini, Allah SWT menyelamatkan Nabi Ibrahim AS dari kekejaman Namrud. Lalu, Allah mengangkat beliau menjadi nabi dan rasul, bersama Nabi Luth AS. Allah menempatkan mereka di sebuah wilayah yang diberkahi. Disebutkan negeri Baitul Maqdis sebagai negeri yang Kami telah memberkahinya untuk sekalian manusia.

Dalam surah Saba' ayat 18 pun Allah menegaskan bagaimana keharmonisan antara negeri Saba' yang dipimpin Ratu Bilqis dengan negeri Palestina yang menjadi pusat kerajaan Nabi Sulaiman.

Kemudian, Allah menjadikan di tengah-tengah keduanya adalah Makkah dan Madinah. Kelak, di Makkah itu lahirlah Nabi Muhammad SAW. Firman-Nya dalam ayat itu, yang artinya, "Dan Kami jadikan antara mereka dan antara negeri-negeri yang Kami limpahkan berkat kepadanya, beberapa negeri yang berdekatan dan Kami tetapkan antara negeri-negeri itu (jarak-jarak) perjalanan. Berjalanlah kamu di kota-kota itu pada malam hari dan siang hari dengan aman."

Ayat yang keempat masih berkaitan dengan kisah Nabi Sulaiman AS, yakni surah al-Anbiya' ayat 81. "Dan (Kami tundukkan) untuk Sulaiman angin yang sangat kencang tiupannya yang berembus dengan perintahnya ke negeri yang Kami berkahi. Dan Kami Maha Mengetahui segala sesuatu." Baitul Maqdis disebut sebagai negeri yang diberkahi oleh Allah SWT.

Yang terakhir, Allah SWT menegaskan Palestina sebagai negeri yang diberkahi itu dalam suatu ayat yang berbicara tentang peristiwa Isra Mi'raj Rasulullah SAW, yaitu surah al-Isra ayat 1. Jadi, dalam ayat-ayat yang mulia itu, Allah SWT menyatakan secara eksplisit, Baitul Maqdis adalah negeri yang diberkahi. Itu cukup menjadi bukti akidah bagi setiap kaum Muslimin tentang kewajiban mereka agar selalu mencintai, mendukung, dan ikut memperjuangkan negeri yang yang diberkahi itu, yakni Palestina -sebab di dalamnya terdapat Baitul Maqdis. Masih banyak ayat-ayat lain yang menyebutkan keberkahan Baitul Maqdis. Akan tetapi, itu tidak dengan ungkapan eksplisit. Misalnya, surah al-Anbiya ayat 105-107.

Bagaimana hubungan Rasulullah SAW dengan negeri yang diberkahi itu?

Sumber kedua akidah kita setelah Alquran adalah sunah Nabi Muhammad SAW. Di dalam hadis Nabi pun banyak sekali yang berbicara tentang keagungan, kemuliaan, dan kedudukan Baitul Maqdis. Hadis itu menjadi isyarat bagi kita semua tentang wajibnya memikirkan, berusaha, dan ikut memperjuangkan pembebasan bangsa Palestina dari penjajahan Zionis. Di antara hadis-hadis itu yang sangat masyhur ialah keterangan tentang Baitul Maqdis sebagai kiblat pertama umat Islam. Ini terjadi sebelum turunnya wahyu dari Allah SWT tentang Ka'bah di Masjid al-Haram, Makkah, sebagai kiblat Muslimin. Dalam hadis sahih yang diriwayatkan Imam Bukhari dijelaskan sebagai berikut.

"Dari al-Bara bin Azib berkata, 'Saya shalat bersama Nabi SAW dengan menghadap ke arah Baitul Maqdis selama 16 bulan. Itu sampai turunnya ayat surah al-Baqarah, wahaitsu maa kuntum fawallau wujuhakum syatrah.'" (QS al-Baqarah ayat 144).

Lengkapnya, ayat itu berarti, "Sungguh Kami (sering) melihat mukamu (Muhammad) menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjid al-Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani)yang diberi al-Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui bahwa berpaling ke Masjid al-Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan."

Bila Rasulullah SAW selama 16 bulan berturut-turut di Madinah shalatnya menghadap ke Baitul Maqdis, maka selama 13 tahun di Makkah itu beliau juga menghadap Baitul Maqdis. Artinya, Rasulullah SAW menghadap ke Baitul Maqdis selama total 14 tahun plus empat bulan. Sementara, Rasulullah SAW menjadi utusan Allah itu 22 tahun lebih. Artinya, lebih dari separuh masa kerasulannya, Nabi Muhammad SAW serta kaum Muslimin seluruhnya shalat menghadap ke Baitul Maqdis.

 
Saat ini pandemi Covid-19 belumlah usai, duka saudara kita Muslimin Palestina kian terasa lebih berat lagi.
 
 

 

Dalam sejarah, Isra Mi'raj Rasulullah SAW juga melalui Masjid al-Aqsha?

Ya, Isra Mi'raj adalah tonggak sejarah bagi proses penyempurnaan risalah Islam yang diterima Rasulullah SAW. Itu adalah perjalanan dari Masjid al-Haram di Makkah ke Masjid al-Aqsha di Yerusalem, lalu beliau dengan menaiki buraq pergi dari bumi ke Sidratul Muntaha. Perjalanan itu terjadi riil melibatkan ruh sekaligus fisik Nabi Muhammad SAW.

Penegasan ini tertuang dalam ayat pertama surah al-Isra'. "Subhaana al-ladzi asraa bi 'abdihi lailan mina al-Masjidil Harami ila al-Masjidil Aqsha." Artinya, "Mahasuci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjid al-Haram ke Masjid al-Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya (Muhammad) sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."

Alhasil, Masjid al-Aqsha tak hanya milik bangsa tertentu saja. Ini adalah kepunyaan umat Islam. Orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir. Jauh sebelum peristiwa Isra Mi'raj itu, terdapat pula banyak peristiwa yang mengaitkan Nabi Muhammad SAW dengan Masjid al-Aqsha. Hubungan ini berkaitan dengan batin dan fisik beliau Shalallahu 'alaihi Wasallam. Misalnya, ketika ibunda beliau, Siti Aminah, hendak melahirkannya. Dalam suatu riwayat diceritakan, waktu itu Siti Aminah melihat cahaya terang yang muncul dari diri Muhammad SAW dan terus menyorot hingga ke wilayah Syam, negeri Palestina kala itu. Saat Nabi Muhammad SAW tumbuh dewasa, juga sebelum beliau diangkat menjadi utusan Allah, ia begitu dekat dengan wilayah al-Aqsha. Sebab, beliau kerap berdagang hingga ke Syam.

Bagaimana Anda melihat kondisi Palestina, khususnya Masjid al-Aqsha, kini?

Saya ingin menegaskan, umat Islam agar jangan sampai melupakan Palestina. Jangan luput dari perjuangan membebaskan Tanah Suci, Masjid al-Aqsha, dari cengkeraman Zionis-Israel. Kaum Muslimin di Baitul Maqdis masih dalam genggamam kaum Zionis. Allah SWT telah menetapkan mereka (kaum Zionis) sebagi kaum perusak. Allah telah menetapkan kepada bangsa Israel sebagai bangsa perusak di muka bumi, dan kerusakan yang mereka lakukan itu terus-menerus, berulang-ulang.

Pertama, sebelum datangnya Nabi Muhammad SAW. Telah terjadi berbagai macam kerusakan. Allah telah pula melimpahkan berbagai balasan kepada mereka, kaum perusak itu, dan sekarang yang terjadi adalah kerusakan pada gelombang kedua. Ini adalah kerusakan pasca-diutusnya Nabi Muhammad SAW, dan para kaum perusak itu pun akan merasakan balasannya.

Namun, balasan itu tidak akan datang bila tidak ada yang menggerakkan atau memperjuangkannya. Maka dari itu, berangkat dari pemikiran ini, dalam kondisi apa pun, kita mesti kuatkan solidaritas dengan sesama Muslimin. Terlebih lagi, saat ini pandemi Covid-19 belumlah usai. Duka mereka, yakni saudara kita Muslimin Palestina, kian terasa lebih berat lagi.

Terus terang saja, kita umat Islam sekarang ini tidak mempunyai kekuatan yang memadai untuk berbicara dalam konteks kekuatan politik global. Apalagi, di banyak negeri yang mayoritasnya Muslim, pemimpin-pemimpinnya telah dikendalikan oleh pihak lain, yang agenda kepentingannya bisa berbeda daripada umat.

Bagaimana seharusnya sikap kita dalam konteks perjuangan membebaskan Masjid al-Aqsha?

Memang, kita kaum Muslimin saat ini tidak memiliki kekuatan yang memadai untuk berbicara banyak tentang Palestina, misalnya dari aspek ekonomi global. Sebab, ekonomi pun masih dikuasai oleh pihak lain di luar Islam. Kita bisa saja mengalami kekalahan secara politik, secara ekonomi, dan kekuatan militer. Namun, jangan pula kita kalah secara akidah. Ini tentang keyakinan kita mengenai kedudukan Baitul Maqdis. Maka, saya ingin mengajak kita semua, khususnya umat Islam di Tanah Air, untuk menanamkan keyakinan yang mantap tentang kemuliaan Baitul Maqdis dalam akidah Islam.

Sebab, tidak ada satu pun permukaan bumi yang namanya diulang-ulang Alquran dengan ungkapan diberkahi. Hanya ada satu, yaitu negeri Palestina, yang di dalamnya terdapat Baitul Maqdis atau Masjid al-Aqsa. Para mufasir telah mengartikan, Allah SWT telah menetapkan dalam semua kitab para nabi dan dalam Lauhil Mahfudz. Bumi Palestina itu pada akhirnya akan Allah wariskan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman dan saleh. Kalau saat ini Baitul Maqdis masih dijajah oleh Zionis Israel, suatu saat Allah SWT sesuai dengan janji-Nya dalam surah al-Anbiya 105, kelak tanah itu akan diwariskan kepada Muslimin. Bagi kita sebagai Muslim, tidak mungkin melepaskan keyakinan itu.

photo
Ustaz Jeje Zainudin - (DOK Pribadi)

 

Urgensi Solidaritas di tengah Pandemi

Selain aktif mengembangkan organisasi Persatuan Islam (Persis), Ustaz Jeje Zainudin merupakan seorang dai yang aktif mendakwahkan ajaran Islam. Dia juga merupakan salah satu penceramah yang kerap menyerukan agar umat Islam di Indonesia memiliki solidaritas terhadap kaum Muslimin di Palestina, termasuk di tengah situasi Covid-19.

"Kalau kita di sini kesulitan bekerja untuk mencari rezeki karena pembatasan berskala besar, maka kaum Muslimin di Palestina itu mereka sudah berpuluh-puluh tahun bahkan hampir seratus tahun berada dalam penderitaan seperti itu," ujar Ustaz Jeje saat memberikan materi kajian daring yang ditayangkan Al Quds Amaanati Indonesia belum lama ini.

Menurut dia, jika umat Islam di Indonesia mengalami kelaparan atau terserang penyakit, maka masih ada pemerintah yang bisa membantu. Berbagai fasilitas publik pun tersedia dengan kualitas dan kuantitas yang relatif memadai. Di samping itu, sesama rakyat pun masih banyak saudara sebangsa yang siap mengulurkan tangan.

"Cobalah kita berpikir ketika saudara kita di Palestina sakit, rumah sakit manakah yang bisa menampung mereka dengan obat-obatan, para dokter dan paramedis yang memadai," ucapnya.

"Jadi, kalau kita di sini sekarang menderita karena kekurangan makanan dan adanya pembatasan kerja, maka saudara kita di Palestina jauh lebih sulit dan jauh lebih berat daripada kita," ujar dia.

Oleh karena itu, Ustaz Jeje mengajak kepada kaum Muslimin di Indonesia untuk tidak melupakan saudara kaum Muslimin di Palestina. Apalagi, menurut dia, Islam memandang penting kedudukan Baitul Maqdis di Palestina, yakni sebagai satu tanah suci.

"Dalam situasi apa pun kaum Muslimin di mana pun berada, maka tidak mungkin bisa melupakan nasib saudara kita di Palestina," kata Ustaz Jeje.

Dia menambahkan, jika berbicara tentang pertarungan ideologi dunia, tentang pertarungan ekonomi dunia dan politik dunia, maka kaum Muslimin di Paletina termasuk salah satu bagian terbesarnya. Menurut dia, umat Islam Palestina berada di jantung problematika dunia tersebut.

"Kaum muslimin di Baitul Maqdis, kota suci, masih dalam genggaman kaum Zionis yang Allah SWT telah menetapkan mereka sebagai kaum perusak," ungkapnya.

photo
Bebaskan Palestina - (DOK Antara/Hafidz Mubarak)

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat